Berita Kriminalitas
Aksi Tawuran Pelajar di Pangkalpinang Jadi Sorotan, Polisi Terpaksa Keluarkan Tembakan Peringatan
Aksi tawuran antar pelajar yang terjadi di Stadion Depati Amir, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, baru-baru ini menjadi sorotan.
Penulis: Nurhayati CC | Editor: nurhayati
"Karenanya adanya tawuran patut menjadi keprihatinan kita bersama harus diantisipasi, agar tidak berubah menjadi kebiasaan dan memancing tindakan sejenis di masa yang akan datang," tegas Ibrahim, Jum'at (11/11/2022).
Walaupun bukan bagian dari kultur pelajar di Bangka Belitung, Ibrahim membeberkan beberapa faktor yang mampu memicu terjadinya aksi tawuran antar pelajar.
"Tawuran biasanya dipicu oleh ego antar kelompok, geng, dan ketersinggungan antar sekolah. Tapi bisa saja tawuran lebih bersifat partisan, bukan korsa sekolah. Anak-anak muda yang labil rentan, untuk memuncak emosinya dan menjadi tindakan yang destruktif," ungkap Ibrahim.
Untuk menghindari aksi tawuran terulang kembali, Ibrahim menegaskan untuk melakukan identifikasi terhadap asal usul para pelajar yang melakukan aksi tawuran.
"Setelah diketahui, perlu dilakukan pendekatan dan pembinaan yang lebih intensif. Saya kira dinas pendidikan dan aparat keamanan, hendaknya membantu untuk melakukan identifikasi," saran Rektor Universitas Bangka Belitung ini.
"Di luar itu, kejadian ini menjadi momentum bagi sekolah untuk melakukan pembinaan lebih intensif sebagai upaya pencegahan. Kebiasaan merusak dan melukai apapun alasannya harus dihindari," tegas Ibrahim.
Peran Orang Tua
Dikutip dari Tribunnews.com Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim MS mengatakan, dalam kasus tawuran pelajar, jangan hanya menyalahkan pihak sekolah.
Karena, orangtua dan masyarakat juga bisa sama-sama ikut berperan mencegah terjadinya tawuran.
Untuk mencegah tawuran, menurut Musliar, Kemendikbud akan semakin menekankan pendidikan karakter terhadap anak didik.
"Apa pun yang terjadi, saya tidak ikhlas kalau sekolah saja yang disalahkan. Terlebih, anak sebenarnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar sekolah," kata Musliar.
Menurut Musliar, kontrol tidak saja dilakukan oleh sekolah, tapi juga orangtua.
Komunikasi antara orangtua dan guru juga harus ditingkatkan, agar tahu kebiasaan anak, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
"Semua harus berperan, sekolah dan orangtua," tegasnya.
Musliar mengatakan, pendidikan karakter harus ditanam sejak awal, agar bisa terus menjadi bekal hidup di masyarakat.
