Berita Viral
Sosok Zulham, Tukang Sate Provokasi Pengeroyokan Arjuna Hingga Tewas, Sering Keluar Masuk Penjara
Aksi Zulham begitu keji sampai memprovokasi penganiayaan terhadap Arjuna yang saat itu hanya ingin beristirahat di masjid.
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Evan Saputra
Ringkasan Berita:
- Sosok Zulham Piliang, tukang sate yang provokasi pengeroyokan Arjuna Tamaraya hingga tewas di Masjid Agung Sibolga, Medan.
- Aksi Zulham begitu keji sampai memprovokasi penganiayaan terhadap Arjuna yang saat itu hanya ingin beristirahat di masjid.
- Ternyata ia dikenal sebagai pria yang sering buat masalah dan kerap keluar masuk penjara
BANGKAPOS.COM -- Inilah sosok Zulham Piliang, tukang sate yang provokasi pengeroyokan Arjuna Tamaraya hingga tewas di Masjid Agung Sibolga, Medan.
Zulham adalah pria berusia 57 tahun yang sehari-hari berjualan sate.
Terungkap, ia bahkan bukanlah pengurus Masjid Agung Sibolga.
Baca juga: Profil Kombes Budi Hermanto yang Umumkan Bakal Ada Tersangka di Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi
Namun aksinya begitu keji sampai memprovokasi penganiayaan terhadap Arjuna yang saat itu hanya ingin beristirahat di masjid.
Sosok Zulham diungkap oleh Ketua Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Sibolga, Ibnu Tasnim Tampubolon.
Ibnu juga bersaksi bahwa tidak pernah melihat satu kali pun tersangka ikut salat.
"Pelaku bukan pengurus masjid, dan kami tidak pernah melihat mereka ikut salat di sini," katanya, Kamis (6/11/2025).
Tak cuma itu, warga mengenal Zulham Piliang suka berbuat masalah.
Ia bahkan sudah sering keluar masuk penjara karena melakukan tindakan kriminal.
"Kami tahu ZPA (Zulham Piliang) ini memang sering buat onar," tegas Ibnu.
Sementara dalam kasus pembunuhan Arjuna, Zulham Piliang berperan sebagai provokator.
Ia yang pertama kali menuduh korban mencuri kotak amal.
Zulham Piliang juga sosok yang mengajak tersangka lain untuk menganiaya korban.
"Kami tahu ZPA ini memang sering buat onar."
"Dialah yang memprovokasi warga dengan alasan korban mengambil uang di kotak infak," ungkapnya.
Dalam kasus ini ada 4 tersangka lain, yakni Hasan Basri alias Kompil (46) dan Syazwan Situmorang (40), Rismansyah Efendi Caniago (30), dan Chandra Lubis (38).
Mereka dijerat pasal 338 subsider Pasal 170 ayat (3) KUHP tentang pembunuhan atau kekerasan bersama yang mengakibatkan kematian.
Sementara tersangka Syazwan Situmorang dijerat dengan Pasal 365 ayat 3 subsider Pasal 338 subsider Pasal 170 ayat 3 KUHP tentang pembunuhan atau kekerasan bersama yang mengakibatkan kematian dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Paman tak terima
Paman dari Arjuna, Kausar, mengatakan keponakan dikenal baik dan menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal pada April 2025.
Ia membiayai hidup ibu, adik, dan kakaknya, termasuk pendidikan adiknya di Aceh.
"Dia menggantikan posisi ayahnya jadi tulang punggung keluarga. Dia menjadi nelayan, dia juga membiayai biaya adik dan kakaknya kuliah di Aceh," ujar Kausar melalui telepon seluler, Rabu (5/11/2025).
Kausar mengatakan sebelum kejadian, Arjuna hendak berangkat melaut dan menumpang beristirahat di teras masjid setelah membeli nasi goreng senilai Rp 10.000.
Penjual makanan itu bahkan menolak menerima bayaran.
Sekitar pukul 03.00, ZP, seorang penjual sate yang juga tersangka, mendatangi korban dan melarangnya tidur di masjid.
Saat Arjuna tetap tidur, ZP memanggil empat pelaku lainnya untuk menganiaya korban hingga tewas.
"Entah dia gondok atau memang hatinya iblis keluar, ZP memanggil pelaku lain. Tidak tahu apa yang dikatakan, tapi orang itu bisa sampai segitu brutal," kata Kausar.
Percakapan terakhir Arjuna dan adik
Terkuak percakapan terakhir antara Arjuna Tamaraya dan adiknya, Cahaya Amonta.
Arjuna Tamaraya adalah mahasiswa yang tewas setelah dianiaya saat sedang beristirahat di Masjid di Sibolag, Medan, Sumatera Utara.
Kasusnya menyayat hati.
Hanya numpang istirahat dan tidur sejenak, ia justru jadi bulan-bulanan lima pelaku yang mengeroyoknya secara brutal.
Kini terkuak telepon terakhir antara Arjuna dengan adiknya.
Arjuna berjanji akan pulang tahun depan setelah selesai bekerja di laut.
Namun takdir berkata lain sang kakak justru berpulang lebih dulu dengan cara tragis.
Cahaya mengenang sosok Arjuna sebagai pribadi yang tangguh, penyayang, dan sedikit usil, namun selalu punya cara membuat keluarganya tertawa.
"Abang saya pribadi yang baik dan tangguh. Kadang menjengkelkan karena suka gangguin adik-adiknya. Tapi ia royal kalau punya uang. Sering kirim uang jajan untuk saya, ajak jalan-jalan. Banyak yang bilang ia baik sering bantu orang sekitar. Namanya saudara, kadang kami juga kelahi, tapi cepat baikan," kata Cahaya, adik Arjuna dilansir dari YouTube Serembinews.com.
Selain dikenal hangat, Arjuna juga menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja keras demi membantu orang tua dan menyekolahkan adik-adiknya.
Cahaya, yang kini menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Komputer Universitas Syiah Kuala (USK), mengaku sangat terpukul setelah mendengar kabar kematian sang kakak.
"Saya tidak menyangka ada orang yang tega mengeroyok abang saya sampai meninggal. Padahal ia hanya menumpang istirahat di masjid. Siapa pun berhak istirahat di masjid. Bahkan untuk ke toilet pun kita kadang permisi ke masjid. Saya sangat terpukul dan tidak terima," katanya.
Menurut Cahaya, sebelum peristiwa tragis itu, Arjuna sempat pamit lewat telepon.
"Pada Rabu (29/10/2025), abang pamit ke saya lewat telepon. Saya saat itu sedang di perpustakaan," kata Cahaya.
"'Dek, abang berangkat ya selama tiga bulan ikut kapal viser.’ Saya jawab, ‘Hati-hati ya bang, baik-baik di sana,’" sambungnya.
Dalam percakapan itu, Arjuna juga sempat berpesan agar sang adik menjaga diri selama di Banda Aceh.
"Saya tanya kapan pulang, katanya mungkin sebelum puasa, sekitar bulan Januari. Itu terakhir kami teleponan," jelasnya.
Biasanya, Arjuna tinggal di kos selama bekerja di Sibolga. Namun kali ini, ia memilih tidur di masjid karena sedang bersiap berangkat melaut dan tak ingin memperpanjang sewa kamar.
"Sebenarnya abang bilang hari Rabu itu berangkat ke laut. Tapi tidak tahu kenapa bisa ada di Masjid Agung. Kami tidak tahu kalau abang tidur di masjid. Ia biasanya ngekos di Sibolga, bayar per bulan. Karena rencana mau melaut, ia tidak bayar kos dan memilih istirahat di masjid, tepatnya di kawasan Gudang Tobu," tandasnya.
Cahaya juga mengungkap, kakaknya sebenarnya memiliki keluarga di Sibolga, namun memilih tidak menumpang karena merasa sungkan.
"Mungkin karena sudah sering ditolong, ia merasa tidak enak. Jadi ia memilih tidur di masjid. Saat kejadian, abang dipukul di kepala dan perutnya diinjak. Saya sendiri belum sanggup menonton videonya," ucapnya lirih.
Kini, keluarga hanya bisa berharap keadilan ditegakkan bagi Arjuna.
"Harapan saya kepada penegak hukum, agar kasus ini diselesaikan dengan tuntas. Berikan hukuman yang setimpal, dengan jujur dan sebaik-baiknya," tegasnya.
(Bangkapos.com/Tribun Sumsel/Tribun Medan)
| Sosok Deni Rukmana, Ayah Ngamuk Anaknya Ditampar Guru di Subang, Konten Kreator Pengikut 14,5 Ribu |
|
|---|
| Isi Chat Prof Karta Jayadi Rektor UNM ‘Goyang Yuk’ Beredar di IG, Bukti Sinyal Dugaan Lecehkan Dosen |
|
|---|
| Sosok dan Harta Arief Setiawan, Kadis PUPR Riau Ancam Copot Kepala UPT Jika Tak Setor ‘Jatah Preman’ |
|
|---|
| Profil Biodata Rizki Juniansyah, Lifter Pemegang Rekor Dunia Diangkat Prabowo Jadi Perwira TNI |
|
|---|
| Ingat Rizki Juniansyah, Atlet Angkat Besi Peraih Olimpiade Paris 2024 Bakal Naik Pangkat Letnan Dua |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.