Berita Pangkalpinang

Harga Komoditas Timah Turun Jadi Penyebab Melambatnya Daya Beli Masyarakat Jelang Idul Fitri 

Seperti misalnya permintaan akan perhiasan, pakaian, sepatu relative mengalami tingkat yang stabil bahkan terjadi sedikit penurunan dari tahun

Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: Iwan Satriawan
Dok/Devi Valeriani
Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Bangka Belitung (UBB) Devi Valeriani. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA-- Sejumlah pusat perbelanjaan, pasar, hingga beberapa UMKM pada momen jelang lebaran Idul Fitri ini ramai. 

Namun beragam tanggapan dari para pedagang tentang demand pada saat menjelang hari raya  Idul Fitri 1444 hijriah mengatakan bahwa permintaan barang dan jasa lebih rendah dari tahun lalu.

Ada juga yang menyebut kondisi permintaan barang maupun jasa hampir sama dengan tahun lalu.

Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Bangka Belitung (UBB) Devi Valeriani menyebut, dimomen Idulfitri 1444 Hijriah ini memang tidak semua sektor mengalami permintaan yang meningkat, bahkan terjadi kecenderungan menurun. 

"Seperti misalnya permintaan akan perhiasan, pakaian, sepatu relative mengalami tingkat yang stabil bahkan terjadi sedikit penurunan dari tahun lalu. kecuali kebutuhan pokok yang terjadi kecenderungan peningkatan dari awal ramadan dan persiapan lebaran, sedangkan untuk kuliner kecenderungan mengalami peningkatan," kata Devi, Rabu (19/4/2023).

Menurutnya, secara umum memang dikatakan, daya beli mengalami sedikit perlambatan, salah satunya dikarenakan harga komoditas timah mengalami penurunan.

Selain itumasih adanya dampak dari pandemi Covid 19. Hal tersebut menjadi salah satu pembatas masyarakat dalam berbelanja karena pendapatan yang diterima masih terbatas.

Diakui Devi, daya beli masyarakat saat ini belum menyamai situasi sebelum pandemi meski kini tidak ada lagi pembatasan sosial. 

"Artinya dampak pandemi Covid 19 masih mempengaruhi situasi ekonomi  sehingga masyarakat berhati-hati membelanjakan uangnya.  Untuk itu, penyediaan lapangan kerja hingga kepastian pencairan tunjangan hari raya (THR) sesuai ketentuan menjadi penting demi memulihkan daya beli masyarakat," tuturnya.

Meskipun pusat perbelanjaan mulai ramai dikunjungi, namun dia menuturkan, masyarakat tetap memilih berbelanja sesuai prioritas kebutuhannya dan ada kecenderungan masyarakat memilih menyimpan uang ketimbang membelanjakannya. 

"Masyarakat yang memilih menahan berbelanja karena masih terbatasnya pendapatan sehinggga  memutuskan menabung sebagian uang THR  untuk berjaga-jaga. Namun tidak sedikit masyarakat yang memiliki pendapatan yang sudah stabil tetap memanfaatkan momen lebaran untuk berbelanja lebih tinggi dari biasanya, karena tradisi merayakan hari kemenangan dan bentuk menyambut silaturahmi keluarga," pungkasnya.

Devi menyebut, pulihnya daya beli dapat dilakukan salah satunya adalah penyediaan lapangan kerja, memberikan kemudahan  berusaha, memperkuat investasi daerah dengan harapan investasi mampu tumbuh 4,5 sampai 5,6 persen pertahun sehingga kesempatan kerja dan serapan tenaga kerja di Bangka Belitung meningkat, pendapatan masyarakat menguat sehingga daya beli masyarakat terdongkrak. 

Selain itu kepastian pencairan tunjangan hari raya (THR) sesuai ketentuan menjadi penting demi memulihkan daya beli masyarakat. 

"Dari sisi pertumbuhan ekonomi pada saat Ramadan dan lebaran kecendrungan tumbuh positif, apalagi didukung oleh sektor-sektor transportasi, akomodasi, makan minum yang dipastikan mengalami peningkatan permintaan pada hari-hari besar keagamaan," pungkasnya.

"Namun disamping itu harga-harga kebutuhan pokok harus tetap terjaga, hingga saat ini pemantauan harga-harga di pasar-pasar tradisional masih relative stabil. Harapannya proyeksi pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung mampu berada pada kisaran 4,4 persen sampai 5,4 persen," kata Devi," tambahnya.

(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved