Bangka Pos Hari Ini
Eksotisme Pulau Gelasa Calon Tapak PLTN di Babel, Sesepuh Beberkan Mitos dan Pesan Leluhur
Di balik hamparan bebatuan dan gelombang yang menghempas Pulau Gelasa, terpendam kisah lama yang masih hidup dalam ingatan para tetua masyarakat lokal
BANGKAPOS.COM, BANGKA – Pulau Gelasa di Desa Batu Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menjadi lokasi calon tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Pun belum lama ini Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Republik Indonesia menyetujui dokumen permohonan evaluasi tapak PLTN yang diajukan PT Thorcon Power Indonesia (TPI).
Kini Bapeten akan mengawasi secara berkala terhadap pelaksanaan evaluasi tapak PLTN tersebut.
Di balik hamparan bebatuan dan gelombang yang menghempas Pulau Gelasa, terpendam kisah lama yang masih hidup dalam ingatan para tetua masyarakat lokal.
Selamet (64), sesepuh Dusun Tanjung Berikat, Desa Batu Beriga menyampaikan kisah itu saat ditemui Bangka Pos, Jumat (1/8).
“Dulu itu katanya Pulau Gelasa ini bukan pulau biasa. Kata orang tua saya, itu sebenarnya jangkar kapal,” ucap Selamet sembari menunjuk ke arah laut.
Dia merujuk pada cerita kuno yang meyakini Bangka Belitung dulunya adalah kapal raksasa yang karam dan terpecah menjadi pulau-pulau, dan Gelasa adalah bagian jangkarnya yang tersangkut di lautan.
Menurutnya, dahulu ada dua keluarga yang pernah menetap di Gelasa. Satu keluarga berasal dari Bugis dan satu dari Buton.
Mereka tinggal sementara, namun akhirnya meninggalkan pulau tersebut setelah beberapa anggota keluarga meninggal karena sakit dan dimakamkan di sana.
“Jadi kuburan lama yang ada di situ itu ya milik mereka. Bukan kuburan gaib. Orang yang dulu pernah tinggal di sana,” jelasnya, menepis mitos yang sering membuat warga takut berkunjung.

Baca juga: Nelayan Gelasa di Persimpangan PLTN, Bapeten Setujui Evaluasi Tapak Batas PLTN di Pulau Gelasa
Namun, aura mistis Pulau Gelasa memang tak bisa dipisahkan begitu saja. Selamet mengisahkan berbagai kejadian aneh yang diceritakan turun-temurun—mulai dari suara musik tradisional yang terdengar tiba-tiba di tengah malam tanpa sumber jelas, hingga seorang nelayan yang pingsan 20 hari setelah mandi dari sumber air alami di pulau itu.
“Ada air yang kumpul di celah batu. Warga dulu minum itu waktu musim hujan. Tapi kalau mandi di situ... ada yang enggak kuat,” katanya.
“Orang itu sudah dibawa ke dokter, tapi katanya sehat. Setelah dibawa ke sesepuh adat, baru dia sadar,” lanjut Selamet.
Tradisi tahunan
Meski dikenal angker, Pak Selamat mengingatkan masyarakat agar selalu menghormati alam. Ia bahkan melarang warga membunuh ular di pulau itu, kecuali jika benar-benar terancam. “Kita hidup berdampingan. Kalau ganggu duluan, ya bisa kena sendiri,” pesannya.
Nanggala dan Halilintar, Dua Satgas Timah yang Mengawasi Pertimahan di Babel |
![]() |
---|
Bocor 100 Ton Timah per Minggu, Kolektor Timah Ilegal Jadi Target Operasi Satgas |
![]() |
---|
Satgas Bidik Kolektor Timah Ilegal, Dua Tahun Diduga Terjadi Kebocoran |
![]() |
---|
Satgas Timah Hadir di Bangka Belitung, Akademisi UBB Sebut Momentum Penataan |
![]() |
---|
Rapat Bersama DPN Soal Timah, Dirut PT Timah Tbk Ajukan Dua Opsi Kebijakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.