Tribunners

Pentingnya Adat, Budaya, Kearifan Lokal, dan P5 pada Karakter

P5 adalah upaya untuk mewujudkan pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Waldimer Pasaribu, S.Psi., M.Si. – Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung 

Oleh: Waldimer Pasaribu, S.Psi., M.Si. – Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung

INDONESIA merupakan negara kepulauan yang terdiri atas banyak pulau, namun lebih dibentangi atau didominasi oleh perairan laut ketimbang daratan (pulau). Hal itu yang menunjukkan bahwa Indonesia dikenal sebagai benua maritim (maritime continent).

Setiap individu pun memiliki hak untuk berdomisili (tempat tinggal) sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan. Seperti halnya, banyak di antara individu saat ini merantau ke daerah lain (bukan tanah kelahiran) untuk melanjutkan pendidikan, mencari pekerjaan, serta mencari pasangan hidup (berkeluarga).

Pada kesehariannya, individu pun selalu bersosialisasi dan berinteraksi dengan individu lainnya bahkan hingga masyarakat luas dengan logat, sikap, bahasa, ataupun budaya yang berbeda dari tanah kelahirannya. Di samping itu, si individu pun tetap melakukan sosialisasi dan interaksi dengan masyarakat menggunakan bahasa Indonesia (pemersatu bangsa). Seiring berjalannya waktu, individu tetap selalu mempelajari serta memahami setiap kata ataupun kalimat (bahasa daerah) yang terdengar olehnya dari setiap masyarakat (penduduk asli) yang dijumpainya.

Beberapa hari kemudian, seorang dosen pun berada pada situasi dimana terdapat beberapa individu (rantauan) yang memang bukanlah pribadi kelahiran daerah itu (Bangka). Hal itu terlihat dari sikap dan cara tiap individu saat berinteraksi. Hal itu pun didukung dengan bahasa daerah yang diucapkan oleh beberapa individu secara spontan ketika berbicara dengan dosen. Individu pun mengatakan bahwa ia adalah kelahiran Jawa Tengah, dimana hal ini mengartikan bahwa adanya pengaruh besar suatu tanah kelahiran, yakni adat, budaya, kearifan lokal, serta karakter yang masih melekat pada diri individu meskipun berdomisili di tempat lain (bukan tanah kelahiran). Hal itu terlihat oleh dosen ketika turut menghadiri acara gema suara dan P5 yang diadakan oleh SMK Yapensu Sungailiat.

Pada kesehariannya, dosen selalu bersosialisasi dengan masyarakat terkait dengan pekerjaan yang diemban dosen yakni mendidik. Hal itu didukung oleh adanya tugas dosen dari pemerintah yakni Kampus Mengajar di mana dosen dipercaya untuk membimbing mahasiswa-mahasiswi yang ditugaskan atau ditempatkan di SMK Yapensu Sungailiat. Hal itu pun memberi tambahan bagi dosen khususnya melihat dinamika pendidikan pada jenjang yang berbeda.

Dosen pun bangga karena arah capaian pemerintah linear dengan metode yang biasa dilakukan oleh dosen di dalam kelas pada mahasiswa-mahasiswi. Dosen bersama mahasiswa-mahasiswi pun mulai membuat program kerja kampus mengajar yang searah pada kurikulum program pembelajaran di sekolah. Di samping itu, mahasiswa-mahasiswi juga membuat dan melaksanakan program kolaborasi bersama pihak sekolah yang searah dengan pemerintah, yakni peningkatan karakter dengan melakukan “P5” (projek penguatan profil pelajar Pancasila) berkolaborasi dengan “Gema Suara SMK Yapensu” (Bulan Bahasa, Hari Pahlawan, dan Pentas Seni) bertema kearifan lokal.

“Gema Suara SMK Yapensu dan P5” bertema kearifan lokal di kalangan siswa-siswi SMK Yapensu Sungailiat telah terlaksana pada pertengahan November 2023. “Gema Suara SMK Yapensu dan P5” bertema kearifan lokal itu menyelenggarakan berbagai lomba, antara lain, menyanyi lagu daerah Bangka, membaca puisi dengan dua versi bahasa (bahasa Indonesia dan Inggris), dan adanya pertunjukan tarian daerah Bangka (tim) oleh siswa-siswi SMK Yapensu Sungailiat.

“Gema Suara SMK Yapensu dan P5” di SMK Yapensu Sungailiat dihadiri oleh ketua yayasan, kepala sekolah, guru-guru, dan karyawan SMK Yapensu Sungailiat, orang tua siswa-siswi SMK Yapensu Sungailiat, tim Yamaha sebagai sponsor, serta masyarakat sekitar. “Gema Suara SMK Yapensu dan P5” itu pun menjadi bagian dari program kerja mahasiswa-mahasiswi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Beberapa guru (ketua yayasan, wakil kepala sekolah) berkata kepada dosen pembimbing lapangan mahasiswa-mahasiswi yang juga hadir saat acara diselenggarakan, “Saya bangga Pak, hadir disini melihat Gema Suara SMK Yapensu dan P5 yang dikolaborasikan serta digiatkan oleh sekolah bersama mahasiswa-mahasiswi kampus mengajar Angkatan 6 bimbingan bapak. Sungguh, gema suara ini memang selalu kami laksanakan setiap tahun namun adanya kolaborasi P5 itu membuat ragam acara lebih bernuansa variatif dan berdinamika seperti adanya UMKM oleh siswa-siswi di mana hasil dari olahan tangan siswa-siswi dapat dihidangkan dan memiliki nilai jual (aneka gorengan, minuman kopi, es melon, es jeruk, dan es buah naga).”

“Ragam lomba serta adanya UMKM ini sangat memotivasi serta mendapat antusias yang baik dari anak-anak, di mana hal itu sangat memotivasi anak-anak dan masyarakat untuk mengingat pentingnya pendidikan, tari seni budaya daerah, bahasa daerah, agama, dan karakter. Hal itu dikemas dan terlihat dari ragam perlombaan pada Gema Suara SMK Yapensu dan P5 ini. Hal itu yang membuat saya menjadi terharu saat melihat lomba demi lomba yang ditunjukkan oleh anak-anak SMK Yapensu. Kiranya, mahasiswa-mahasiswi pun dapat lebih diperpanjang di sekolah ini karena kami sangat merasakan dampak akan hadirnya mahasiswa-mahasiswi kampus mengajar Angkatan 6 ini, Pak.”

Gema Suara SMK Yapensu dan P5 berlangsung dengan lancar. Hal itu pun merupakan bagian kerinduan dan pengetahuan bagi masyarakat, di mana acara Gema Suara SMK Yapensu dan P5 seperti menyanyi lagu daerah Bangka, membaca puisi dengan dua versi bahasa, dan adanya pertunjukan tarian daerah bangka, serta adanya UMKM yang dilakukan oleh anak-anak memberikan dampak yang besar bagi pengembangan wawasan dan pembentukan karakter setiap individu. Guru-guru, tim Yamaha, serta masyarakat pun terkesan dan memberi dukungan serta perhatian yang penuh saat berlangsungnya Gema Suara SMK Yapensu dan P5.

P5 adalah upaya untuk mewujudkan pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Berdasarkan Keputusan Mendikbudristek Nomor 56/M/2022, P5 adalah kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi, serta upaya mewujudkan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan.

Di samping itu, P5 sangat penting untuk diterapkan di dalam lingkungan satuan pendidikan dengan menghadapi berbagai persoalan yang ada di lingkungan sehingga setiap anak dapat belajar secara langsung (mengalami pengetahuan mengembangkan wawasan) guna menanggapi setiap persoalan di lingkungannya. Ki Hadjar Dewantara (2009) menyatakan bahwa anak-anak mesti didekatkan hidupnya kepada kehidupan rakyat agar mereka tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi bisa mengalaminya sendiri. Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

P5 juga penting di dalam kehidupan karena memiliki prinsip untuk menjadikan lingkungan dan realitas kehidupan sebagai bahan utama pembelajaran. Hal itu didukung dengan adanya prinsip P5 yang memandang segala sesuatu secara keseluruhan (holistik), memiliki hubungan/korelasi dengan usaha (kontekstual), peserta didik sebagai subjek utama pembelajaran aktif, serta adanya semangat untuk membuka ruang pengembangan diri dan inkuiri (eksploratif). Hal itu sejalan pada program pendidikan guna memperkuat karakter serta profil pelajar Pancasila pada tiap individu. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved