Bangka Pos Hari Ini

Petani Lada di Bangka Tengah Gigit Jari, Harga Tak Naik, Tiga Kali Panen Hanya Untung Rp 1 Juta

Hormah giat menanam lada setelah melihat kakaknya bisa menunaikan ibadah haji dari hasil kebun tersebut.

Editor: nurhayati
Dok/Bangka Pos
Ilustrasi kebun lada 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Usianya baru 21 tahun saat mulai berkebun lada.

Harapan besarnya kala itu adalah menunaikan ibadah haji seperti sang kakak yang berangkat ke Mekkah dari hasil berkebun lada.

40 tahun berlalu, perempuan itu belum bisa mewujud mimpinya.

Kendati begitu asanya berkebun lada tidak meredup.

“Ya mau apa lagi, memang kalau sekarang rugi nanam lada. Bisa dilihat saja, pupuk hampir tembus kurang lebih Rp200 ribu per karung isi 50 kilogram tanpa subsidi dan ditambah harga jualnya murah serta banyak batang lada yang mati karena terserang berbagai penyakit,” ujar Hormah (61), petani lada di Desa Keretak Atas, Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), Selasa (15/8/2023).

“Tapi tetap nanam terus, itu kan kebutuhan kita dan misal tidak ada yang nanum lada pasti nanti susah mencari lada khususnya di Povinsi Babel dan sudah menjadi ciri khas kita dari dulu,” lanjutnya.

Hormah giat menanam lada setelah melihat kakaknya bisa menunaikan ibadah haji dari hasil kebun tersebut.

Dia memulainya pada tahun 1983.

“Saya nanamnya bertahap sampai punya 1.000 batang,” kata Hormah.

“Kalau dulu masih murah harga jual lada awal-awal menanam Rp600 perkilogramnya di pasaran, ada perubahan atau kenaikkan setiap tahun sampai tahun 2019 kemarin saya jual dengan harga Rp200 ribu per kilogramnya. Akan tetapi sekarang malah turun, kemarin jual hanya dibeli perkilogram Rp75 ribu,” sambungnya.

Pada tahun 2019 lalu, ibu lima anak ini memanen hasil tanaman di tahun 2017, di mana saat itu harga lada mengalami kenaikan secara dratis.

Hormah menuai keuntungan dari hasil panen 900 batang Lada.

“Modal kurang lebih Rp20 juta dan hasilnya lebih dari itu dan kemarin saya belikan motor anak saya serta untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Hormah.

Namun kini Hormah tak bisa mengulang suksesnya.

Harga jual yang murah dan serangan penyakit kuning nembuatnya rugi. Hanya tersisa 300 batang lada yang ditanam Hormah.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved