Kematian Mahasiswa Unud
Impian Lirih Timothy Mahasiswa Unud Sebelum Lompat dari Gedung Kampus: “Rencanaku Mencari Teman”
Langkah seorang mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayaya, Timothy Anugerah Saputra harus terhenti.
Namun keputusan final masih menunggu hasil pendalaman dari Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (PPK).
Sementara itu, keenam mahasiswa yang sebelumnya bersikap keji itu telah meminta maaf secara terbuka di media sosial.
Namun bagi banyak orang, permintaan maaf itu datang terlambat sebab seorang anak muda sudah kehilangan nyawanya, dan seorang ibu kehilangan anak yang begitu ia cintai.
Baca juga: Isi Chat & Sosok Maria Victoria Mahasiswi Bully Kematian Timothy, Dihujat Netizen Disanksi Kampus
Kini, tulisan “Rencanaku” di akun Instagram Timothy menjadi semacam monumen kecil di dunia maya pengingat tentang betapa rapuhnya hati manusia di tengah tekanan sosial dan akademik.
Ia hanya ingin berteman, berorganisasi, dan lulus seperti mahasiswa lain. Tapi jalan hidupnya berhenti di tengah jalan, di kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar dan bertumbuh.
Timothy Anugerah Saputra, pemuda kelahiran 2003 dari Bandung itu, meninggalkan dunia dengan sunyi.
Namun kisahnya menggema menjadi peringatan bahwa setiap tawa bisa jadi luka bagi orang lain, dan bahwa kehidupan di balik layar kampus tak selalu seindah foto wisuda di media sosial.
Ayah Lukas Temukan 3 Kejanggalan
Kasus kematian Timothy Anugrah Saputra, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana (FISIP Unud) terus bergulir.
Timothy diduga diduga usai melompat dari gedung lantai empat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud pada Rabu (15/10/2025) lalu.
Fakta-fakta kematian terasa janggal di mata sang ayah Lukas Triana Putra.
Publik terus mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di Kampus Udayana pada Rabu (15/10/2025) dimana Timothy ditemukan tewas secara misterius.
Isu mengenai dugaan bahwa Timothy mengakhiri hidupnya sendiri sempat mencuat ke permukaan dan menimbulkan spekulasi luas.
Namun, dugaan tersebut dibantah keras oleh sang ayah, Lukas, yang sejak awal merasa ada banyak hal yang tidak masuk akal di balik kematian anaknya itu.
Lukas mengaku telah menemukan tiga kejanggalan besar setelah mendatangi langsung lokasi kejadian di kawasan kampus FISIP Universitas Udayana beberapa hari setelah peristiwa nahas itu.
Kejanggalan pertama yang membuatnya curiga berkaitan dengan keberadaan kamera pengawas atau CCTV di gedung tempat anaknya ditemukan.
Menurut pengakuannya, pihak kampus sempat mengatakan bahwa tidak ada CCTV yang merekam kejadian saat Timothy diduga jatuh.
Hal inilah yang langsung membuat Lukas merasa janggal dan tidak percaya begitu saja.
“Masa di dalam kampus tersebut tidak ada CCTV satu pun yang dalam melihat meliput kejadian tersebut,” ungkap Lukas dengan nada kecewa, dilansir TribunnewsBogor.com dari wawancara di kanal YouTube Metro TV News, Minggu (19/10/2025).
Rasa penasarannya membuat Lukas memutuskan datang langsung ke kampus Udayana untuk memastikan kebenaran pernyataan pihak universitas.
Saat tiba di lokasi, ia justru terkejut dan syok, karena apa yang ia temukan di lapangan berbeda jauh dari yang disampaikan pihak kampus.
“Saya udah datang ke kampus. Saya datang ke kampus melihat, survei lokasinya. Saya melihat katanya di lantai empat tidak ada CCTV. Tapi saya lihat ada CCTV di lantai empat,” pungkas Lukas dengan nada tegas.
Temuan tersebut menjadi indikasi kuat bahwa ada kejanggalan serius dalam penanganan informasi oleh pihak universitas.
Selanjutnya, kejanggalan kedua menurut Lukas berkaitan dengan struktur bangunan gedung FISIP tempat anaknya diduga jatuh.
Ia menilai secara logika dan fisik, sangat kecil kemungkinan Timothy bisa terjatuh dari lantai empat seperti yang kemudian disebutkan oleh pihak kampus.
“Kalau misal dia (Timothy) jatuh dari lantai empat itu tidak memungkinkan karena konstruksi bangunanya tidak memungkinkan pada saat anak saya jatuh,” ujar Lukas sambil menjelaskan bahwa bentuk pagar dan dinding di lantai tersebut cukup tinggi dan kokoh.
Kejanggalan ketiga yang membuat Lukas semakin curiga adalah inkonsistensi pernyataan dari pihak kampus mengenai lokasi jatuhnya sang anak.
Pada hari pertama, pihak kampus menyampaikan kepada keluarga bahwa Timothy jatuh dari lantai dua.
Namun keesokan harinya, keterangan itu berubah total.
“(Keterangan kampus) berubah-ubah. Pada saat hari pertama di rumah duka diberitakan dari kampus menyatakan (Timothy jatuh dari) lantai dua. Hari berikutnya dari kampus (meralat katanya Timothy jatuh dari) lantai empat,” ujar Lukas, masih dengan ekspresi kecewa.
Perubahan versi inilah yang membuat Lukas semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dalam kasus ini.
Selain kejanggalan dari pihak kampus, Lukas juga merasa curiga terhadap para saksi, yaitu mahasiswa yang berada di lokasi kejadian.
Menurutnya, para saksi seperti tidak memberikan keterangan yang jelas dan konsisten mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu.
“Kebetulan saksi-saksi juga enggak tahu kenapa, tidak dapat memberikan berita yang valid. Jadi melihat dari data tersebut, saya pikir sebaiknya saya serahkan semuanya ke Polres Denpasar untuk menyelidiki kasus ini,” ucap Lukas dengan nada tegas.
Kini, Lukas berharap pihak kepolisian dapat mengusut tuntas kasus kematian anaknya, agar kebenaran dapat terungkap dan tidak ada lagi kejanggalan yang menimbulkan spekulasi liar di tengah masyarakat.
Ia menegaskan bahwa tujuan utamanya bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk mendapatkan keadilan bagi mendiang putranya, Timothy Anugerah Saputra, yang dinilainya tidak pantas meninggal dalam kondisi penuh misteri seperti ini.
Soal Isu Timothy di-Bully
Lebih lanjut, Lukas juga merespons isu putranya, Timothy dibully setelah tewas.
Diakui Lukas, ia sedih saat tahu kematian Timothy jadi bahan olok-olok teman kampusnya.
Tapi alih-alih emosi, Lukas memilih untuk memaafkan para pembully.
"Secara manusia saya, sakit hati saya. Tapi saya juga punya Tuhan yang mengajarkan saya apabila saya harus memaafkan orang-orang yang salah," pungkas Lukas.
Lagipula kata Lukas, ia tidak perlu membalas perbuatan para pembully anaknya tersebut
Lukas lega lantaran para pembully kini dapat sanksi sosial alias cemoohan di media sosial.
"Biarkan pihak kampus yang melakukan tindakan, memberikan sanksi. Saya rasa enggak usah saya kasih sanksi pun dari pihak media sosial sudah memberikan sanksi kepada mereka," ujar Lukas.
Sama sekali tidak menampakkan emosi berarti, Lukas justru meminta maaf kepada teman dan civitas kampus tempat Timothy pernah bernaung.
"Kami dari keluarga meminta maaf atas segala tingkah laku Timi kepada rekan sekitar, kepada dosen-dosennya, kepada teman-temannya. Saya minta maaf apabila semasa hidupnya Timi, apabila Timi merugikan pihak di sekitarnya," ungkap Lukas.
Polisi Pastikan Bukan Karena Bullying
Polisi memastikan bahwa mahasiswa Universitas Udayana, Bali, berinisial TAS (22), yang tewas usai jatuh dari salah satu gedung kampus di lantai empat bukan karena bullying atau perundungan.
Kepastian itu didapat setelah polisi meminta keterangan 19 orang saksi yang terdiri dari teman korban, dosen, dan orangtua korban.
Kapolsek Denpasar Selatan Kompol Laksmi Trisnadewi mengatakan di mata teman-teman kelas maupun seangkatan korban dikenal sebagai sosok cerdas dan tegas.
"Jadi rekan-rekan itu segan, malahan. Kemudian kalau untuk menjadi korban pembullyan, itu dari teman-temannya pun merasa itu sangat kecil sekali kemungkinannya terjadi. Karena korban ini orang yang berprinsip sekali. Jadi bukan tipe-tipe yang seperti akan gampang dibully seperti itu. Itu pengakuan dari beberapa saksi yang kami minta keterangan," kata Laksmi di ruang kerjanya pada Senin (20/10/2025).
Ia mengatakan dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) juga dipastikan korban jatuh dari gedung tersebut bukan karena terpeleset.
Hal tersebut dikuatkan oleh baik rekaman CCTV maupun keterangan sejumlah saksi yang sempat melihat korban sebelum kejadian.
Selain itu, struktur bangunan di area gedung tersebut tidak memungkinkan orang untuk terpeleset.
"Kalau untuk jatuh terpeleset, tidak ya. Karena di sana itu tempat duduk, kemudian ada pagar atau balkon. Jadi lebih memungkinkan korban itu naik, kemudian jatuh seperti itu," kata dia.
Polisi menduga pun korban jatuh dari gedung tersebut karena bunuh diri.
"Lebih ke unsur sengaja menjatuhkan diri seperti itu. Tapi tidak ada saksi yang melihat seperti itu," sambung Laksmi.
Sebelumnya diberitakan, korban ditemukan terjatuh dari salah satu gedung di lantai empat kampus, pada Rabu (15/10/2025) sekitar pukul 09.00 Wita.
Korban sempat dilarikan ke RSUP Prof Ngoerah untuk mendapat perawatan medis.
Namun, nyawanya tidak bisa tertolong dan korban dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.03 Wita.
Kemudian, orangtua korban telah melaporkan peristiwa tersebut secara resmi ke polisi untuk mengethaui secara pasti kronologi insiden yang menimpa anaknya.
"Ingin mencari kebenaran kronologi kematian (TAS) karena yang selama ini kita terima itu berita masih simpang siur terkait kronologis kematiannya. Oleh sebab itu saya serahkan kepada pihak kepolisian yang memang sudah jadi tugasnya mereka, karena saya pun juga gak bisa menyelidiki masalah ini," kata Lukas Triana Putra, ayah kandung korban di Polresta Denpasar, pada Sabtu (18/10/2025).
(TribunnewsMaker.com/TribunBogor.com/Kompas.com/Bangkapos.com)
| Lukas Temukan 3 Kejanggalan Putranya Timothy Tak di-Bully, Syok Cek CCTV, Polisi: Bukan Terpeleset |
|
|---|
| Isi Chat & Sosok Maria Victoria Mahasiswi Bully Kematian Timothy, Dihujat Netizen Disanksi Kampus |
|
|---|
| Akun IG Calista Amore Hilang, Calon Dokter Bully Kematian Timothy Tak Posting Video Minta Maaf |
|
|---|
| Sosok Calista Amore, Calon Dokter Unud Ledek Kematian Timothy yang Akhiri Hidup: Gaberasa lt 2 mah |
|
|---|
| Siapa Sosok 6 Mahasiswa yang Menghina Timothy Anugerah Saputra, Terancam Tak Lulus |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.