Berita Velityng Timur

Si Roni Buaya Viral dari Belitumg Timur, Sekali Makan Bisa Habiskan 20 Kilogram Ikan Pari

Beberapa buaya sering muncul di dermaga di Desa Lenggang Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Penulis: Nurhayati CC | Editor: nurhayati
IST/Capture/Handout
Aksi buaya bernama Roni yang viral di media sosial saat sedang menyantap makanan yang diberi oleh warga di Dermaga Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. 

Sebab masuk ke dalam salah satu hewan yang dilindungi secara hukum, Fachrizal mengatakan masyarakat dan pihak desa tidak bisa melakukan apa-apa untuk meminimalisir potensi adanya korban.

"Sering bilang jaga anak-anak, yang dewasa juga hati-hati jangan anggap remeh, karena binatang buas ini kalau sudah dipelihara pun kadang masih terkam tuannya. Mungkin nanti akan dikasih plang hati-hati buaya atau semacamnya lah," ingatnya. 

Fachrizal berharap, pemerintah daerah melalui bidangnya dapat mengurangi jumlah buaya yang beredar di dermaga nelayan Desa Lenggang sebab sudah dekat dengan permukiman warga dan pernah menelan korban.

Di dermaga tersebut ada ratusan masyarakat yang beraktivitas sebab mencakup seluruh nelayan di Kecamatan Gantung dan jika musim angin barat atau angin kencang nelayan Tanjungpandan juga berlabuh di dermaga Desa Lenggang.

"Buaya berenang-renang di samping perahu itu sudah biasa, kalau ke darat yang di seberang sungainya. Bukan minta dibasmi, tapi dikurangi bagaimana caranya, ditangkap, dipindahkan atau bagaimana," harap Fachrizal Husein. 

Kerusakan Lingkungan

Kemunculan Roni Si Buaya Viral di dermaga nelayan Desa Lenggang Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur diduga ada kaitannya dengan kerusakan lingkungan terutama pada habitatnya seperti sungai dan rawa-rawa.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Belitung Timur, Novis Ezuar, fenomena kemunculan buaya-buaya yang lebih banyak berinteraksi dengan manusia ini sebenarnya erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan.

Jika semakin banyak kerusakan pada sungai dan rawa-rawa yang menjadi habitat buaya maka membuat hewan predator tersebut akan semak sulit mencari makan.

"Istilahnya sarang mereka menjadi hancur, mereka mau tidak mau harus berpindah atau mencari makan di tempat yang memang banyak aktivitas manusianya," kata Novis Ezuar, Kamis (9/2/2023).

Apalagi buaya-buaya itu sudah sering menerima makanan atau diberi makan oleh manusia maka setiap hari pasti akan datang lagi.

"Sama dengan hewan-hewan yang lain lah, ayam, anjing, kalau sudah dikasih makan setiap hari pasti mereka datang tapi sebenarnya ini menurut saya fenomena kerusakan lingkungan di Beltim," jelasnya.

Ezuar menilai, kalau memang lingkungan dalam kondisi baik seperti 20 atau 30 tahun yang lalu, meskipun ada interaksi antara buaya dan manusia tapi jarang sampai ada yang memakan korban jiwa.

"Saya tidak bisa pastikan apakah jumlah hewannya yang tambah banyak atau habitatnya yang berkurang artinya tempat mereka hidup semakin kecil," ungkapnya.

Semakin kecil habitat buaya mau tidak mau hewan buas itu harus merambah ke mana-mana untuk bertahan hidup dan berkemungkinan juga peristiwa banjir tahun 2017 lalu menjadi salah satu penyebab buaya semakin menyebar.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved