Aksi Demo Timah

Aksi Penambang Bangka Belitung Memanas di Kantor PT Timah, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

Ribuan penambang demo di Kantor PT Timah Pangkalpinang tuntut kenaikan harga timah. Aksi ricuh, gas air mata dilepaskan

Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
Bangkapos.com/Rifqi Nugroho
SAMPAIKAN TUNTUTAN -- Suasana massa aksi yang menyampaikan tuntutan di depan Kantor Pusat PT Timah di Kota Pangkalpinang pada Senin (6/10/2025) siang. 

Tujuannya agar mekanisme pembelian timah rakyat bisa dilakukan secara transparan, dengan harga yang wajar dan tidak merugikan masyarakat.

Selain itu, DPRD juga mendorong percepatan penerbitan izin WPR dan IPR agar para penambang rakyat dapat beroperasi secara legal tanpa khawatir ditangkap.

“Masalah timah ini sudah terlalu lama menjadi keresahan rakyat. Kita harus carikan solusi yang adil, bukan hanya untuk perusahaan besar, tapi juga untuk masyarakat kecil,” tegas Didit.
 
Latar Belakang: Krisis Harga Timah dan Pengetatan Regulasi

ASPIRASI EMAK — Sejumlah emak-emak saat menyampaikan aspirasi sambil membawa peralatan ngelimbang dan semangkuk timah ke PT Timah Sungailiat, Bangka, Senin (6/10/2025).
ASPIRASI EMAK — Sejumlah emak-emak saat menyampaikan aspirasi sambil membawa peralatan ngelimbang dan semangkuk timah ke PT Timah Sungailiat, Bangka, Senin (6/10/2025). (Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra)

Gelombang aksi ini muncul di tengah krisis panjang sektor pertimahan nasional setelah terungkapnya skandal korupsi Rp300 triliun dalam tata niaga timah di Bangka Belitung periode 2015–2022.

Pasca penindakan besar oleh Kejaksaan Agung, banyak smelter swasta ditutup atau disita negara, termasuk yang kini dikelola ulang oleh PT Timah Tbk. Kondisi ini membuat rantai distribusi dan pembelian timah rakyat tersendat.

Akibatnya, harga beli timah rakyat anjlok drastis, bahkan di beberapa wilayah hanya mencapai Rp80.000–Rp100.000 per kilogram jauh di bawah biaya produksi.

Selain itu, pengetatan aktivitas tambang ilegal membuat banyak penambang rakyat kehilangan sumber pendapatan.

Kondisi inilah yang memicu aksi demonstrasi besar di Pangkalpinang.

Ketua DPRD Didit Srigusjaya menegaskan kembali komitmennya untuk mengawal hasil pertemuan ini hingga tuntas.

“Ini bukan akhir, tapi awal perjuangan bersama. Kami pastikan suara rakyat Bangka Belitung akan sampai ke pusat,” tutup Didit.

Aksi demonstrasi ini meninggalkan pesan kuat bahwa masyarakat Bangka Belitung menuntut perubahan nyata dalam tata kelola timah bukan hanya demi harga, tapi demi keadilan dan kesejahteraan rakyat.

(Bangkapos.com/Rifqi Nugroho/ Rizki Irianda Pahlevy

Sumber: bangkapos.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved