Berita Viral

3 Motif di Balik Dosen IPB Meilanie Buitenzorgy Sebut Wapres Gibran Tamat SD, Respons Kampus Begini

Nama Meilanie Buitenzorgy, Dosen IPB mencuat belakangan ini setelah pernyataannya yang sempat viral.

Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
Tribun Trend
ANALISIS IJAZAH GIBRAN - Sosok Meilanie Buitenzorgy viral menganalisa pendidikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Meilanie menyebut, pendidikan Gibran tidak tidak bisa disetarakan dengan tingkat SMP apalagi SMA. 

Usai lulus kuliah, Gibran pulang ke Solo dan membangun bisnis katering bernama Chili Pari. 

Namanya makin dikenal sebagai pengusaha muda. 

Pada 2015, ia menikah dengan Selvi Ananda. 

Kariernya meluas ketika ia menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pemuda Cari Cuan pada 2019. 

Tahun yang sama, ia mulai masuk ke dunia politik dengan bergabung ke PDI Perjuangan.

Gibran kemudian diusung sebagai Wali Kota Solo bersama wakilnya, Teguh Prakosa, dan resmi menjabat pada 2021. 

Namun, jabatannya tidak tuntas karena ia maju dalam Pemilihan Presiden 2024. 

Ia mengundurkan diri pada Juli 2024, sekaligus melepas posisinya di perusahaan. 

Kini, Gibran bukan hanya dikenal sebagai pengusaha, tetapi juga sebagai politisi muda yang melesat cepat hingga menduduki kursi Wakil Presiden RI ke-14.

Dr Tifa Bongkar Ada Surat dari Kementerian Era Jokowi Setarakan UTS Insearch dengan SMK demi Gibran

Dalam postingan sebelumnya, Dokter Tifa mengunggah sebuah salinan surat yang berisi pernyataan yang diduga untuk memuluskan langkah Gibran Rakabuming Raka terjun ke politik.

Surat tersebut berkop Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tertanggal 6 Agustus 2019. 

Isi surat menyatakan bahwa Gibran Rakabuming Raka telah menyelesaikan pendidikan Grade 12 di UTS Insearch Sydney, Australia.

Surat bertanda tangan dirjen itu menyebut bahwa Gibran dianggap memiliki pengetahuan setara tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) peminatan Akutansi dan Keuangan di Indonesia.

Belum ada konfirmasi lebih lanjut dari kementerian terkait soal beredarnya surat keterangan tersebut.

Namun, dokter Tifa menyebut bahwa surat tersebut telah melegitimasi Gibran bahwa dia pernah menempuh pendidikan setingkat SMA.

"Ya cuma selembar kertas ngga jelas ini, satu-satunya dokumen yang digunakan Gibran untuk melegitimasi dan menjustifikasi bahwa dia pernah "SMA"," tulis Tifa dikutip dari X, Kamis (18/9/2025)

Dokter Tifa menyebut, UTS Insearch bukanlah sekolah formal, melainkan semacam lembaga bimbingan untuk persiapan masuk ke universitas

"Padahal, UTS Insearch, sebuah lembaga non formal yang pernah dibuat oleh UTS, hanya menyediakan semacam Preparation Class untuk siapapun yang ingin kuliah di UTS, atau University Technology of Sydney.

Preparation Class ini semacam kelas foundation, atau kelas persiapan, untuk menempuh Ujian Masuk ke UTS. Dan pelaksanaannya pun hanya 6 bulan bersih," ungkapnya

Jadi, dia tidak sepakat apabila lembaga non formal tersebut disetarakan dengan sekolah formal di Indonesia

"Jadi sama sekali tidak eligible untuk disetarakan Kelas 12 SMK, apalagi jurusan Akuntansi, seperti yang dinyatakan dalam surat keterangan Dirjen Dikti ini. Dan parahnya lagi, UTS Insearch ini sekarang sudah tidak ada lagi alias sudah dibubarkan."

"Artinya memang Gibran ini tidak punya selembarpun ijazah SMA. Kalau dia pernah mengaku SMA di Singapore dengan nama Orchid Park Secondary School, pertanyaannya adalah: Mana Ijazahnya? Mana buktinya dia pernah sekolah setara SMA di Singapore, mana teman-temannya, mana foto-foto kegiatan selama SMA, mana Graduation atau Upacara Kelulusan SMAnya? Kenapa soal SMA ini penting? Karena syarat untuk menjadi WAPRES adalah: harus lulus dan punya Ijazah SMA atau sederajat. Ijazah lho, bukan surat keterangan ngga jelas," tandasnya.

Said Didu Punya Bukti Kuat UTS Insearch Bukan Sekolah, Pertegas Gibran Tak Lulus SMA

Polemik ijazah Gibran sendiri berawal dari beredar luasnya surat berkop Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di media sosial.

Dalam potret yang beredar luas di media sosial, surat ter tanggal 6 Agustus 2019 itu menyatakan Gibran Rakabuming Raka telah menyelesaikan pendidikan Grade 12 di UTS Insearch Sydney, Australia.

Surat itu melegitimasi Gibran bahwa dia pernah menempuh pendidikan setingkat SMA atau SMK.

Beredar luas di media sosial, surat tersebut pun dipertanyakan banyak pihak.

Satu di antaranya adalah Said Didu.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu menyatakan UTS Insearch bukan merupakan sekolah.

Tetapi hanya sebuah bimbel bagi calon mahasiswa S1 UTS Insearch.

Hal tersebut disampaikan Said Didu lewat twitternya @msaid_didu pada Kamis (18/9/2025).

Dalam postinganya, dirinya mengaku memiliki bukti yang kuat atas hal tersebut.

Sehingga menurutnya, aneh jika keterangan lulus UTS Insearch setara dengan ijazah kelulusan setingkat SMA/ SMK.

"Anak saya alumni S2 UTS, menjelaskan ke saya bhw UTS Insearch bukan sekolah tapi semacam 'bimbel' utk masuk program S1 di UTS," ungkap Said Didu pada Kamis (18/9/2025). 

"Jadi menjadi aneh jika keterangan 'lulus' UTS Insearch dinyatakan setara dengan SMK," jelasnya.

Dampak dan Reaksi Publik

Pernyataan Meilanie tidak hanya memicu diskusi akademik, tetapi juga menjadi bahan perdebatan di media sosial.

Sebagian publik mendukung keberanian Meilanie dalam menyuarakan pendapatnya, sementara yang lain mempertanyakan motif dan akurasi analisisnya. 

Nama Meilanie dan IPB University pun sempat menjadi trending topic di berbagai platform digital.

Di tengah sorotan ini, isu penyetaraan ijazah luar negeri pun kembali menjadi perhatian.

Banyak pihak menilai perlu adanya transparansi dan standar yang jelas dalam proses penyetaraan, terutama bagi pejabat publik yang menempati posisi strategis di pemerintahan.

Lantas apa motif Meilanie Buitenzorgy menyoroti pendidikan Gibran Rakabuming Raka

Berikut beberapa poin dirangkum Tribun-medan.com, yang menjelaskan latar belakang dan motifnya:

1. Motif Akademik dan Regulatif

- Kritik terhadap penyetaraan ijazah luar negeri: Meilanie mempertanyakan keabsahan ijazah Gibran yang diperoleh dari institusi luar negeri seperti Orchid Park Secondary School (Singapura) dan UTS Insearch (Australia). Menurutnya, keduanya tidak memenuhi syarat sebagai lembaga yang dapat mengeluarkan school leaving certificate resmi.

- Merujuk regulasi resmi: Ia mengacu pada Peraturan Mendikbudristek No. 50 Tahun 2020 yang mengatur penyetaraan ijazah asing. Meilanie menilai bahwa ijazah Gibran tidak memenuhi standar penyetaraan yang sah menurut regulasi tersebut.

- Analisis berbasis data dan perbandingan: Untuk memperkuat argumennya, Meilanie bahkan membandingkan ijazah anaknya yang lulus dari Elizabeth Macarthur High School di Australia, yang secara eksplisit mencantumkan "High School" sebagai bukti kelulusan.

2. Motif Etis dan Sosial

- Kekhawatiran terhadap transparansi politik: Meilanie menyampaikan bahwa ijazah tersebut menjadi dasar legalitas Gibran untuk maju dalam kontestasi politik. Ia tampaknya ingin mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam proses verifikasi pendidikan pejabat publik.

- Panggilan akademik untuk klarifikasi publik: Sebagai dosen IPB dengan gelar PhD dari University of Sydney, Meilanie merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan analisis kritis berbasis regulasi dan sistem pendidikan internasional.

3. Reaksi Kampus dan Konsekuensi

- Pernyataan pribadi yang viral: IPB University menegaskan bahwa analisis Meilanie adalah opini pribadi, bukan sikap institusi. Namun, pihak kampus tetap memanggilnya untuk berdiskusi secara persuasif.

(*/Bangkapos.com, TribunBogor.com, Tribun-medan.com, Wartakotalive.com)

 

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved