Baju Hazmat Kini Tak Lagi Digunakan Nakes yang Rawat Pasien Covid-19, Tapi Wajib Gunakan Alat ini

"Saat dokter dan perawatnya tak menunjukkan rasa takutnya bersentuhan dengan kami atau pasien, tentu itu sangat penting bagi kami yang harus ..."

SCMP/Xinhua
PSIKOLOGIS - Tim medis dengan APD lengkap memberikan kode kepada salah satu pasien virus corona. Regulasi baru menyebut nakes tak perlu mengenakan baju Hazmat saat merawat pasien covid, selain tak efektif, hal tersebut juga dimaksudkan untuk memberi efek psikologis yang baik untuk ketenangan pasien. 

Kata Betty, RSBT menerapkan penggunaan gown untuk penanganan covid-19 itu berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan RI.

"Berdasarkan pedoman Kemenkes RI untuk penanganan covid-19 ini cukup menggunakan gown karena kalau hazmat itu untuk penanganan ebola yang lebih cepat penularannya.

Tapi hazmat tetap kami sediakan untuk tindakan khusus. Kita berdasarkan acuan yang ada di WHO bukan kita asal membuat," ujar Betty saat ditemui Bangkapos.com di RSBT, Selasa (10/8/2021).

Menurutnya, penularan covid-19 bisa melalui saluran pernapasan, baik droplet ataupun kontak. Dengan demikian daerah itu saja yang perlu dilindungi.

"Makanya lindungi bagian hidung dan mulut, serta mata. Dan yang harus kencang sekali dilindungi itu daerah wajah itu, kita tetap kencang sekali dengan daerah yang perlu dilindungi, yaitu pintu masuk dan keluarnya virus itu," bebernya.

Betty menegaskan, untuk daerah pintu masuk penyebaran virus pihak rumah sakit tetap selalu mengencangkan prosedurnya, seperti para dokter dan perawat wajib menggunakan masker N95 yang ketat, kacamata, penutup kepala sekaligus faceshild.

"Jadi bukan berarti virus itu nembus kulit baju seperti itu bukan, tetapi dia melalui pintu saluran pernapasan berarti yang harus kenceng ditutup itu daerah hidung dan mulut dan lakukan kebersihan tangan.

Itu yang paling penting, jadi bukan masalah gown atau hazmatnya tetapi perlindungan dilakukan pada pintu masuk yakni saluran pernapasan," jelasnya.

"Intinya itu yang harus kita perhatikan bukan sibuk dengan hazmatnya, kan bukan melalui kulit atau yang lain tapi virus masuk melalui saluran pernapasan," tegasnya.

Hal yang sama juga disebutkan, Direktur RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang, dr Muhamad Fauzan, kata Fauzan sudah sejak awal tahun kemarin RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang tak lagi menggunakan hazmat.

"Tenaga kesehatan (Nakes) kita juga tidak masalah dengan penggunaan APD level 2 itu. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada penularan dari pasien kepada petugas karena menggunakan baju itu, kalau nakes yang kena itu dari klaster keluarga," sebut Fauzan.

Fauzan juga mengakui, dengan penggunaan gown dapat lebih mempermudah nakes dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pasien.

"Memang secara psikologis orang ketika melihat saat baju hazmat itu dikenakan jadi takut, nah kita juga mengurangi tingkat kecemasan itu, dan juga mempermudah aktivitas nakes selain memang sudah prosedurnya seperti itu ya. Dengan itu jadi lebih leluasa bergerak, pasien nyaman kita layani dengan baik," bebernya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang dr Masagus M Hakim menanggapi ihwal sudah tidak digunakannya baju hazmat untuk menangani pasien Covid-19 di Pangkalpinang.

Hakim menyebut pemakaian baju hazmat memang sudah tidak lagi dianjurkan.

Halaman
1234
Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved