Kata Menkeu Purbaya Santai Kala Utang RI Tembus Rp 9.138 T: Enggak Usah Panik! Bongkar Strateginya

Berada di angka Rp9.138 triliun per akhir Juni 2025, posisi utang pemerintah Indonesia ini ditanggapi langsung Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
Tribunnews/Nitis
UTANG INDONESIA - Berada di angka Rp9.138 triliun per akhir Juni 2025, posisi utang pemerintah Indonesia ini ditanggapi langsung Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. 
Ringkasan Berita:
  • Berada di angka Rp9.138 triliun per akhir Juni 2025, posisi utang pemerintah Indonesia ini ditanggapi langsung Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa
  • Purbaya sendiri menegaskan bahwa angka tersebut masih berada dalam kategori aman dan terkendali
  • Masyarakat tidak perlu panik melihat besarnya nominal utang negara karena kondisi keuangan Indonesia masih dalam batas yang sehat secara internasional

 

BANGKAPOS.COM - Besaran utang pemerintah Indonesia menjadi sorotan.

Berada di angka Rp9.138 triliun per akhir Juni 2025, posisi utang pemerintah Indonesia ini ditanggapi langsung Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Padahal dengan nominal angka tersebut dinilai lumayan besar.

Meski begitu, tanggapan Purbaya sangatlah santai, bahkan ia menegaskan tidak perlu khawatir dengan kondisi keuangan Indonesia saat ini.

Purbaya sendiri menegaskan bahwa angka tersebut masih berada dalam kategori aman dan terkendali.

Baca juga: Sosok Harry Budi Sidharta Ditunjuk Jadi Wakil Direktur Utama PT Timah, Eks Direktur PIS 

Menurutnya, masyarakat tidak perlu panik melihat besarnya nominal utang negara karena kondisi keuangan Indonesia masih dalam batas yang sehat secara internasional.

Purbaya menjelaskan bahwa lembaga-lembaga internasional tidak menilai kesehatan fiskal suatu negara hanya berdasarkan besarnya utang, tetapi lebih kepada kemampuan dan kemauan pemerintah untuk membayar utang tersebut secara berkelanjutan.

"Kenapa Anda khawatir tentang utang? Kata siapa (Indonesia tidak memiliki cukup uang untuk bayar utang)? Kalau Anda belajar fiskal kan tahu rasio atau ukuran-ukuran suatu negara bisa bayar utang seperti apa," ujar Purbaya di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Ia memaparkan bahwa terdapat dua rasio utama yang digunakan secara internasional untuk mengukur kemampuan fiskal sebuah negara, yakni rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan rasio utang terhadap PDB.

DANA MENGENDAP DI BANK - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap data 15 pemda mengendapkan dana APBD sebesar Rp 234 triliun di bank bersumber dari bank sentral.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (Instagram @purbayayudhi_official)

Dalam kedua indikator tersebut, posisi Indonesia menurut Purbaya masih sangat aman dan jauh dari ambang batas yang dianggap berisiko.

Berdasarkan standar internasional, batas maksimal defisit anggaran terhadap PDB adalah 3 persen, sedangkan utang terhadap PDB dibatasi pada angka 60 persen agar suatu negara tetap dikategorikan sehat secara fiskal.

“Sementara saat ini, kondisi fiskal Indonesia masih di bawah batas tersebut, di mana defisit APBN 2025 hingga akhir kuartal III masih sebesar 1,56 persen dari PDB, sedangkan rasio utang terhadap PDB masih 39,86 persen per Juni 2025,” jelasnya.

Dengan demikian, Purbaya memastikan bahwa posisi fiskal Indonesia masih tergolong prudent atau berhati-hati. 

“Jadi dengan standar internasional yang paling ketat pun, kita masih prudent,” kata Purbaya.

Ia juga menegaskan bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara lain, posisi Indonesia jauh lebih stabil dan sehat.

Bahkan, sejumlah negara maju saat ini mencatat rasio utang terhadap PDB yang sudah melampaui batas aman internasional.

“Lihat negara-negara Eropa, semua mendekati 100 persen sekarang. Amerika ada 100 persen debt to GDP ratio-nya. Jepang 275 persen. Singapura ada 90 persen ya, gede banget. Jadi dari ukuran itu harusnya saya aman. Jadi Anda enggak usah terlalu panik,” tambahnya.

Purbaya menegaskan bahwa disiplin fiskal akan terus dijaga oleh pemerintah agar defisit anggaran tidak melebihi ambang batas 3 persen terhadap PDB.

Ia juga memastikan bahwa kebijakan batas defisit tersebut tidak akan diubah dalam waktu dekat.

Baca juga: Jumlah Harta Heru Pambudi Pegawai Kemenkeu Ternyata Lebih Banyak dari Purbaya, Selisihnya Fantastis

 

“Saya enggak akan tembus 3 persen deficit to GDP ratio. Anytime soon enggak akan berubah, enggak akan saya ubah itu. Saya akan jaga terus tahun ini, tahun depan, tahun depan,” tegasnya dengan nada yakin.

Kendati demikian, Purbaya tetap membuka ruang fleksibilitas kebijakan apabila pertumbuhan ekonomi nasional ke depan meningkat signifikan.

Ia menjelaskan bahwa strategi fiskal dapat disesuaikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tanpa mengorbankan stabilitas keuangan negara.

“Nanti kalau tumbuh kita sudah misalnya 7 persen, kita pertimbangkan perlu enggak kita kurangin pajak? Atau perlu enggak kita kurangin debt-nya? Atau perlu enggak kita tambahin debt-nya untuk menembus 8 persen? Tapi kan hitungannya clear di atas kertas. Kalau sudah 7 persen saya naikin sedikit, orang juga happy,” tukasnya.

Indonesia Masih Relatif Lebih Sehat

Purbaya menambahkan, jika dibandingkan dengan negara lain, posisi Indonesia relatif lebih sehat. 

Sejumlah negara maju bahkan mencatat rasio utang yang jauh melampaui standar internasional.

"Lihat negara-negara Eropa, semua mendekati 100 persen sekarang. Amerika ada 100 persen debt to GDP ratio-nya. Jepang 275 persen. Singapura ada 90 persen ya, gede banget. Jadi dari ukuran itu harusnya saya aman. Jadi Anda enggak usah terlalu panik," tambahnya.

Dia memastikan, pemerintah akan terus menjaga disiplin fiskal agar defisit anggaran tetap terkendali di bawah 3 persen terhadap PDB.

Dia menegaskan komitmennya untuk tidak mengubah batas tersebut dalam waktu dekat.

Baca juga: Harta Kekayaan Sudewo Bupati Pati yang Terancam Dimakzulkan Kini, Punya Rp31,5 Miliar 6 Mobil Mewah

"Saya gak akan tembus 3 persen deficit to GDP ratio. Anytime soon gak akan berubah, gak akan saya ubah itu, saya akan jaga terus tahun ini, tahun depan, tahun depan," tegasnya.

Meski demikian, Bendahara Negara itu membuka peluang untuk menyesuaikan strategi fiskal ketika pertumbuhan ekonomi mencapai level yang lebih tinggi.

"Nanti kalau tumbuh kita sudah misalnya 7 persen, kita pertimbangkan perlu gak kita kurangin pajak? Atau perlu gak kita kurangin debt-nya? Atau perlu gak kita tambahin debt-nya untuk nembus 8 persen? Tapi kan hitungannya clear di atas kertas. Kalau sudah 7 persen saya naikin sedikit, orang juga happy," tukasnya.

Strategi Purbaya Kelola Utang

Pada kesempatan berbeda, Purbaya juga membongkar strategi pemerintah dalam mengelola utang negara yang kini tembus Rp 9.000 triliun.

Menurutnya, kunci utama menjaga kemampuan bayar utang adalah memastikan anggaran negara dibelanjakan secara efisien dan memberikan dampak maksimal pada perekonomian.

"Strategi yang pertama adalah anggarannya dibelanjakan, tepat sasaran, tepat waktu enggak ada kebocoran, optimalkan dampak anggaran ke perekonomian," ujar Purbaya saat ditemui di kantornya, Senin (27/10/2025).

Purbaya optimistis, dengan mengoptimalkan penggunaan anggaran negara dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kencang sehingga dari sisi penerimaan negara pun akan lebih besar.

Dengan perbaikan di sektor penerimaan negara, rasio pajak terhadap PDB akan meningkat dalam waktu dekat.

Baca juga: Profil Heru Pambudi, Pegawai Kemenkeu yang HP-nya Bikin Purbaya Minder, Hartanya Lebih Rp71 Miliar

"Kalau real sector berjalan dengan bagus seperti yang saya desain, tapi enggak langsung sekarang ya, beberapa bulan ke depan, harusnya itu akan menaikkan tax ratio hampir 0,5 - 1 persen," ungkapnya.

Untuk itu, Purbaya terus berkeliling ke berbagai daerah untuk mengidentifikasi hambatan di sektor riil.

Dia berharap langkah ini bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025.

"Jadi saya kalau ke sana-sini, bukan enggak ada kerjaan, karena saya bertaruh untuk kuartal ini paling enggak laju pertumbuhan ekonominya lebih cepat dibanding kuartal-kuartal sebelumnya, kita targetkan di atas 5 persen, kalau bisa syukur," tuturnya.

(TribunNewsmaker.com/Kompas.com/Bangkapos.com)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved