Kisah Dea Anak Nelayan di Bali Lulus ITB, Menangis Dijemput Dosen dan Diberi Ongkos ke Bandung

Dea, seorang anak nelayan di Bali yang lulus ITB, tak kuasa menahan tangis saat dijemput dosen dan diberi ongkos untuk ke Bandung.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
instagram @santosoim dan @deaolla_
LOLOS ITB - Dea, seorang anak nelayan di Bali yang lulus ITB, tak kuasa menahan tangis saat dijemput dosen dan diberi ongkos untuk ke Bandung. 

"Biasanya untuk meringankan biaya sekolah saya minta keringanan biaya ke sekolah. Umpama ada biaya urunan Rp 200.000, saya minta bayar separuhnya,” katanya.

Meski tak pernah mendapatkan beasiswa dari pemerintah daerah setempat, Eko mengaku bersyukur karena sejumlah yayasan mengulurkan bantuan untuk membantu kebutuhan seragam, buku, dan sejumlah keperluan sekolah anaknya.

Sayangnya, bantuan dari pihak ketiga tak lagi diterima sejak Avan masuk di SMA N 1 Ponorogo.

“SD-nya dulu dapat dari PLN. Kemudian SMP-nya dapat bantuan dari Baznas, tetapi masuk SMA sama sekali tidak ada bantuan,” ucap Eko.

Bukan hanya itu, keluarga Avan tak pernah masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Sampai saat ini pun keluarganya tak terdaftar sebagai peserta BPJS karena alasan perekonomian.

“Yang kita khawatirkan adalah kesehatan Avan kalau nanti kuliah keluar kota, karena dia tidak memiliki BPJS,” ujar Eko.

Ia menceritakan, saat Avan masuk SMAN 1 dari jalur prestasi, dia melakukan riset warga Ponorogo yang berhasil mendapat beasiswa di bidang ilmu bumi berkat mengikuti O2SN, dan kebetulan orang tersebut adalah alumnus dari SMA N 1 Ponorogo.

Sejak saat itu, dia bertekad harus mengikuti lomba O2SN agar bisa mendapatkan beasiswa kuliah ke ITB sebagai perguruan tinggi favoritnya.

“Kelas 1 SMA ikut O2SN tapi hanya sampai di tingkat provinsi. Kemudian belajar keras untuk mengejar O2SN di kelas 2 karena ini kesempatan terakhir untuk mengikuti lomba. Kalau ikutnya kelas 12, finalnya itu kelas 13. Alhamdulillah terpilih untuk final,” katanya.

Keinginan Avan untuk kuliah di ITB semakin menguat ketika diundang oleh ITB sebagai finalis lomba ilmu bumi.

Sayangnya, keinginan untuk membawa pulang trofi juara dari Kampus ITB saat itu gagal.

Avan juga sempat patah semangat untuk meneruskan mimpinya berkuliah di ITB.

Namun, pembinanya saat itu mendorong Avan untuk terus maju dan tak perlu memikirkan biaya.

Lolos ke ITB

Avan akhirnya kembali bersemangat untuk mendaftar di ITB melalui jalur SNBP dan akhirnya lolos. 

Mengenai biaya kuliah, ia mengajukan keringanan ke ITB. Berbekal surat keterangan tidak mampu karena tak terdaftar sebagai keluarga miskin di DTKS, Avan mendapat beasiswa. 

Usahanya kali ini disetujui oleh Paragon selaku penyedia beasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

Tim dari ITB pun melakukan validasi pengajuan beasiswa siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu yang diajukan oleh Avan dengan mendatangi langsung rumahnya.

Saat mendatangi rumah Avan yang diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu, tim ITB terkejut dengan koleksi pialanya. 

“Itu serius piala? Kirain toko piala,” ujar suara salah satu dosen ITB yang menyambangi rumah Avan. (TribunJakarta.com/TribunJatim/ Bangkapos.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved