Bangka Pos Hari Ini
24 SPPG Beroperasi di Bangka Belitung, Setiap Hari BGN Update Jumlah SPPG
etiap hari, Badan Gizi Nasional merilis daftar Satuan Pelayanan Pemunuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi.
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Setiap hari, Badan Gizi Nasional merilis daftar Satuan Pelayanan Pemunuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi. Ketigatan itu sebagai bentuk transparansi informasi kepada publik.
Mengutip situs resmi BGN pada Minggu (21/9/2025), hingga pukul 07.00WIB berikut 24 SPPG di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sudah beroperasi.
Berikut daftarnya:
KOTA PANGKALPINANG
Nama SPPG Kecamatan SPPG Kelurahan/Desa SPPG
Bukit Intan Air Itam BUKIT INTAN AIR ITAM
Taman Sari Batin Tikal 2 TAMAN SARI BATIN TIKAL
Gerunggang Air Kepala Tujuh GERUNGGANG AIR KEPALA TUJUH
Bukit Intan Air Itam 2 BUKIT INTAN AIR ITAM
Gerunggang Kacang Pedang GERUNGGANG KACANG PEDANG
Taman Sari Batin Tikal TAMAN SARI BATIN TIKAL
Girimaya Sriwijaya GIRIMAYA SRIWIJAYA
BELITUNG TIMUR
Kelapa Kampit Mentawak KELAPA KAMPIT MENTAWAK
Simpang Pesak SIMPANG PESAK SIMPANG PESAK
Manggar Kurnia Jaya MANGGAR KURNIA JAYA
Damar Mengkubang DAMAR MENGKUBANG
BELITUNG
Paal Satu TANJUNG PANDAN PAAL SATU
Dukong TANJUNG PANDAN DUKONG
Perawas TANJUNG PANDAN PERAWAS
Baca juga: 2.426 Porsi MBG Dimasak Tengah Malam, Dapur SPPG Taman Sari Utamakan Kesehatan
BANGKA TENGAH
Beluluk PANGKALAN BARU BELULUK
Air Mesu Timur PANGKALAN BARU AIR MESU
Arung Dalam KOBA ARUNG DALAM
Padang Mulia KOBA PADANG MULIA
BANGKA BARAT
Kelapa KELAPA KELAPA
Sungai Baru 2 MENTOK SUNGAI BARU
Sungai Baru MENTOK SUNGAI BARU
Kelapa KELAPA KELAPA
BANGKA
Pemali PEMALI PEMALI
Sungailiat SUNGAILIAT SUNGAILIAT
2.462 Porsi
Diberitakan sebelumnya, delapan pasang tangan tampak cekatan.
Balutan sarung tangan seakan tak menghambat gerakannya. Tangan-tangan ini memasukkan sejumlah menu makanan ke tempat makan yang disebut omprengan.
Pemilik tangan itu adalah petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di SPPG Taman Sari, Jalan Linggarjati, Kota Pangkalpinang.
Mereka mulai bertugas setelah SPPG yang didirikan Polda Kepulauan Bangka Belitung itu diresmikan pada Selasa (16/9) pagi.
SPPG Taman Sari menjadi satu di antara ‘dapur’ penyediaan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ada di Babel. Berdasarkan data yang dirilis Badan Gizi Nasional (BGN), hingga Minggu (21/9) pukul 07.00 WIB, setidaknya ada 24 SPPG yang beroperasi di Babel.
Kepala SPPG Batin Tikal, Hafiz Tri Aditya memastikan SPPG yang dipimpinnya berjalan dengan sistem ketat. Seluruh tahapan, mulai dari penerimaan bahan baku, proses memasak, hingga distribusi makanan ke sekolah-sekolah, dipastikan mengikuti standar agar aman, sehat, dan sesuai kebutuhan gizi anak.
“Setiap bahan yang masuk ke SPPG tidak langsung dipakai, tapi diperiksa dulu oleh asisten laboratorium dan ahli gizi. Kami cek kualitas, kesegaran, dan kuantitasnya. Kalau ada yang tidak sesuai standar, bahan tersebut langsung kami retur ke pemasok,” kata Hafiz saat ditemui Bangka Pos, Rabu (17/9).
Ia menegaskan bahwa bahan segar seperti sayuran dan buah harus dibeli setiap hari.
“Kalau beras dan bahan kering bisa distok maksimal tiga hari, tapi tidak boleh lebih. Untuk sayuran dan buah, wajib fresh. Itu prinsip utama kami agar anakanak dapat makanan yang sehat,” katanya.
Kebutuhan harian bahan makanan pun tidak sedikit.
“Kami bisa membeli sampai ratusan kilogram dalam sehari. Misalnya ayam, telur, dan buahbuahan, jumlahnya sangat besar. Tapi semua tetap menyesuaikan dengan porsi gizi yang sudah dihitung oleh tim ahli,” ungkapnya.
Setelah bahan diterima, tahap persiapan dilakukan mulai pukul 16.00 WIB.
“Ada tujuh orang petugas yang khusus bertugas memotong sayuran, membersihkan ayam, hingga menyiapkan bahan lain. Persiapan ini biasanya selesai malam hari sebelum masuk ke proses masak,” ujar Hafiz.
Dua Sesi
Memasak dilakukan dua sesi sejak pukul 00.00 WIB.
“Setiap sesi ada delapan orang. Di dapur, tidak ada kompromi soal kebersihan. Semua wajib memakai APD lengkap, dari sarung tangan, celemek, jaring rambut, masker, sampai sandal putih. Jadi benar-benar steril. Orang luar tidak boleh masuk ke dapur. Ini area terbatas,” tegasnya.
Lauk pauk seperti ayam, telur, tempe, hingga sayuran dimasak sesuai prosedur. “Untuk sayuran biasanya dimasak terakhir agar tidak layu dan tetap segar sampai ke anakanak,” jelas Hafiz.
Setelah matang, makanan diuji dulu oleh tim laboratorium internal.
“Sebelum diporsikan, kami cek dulu keamanan makanan. Kalau lolos, baru bisa diporsikan ke ompreng,” katanya.
Proses pemorsian dimulai pukul 04.00 WIB, melibatkan sekitar 10 petugas.
“Takaran makanan tidak boleh lebih atau kurang. Suhu makanan juga kami atur, tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Semua ada SOP-nya,” tegas Hafiz.
Dari sisi nilai gizi, Hafiz memaparkan ada dua kategori ompreng.
“Untuk porsi besar nilainya sekitar Rp10 ribu. Biasanya berisi nasi, lauk utama berupa ayam, sayur, dan tambahan protein lain. Sedangkan porsi kecil sekitar Rp8 ribu, biasanya lauknya telur, tempe, tahu, atau sayuran,” katanya.
Namun, harga tersebut tidak termasuk wadah makanan.
“Ompreng sudah kami siapkan sejak awal program, jadi tidak masuk hitungan harga. Biaya itu murni untuk isi makanannya,” tambahnya.
Sekitar pukul 08.30 WIB, makanan mulai diantar ke sekolah.
“Ada dua armada, satu mobil khusus MBG kapasitas 600 ompreng, satu lagi bantuan dari Polda Babel. Setelah jam makan, pukul 13.00, mobil kembali untuk menjemput ompreng bekas pakai,” jelas Hafiz.
Saat ini ada sekitar 2.426 ompreng yang digunakan setiap hari.
“Kalau ada yang hilang, kami koordinasi dulu dengan sekolah untuk melacaknya. Jumlah ini pasti akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya penerima MBG,” katanya.
Tenaga Lokal Tenaga Lokal SPPG Taman Sari juga dilengkapi fasilitas lengkap, dari ruang cuci ompreng, gudang basah dan kering, dapur utama, dapur nasi, hingga ruang pembersihan alat.
“Semua ruangan punya fungsi masing-masing. Jadi alur makanan dari bahan baku sampai jadi benar-benar terkontrol,” ujar Hafiz.
Ia menyebutkan, ada 40 orang pekerja di SPPG Kecamatan Taman Sari, dengan mayoritas 70 persen tenaga lokal.
“Artinya program ini tidak hanya mendukung gizi anak, tapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar,” tambahnya.
Selain itu, pemantauan harga pasar dilakukan rutin setiap minggu.
“Kami cek harga bahan pokok agar tetap dapat kualitas terbaik dengan harga yang bersaing. Itu penting untuk menjaga konsistensi program,” jelas Hafiz.
Di akhir, Hafiz menegaskan struktur kerja SPPG sepenuhnya diatur oleh Badan Gizi Nasional.
“SPPG di Babel ini langsung di bawah Badan Gizi Nasional. Jadi setiap kabupaten dan kota punya tanggung jawab masing-masing. Antar-SPPG tidak ada koneksi atau kerja sama lintas satuan. Semua unit berdiri sendiri, hanya berkoordinasi dengan penanggung jawab pusat,” pungkasnya.
Bangun 7 SPPG
Kapolda Kepulauan Irjen Pol Hendro Pandowo mengatakan Polda Babel membangun tujuh SPPG yang tersebar di Kecamatan Merawang, Sungailiat, Sungai Selan, Tanjung Pandan (2 gedung), Manggar, dan Taman Sari yang saat ini diresmikan. Seluruh SPPG tersebut ditargetkan dapat melayani 21 ribu paket makan bergizi gratis setiap harinya.
“Alhamdulillah, hari ini kita meresmikan operasional SPPG Taman Sari. Polda Babel membangun tujuh SPPG yang akan melayani 21 ribu paket makan bergizi,” ujar Kapolda Hendro Pandowo seperti dilansir Babelprov.go.id, Selasa (16/9).
SPPG Taman Sari khusus melayani kebutuhan gizi lima sekolah, yaitu TK Adhiyaksa, TK Bhayangkari, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, dan SMK Negeri 2 Pangkalpinang.
Bangunan SPPG ini dilengkapi fasilitas representatif dan higienis, mulai dari ruang pengolahan, tempat pengemasan, hingga cold storage untuk menjaga kualitas makanan.
Menu yang disajikan terdiri dari daging ayam, tempe, sayuran, dan susu. Selain menjamin asupan gizi masyarakat, keberadaan SPPG juga memberikan manfaat ekonomi.
Setiap unit SPPG mempekerjakan sekitar 40 tenaga kerja, sehingga mampu menyerap banyak lapangan pekerjaan baru.
Sekretaris Daerah (Sekda) Babel, Feri Afriyanto, turut memberikan apresiasi atas peresmian ini. Ia
menyebut program makan bergizi gratis akan terus diperluas sejalan dengan rencana pembangunan 140 SPPG oleh Pemprov Babel.
“Pemprov Babel telah menyiapkan lahan, dan kami berharap program makan bergizi gratis dapat berjalan optimal,” jelas Sekda.
Sekolah Koordinasi Soal Menu
Beberapa siswa mendatangani mobil yang bertuliskan SPPG Polda Bangka Belitung di SMKN 2 Pangkalpinang, Rabu (17/9) sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka membantu menurunkan ompreng berwarna silver dari mobil tersebut. Ompreng itu berisi Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi santap siang para siswa.
Guru SMKN 2 Pangkalpinang, Dedi Hendro, menjelaskan bahwa distribusi MBG dilakukan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dari SPPG kecamatan Taman Sari setiap hari sekitar pukul 10.30 hingga pukul 11.00 WIB.
“Begitu makanan tiba, langsung dihitung bersamasama dengan pihak sekolah untuk memastikan jumlahnya sesuai dengan data penerima. Setelah uji kelayakan, baru dibagikan kepada siswa sekitar pukul 11.30 WIB,” jelas Dedi Hendro saat ditemui Bangkapos di depan kelas, Rabu (17/9).
Tepat pukul 11.30 WIB, suasana semakin ramai ketika siswa mulai berdatangan ke meja distribusi. Guruguru kemudian membagikan ompreng kepada para siswa sesuai dengan kelas mereka.
Setelah menerima jatah masing-masing, siswa tampak langsung menuju ruang kelas.
Sebelum makan, sebagian terlihat mencuci tangan di wastafel yang tersedia, lalu membuka ompreng terlihat ekspresi yang tersenyum melihat menu hari itu, ada pula yang sembari bercanda dengan temannya. Di ruang kelas, mereka menyantap makanan bersama-sama, ada yang menggunakan sendok, ada pula yang lebih nyaman makan dengan tangan.
Suasana makan siang terasa hangat, penuh canda tawa, namun tetap tertib hingga semua makanan habis.
Dedi menjelaskan tantangan terbesar adalah memastikan distribusi dan konsumsi makanan tidak mengganggu jam pelajaran.
“Waktu pembagian diatur tepat pada jam istirahat, sehingga anak bisa makan bersama lalu mengembalikan ompreng sebelum pelajaran kembali dimulai”.
“Kalau 1.500 porsi makanan didrop di satu titik, lalu anak-anak mengambil secara bergiliran, tentu akan memakan waktu lama. Karena itu kami atur pembagian secara bertahap dan terjadwal, supaya antrian tidak terlalu panjang,” tambahnya Dedi.
Selain masalah teknis, muncul pula kekhawatiran dari orang tua terkait kondisi kesehatan siswa. Beberapa anak diketahui memiliki alergi terhadap makanan tertentu.
“Kemarin ada orang tua yang menyampaikan anaknya alergi terhadap lauk tertentu. Untuk itu, kami berkoordinasi dengan SPPG agar ada mekanisme penyesuaian menu. Jadi, kalau ada lauk yang berpotensi menimbulkan alergi, SPPG menyiapkan alternatif lain yang tetap bergizi,” jelas Dedi.
Sebagai langkah antisipasi, pihak sekolah sudah menyebarkan formulir kepada seluruh siswa untuk mendata siapa saja yang memiliki alergi atau pantangan makanan. “Data itu sudah kami serahkan ke SPPG agar bisa jadi pertimbangan dalam penyusunan menu harian. Prinsipnya, semua anak harus tetap mendapat gizi seimbang tanpa terkendala kondisi kesehatan,” tegasnya.
Bisa berhemat
Exsel, siswa kelas 12 jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, mengaku senang dengan hadirnya MBG.
“Menurut saya, program MBG ini luar biasa. Saya ingin berterima kasih kepada Bapak Prabowo Subianto yang menghadirkan program ini. Dari sisi siswa, saya juga lebih hemat karena makan siang sudah disediakan pemerintah. Rasanya enak, bergizi, dan cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh,” katanya.
Exsel menambahkan, makanan MBG juga memberi pengalaman baru bersama teman-teman.
“Kami jadi bisa makan bareng di kelas, bahkan ada susu juga yang bikin teman-teman tambah semangat. Walau di hari pertama ada lauk yang kami rasa agak kurang cocok, tapi itu bisa dimaklumi karena jumlahnya sangat banyak,” ujarnya.
Senada disampaikan Syafira, siswi kelas 11 jurusan Desain Komunikasi Visual, yang menilai MBG membantu siswa yang kondisi ekonominya terbatas.
“Program ini sangat baik, apalagi bagi teman-teman yang kadang tidak bawa uang, lupa sarapan, atau bahkan menahan lapar di sekolah. Orang tua saya juga merasa terbantu karena tidak harus repot menyiapkan bekal pagi-pagi,” tuturnya.
Meski begitu, Syafira berharap kualitas makanan bisa terus ditingkatkan. “Kadang rasa terlalu asin, atau bahkan ada teman saya yang sempat tidak kebagian nasi lauknya ada tapi nasinya hilang” ucap syafira sambil tersenyum “Tapi secara keseluruhan, makanannya enak dan bergizi. Harapannya ke depan bisa lebih variatif, termasuk memperhatikan siswa yang punya alergi tertentu,” tambahnya.
Program MBG ini disambut antusias baik siswa maupun orang tua. Anak-anak tidak perlu lagi menunggu kiriman makanan dari rumah, sementara orang tua merasa lebih tenang karena kebutuhan gizi anak tercukupi setiap hari.
“Anak-anak terlihat senang karena bisa makan bersama dengan teman-temannya. Orang tua pun banyak yang menyampaikan rasa syukur karena anak-anak mereka dijamin kebutuhan gizinya,” pungkas Dedi Hendro. (x1)
| Kue Badak dan Sindeng Asal Bangka Selatan Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia |
|
|---|
| Timnas Indonesia vs Irak: Laga Hidup Mati Penentu Tiket ke Piala Dunia 2026 |
|
|---|
| PPP Babel Siap Urunan Lunasi Utang Hotel Wakil Gubernur Hellyana Rp22 Juta |
|
|---|
| Pembangunan Perumahan di Kota Pangkalpinang Meningkat Signifikan Tapi Sebarannya Belum Merata |
|
|---|
| Harga Timah Naik Bisa Membuat Ekonomi Masyarakat Lebih Bergairah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.