Bangka Pos Hari Ini
Amanda Tersentuh Ditatap Murid SLB, Provinsi Babel Kekurangan Guru Pendidikan Luar Biasa
Amanda, guru di SLB Negeri 31 Pangkalpinang, mengatakan, awalnya sama sekali tidak tertarik jadi guru, apalagi mengajar siswa berkebutuhan khusus.
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Maryati telah menghabiskan sebagian besar hidupnya bersama anak-anak berkebutuhan khusus di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Wanita berusia 59 tahun ini merupakan salah satu guru senior di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 31 Kota Pangkalpinang. Maryati yang sudah mengajar sejak tahun 1987 itu menceritakan, awalnya dia hanya mencoba tes menjadi guru biasa, lalu mendapat kesempatan
mengajar di SLB.
Tapi setelah itu, dia sangat menikmati profesinya sampai mau pensiun. Bagi Maryati, kunci utama untuk setia mengajar, mendidik dan merawat anak-anak berkebutuhan khusus adalah rasa cinta.
"Saya suka dengan tingkah unik mereka. Menjadi guru Sekolah Luar Biasa itu indah, unik dan menyenangkan," ujar Maryati kepada Bangka Pos, Selasa (2712/2022).
Namun dia tidak menampik, banyak tantangan yang harus dihadapinya selama kurang lebih 36 tahun mengajar kelas tuna grahita.
"Kalau tantangannya, kita harus tahu dulu karakter anak. Potensi yang dikembangkan juga beda,
jadi setiap kegiatan belajar peyampaian berbeda tergantung potensi," kata Maryati.
Akan tetapi ibu tiga orang anak yang sebentar lagi masuk masa pensiun tersebut, mempunyai kebahagian ketika mendidik siswa.
"Sama seperti tadi, saya menikmati menjadi pendidik anak-anak dengan tingkah luar biasa. Karena kadang tingkah mereka lucu, walaupun ada perasaan sedikit kesal," ujarnya seraya tersenyum.
Amanda, guru lainnya di SLB Negeri 31 Pangkalpinang, mengatakan, awalnya sama sekali tidak tertarik menjadi guru, apalagi mengajar siswa berkebutuhan khusus.
"Dulu tidak tertarik jadi guru, apalagi guru di SLB. Tapi ketika mengikuti tambahan pelajaran, ada rombongan siswa SLB Sungailiat lewat dan menatap ke arah saya. Langsung tersentuh, dan pengen jadi guru mereka," ungkapnya kepada Bangka Pos, Selasa (27/12/2022).
Amanda yang baru tiga tahun mengajar di SLB juga mengaku dalam menjalankan tugasnya banyak tantangan yang dihadapi.
"Misal di kelas autisme, tantangannya menghadapi berbagai emosi dan karakter, dan potensi berbeda-beda juga. Pasti ada saat kita emosi juga, tapi kalau kita sudah memahami mereka, harus bisa menahan diri," ucapnya.
Dia juga menyampaikan pengalaman menarik saat mengajar di kelas autisme, ketika harus melapangkan hati atau menahan emosi dalam diri. Dari berbagai pengalamannya itu, ada hal kecil yang membuat wanita asal Sungailiat ini merasa bangga.
"Ketika pagi sampai di sekolah dan melihat berbagai perilaku dari anak, saya sudah merasa bangga, karena bisa menjadi pendidik dari anak-anak ini bagi saya juga kebanggaan," terangnya.
Kekurangan Guru
