Tribunners
Refleksi PISA 2022 untuk Perbaikan Sistem Pendidikan
Data PISA tahun 2022 menjadi refleksi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan reformasi pendidikan di Indonesia, termasuk perbaikan mutu guru
Oleh: Ari Gunarti, S.Pd. - Guru UPTD SMPN 1 Sungailiat
BERDASARKAN hasil Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022, ada 81 negara di dunia yang mengikuti tes PISA, termasuk Indonesia. Diikuti siswa yang berusia 15 tahun yang dipilih secara acak di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah tertinggal dengan mengikut tes literasi membaca, matematika, dan sains.
Berdasarkan pengumuman PISA tahun 2022, Indonesia mengalami penurunan kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains. Berdasarkan skor PISA tahun 2022, literasi membaca turun 12 poin dari skor PISA tahun 2018, yakni dari skor 371 menjadi 359. Literasi matematika turun 13 poin dari tahun 2018 dengan skor 379 menjadi 366. Sementara itu, literasi sains turun 13 poin dari tahun 2018 dengan skor 396 menjadi 383 di tahun 2022.
Tentunya skor PISA tahun 2022 belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024. Jika melihat target untuk literasi membaca target RPJMN yakni 392 dan target RPJMN untuk skor literasi matematika yakni 388. Adapun target RPJMN untuk skor literasi sains yakni 402. Namun kita jangan berkecil hati, karena penurunan tidak hanya dialami Indonesia. Negara-negara dengan sistem pendidikan yang sudah maju pun mengalami hal serupa.
Penurunan skor PISA tahun 2022 menunjukkan baru 18 persen siswa mencapai level dua dalam matematika, jauh lebih rendah dari rata-rata negara Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Cooperation and Development/ OECD) sekitar 69 persen. Hendaknya PISA tahun 2022 menjadi refleksi untuk perbaikan sistem pendidikan di Indonesia lebih berkualitas lagi.
Penurunan skor PISA tahun 2022 hampir terjadi diseluruh negara karena terjadi krisis pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir dua tahun. Dampak pandemi menyebabkan ketertinggalan pembelajaran (learning loss) serta disrupsi pendidikan yang menyebabkan seluruh negara harus dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi darurat akibat terjadi penutupan sekolah. Data PISA tahun 2022 diambil tepat setelah pandemi Covid-19 mulai mereda. Jadi tidak mengherankan terjadi penurunan skor PISA tahun 2022 hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menyatakan adanya peningkatan peringkat pada skor PISA tahun 2022. Peningkatan peringkat PISA yang naik sekitar 5 sampai 6 posisi jika dibandingkan PISA tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi learning loss akibat dari pandemi. Pemulihan pendidikan Indonesia akibat dampak dari pandemi jauh lebih cepat daripada rata-rata dunia.
Pada skor literasi membaca Indonesia naik 5 posisi dibandingkan sebelumnya. Kemudian skor literasi membaca jika dibandingkan dengan rata-rata dunia turun 18 poin, sedangkan Indonesia hanya turun 12 poin daripada rata-rata dunia.
Sementara itu, literasi matematika peringkat Indonesia naik 5 posisi jika dibandingkan tahun 2018. Secara umum di seluruh dunia skor literasi matematika turun 211 poin, tetapi Indonesia hanya turun 13 poin.
Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menyesuaikan pembelajaran di masa pandemi dengan memberikan fleksibilitas kepada satuan pendidikan untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Hal ini dituangkan dalam keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi terkait kurikulum darurat.
Pemerintah juga memberikan bantuan subsidi kuota internet untuk guru, siswa, dosen. Peluncuran aplikasi yang menyediakan pelatihan mandiri secara daring untuk membantu guru agar dapat menyesuaikan diri dengan Kurikulum Merdeka. Kemudian menghentikan ujian nasional dan menggantinya menjadi asesmen nasional (AN), asesmen kompetensi minimum (AKM) yang memuat soal-soal penalaran dalam literasi membaca, matematika dan sains yang merujuk pada PISA yang dirancang oleh Organisation for Economic Cooperation and Development/ OECD.
Asesmen nasional juga memasukan survei karakter dan lingkungan belajar yang tidak ada dalam PISA. Siswa dapat berprestasi dan membentuk karakter secara optimal jika tidak ada perundungan. Sekolah harus menjadi rumah yang nyaman, aman, dan melindungi dari tindakan kekerasan, baik verbal maupun fisik, yang dilakukan guru maupun teman di sekolah.
Data PISA tahun 2022 menjadi refleksi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan reformasi pendidikan di Indonesia, termasuk perbaikan mutu guru di sekolah karena masih banyak guru mengajar hanya sekadar rutinitas, sulit beradaptasi dengan perubahan meskipun zaman sudah berubah. Guru masih nyaman mengajar dengan gaya lama bahkan aplikasi platform merdeka mengajar yang disediakan pemerintah jarang dibuka dan dipelajari. Tidak ada inovasi dalam pembelajaran dan penilaian sehingga tidak ada perubahan pada kualitas pembelajaran.
Guru masih memberikan soal-soal sederhana sehingga siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal penalaran yang berkaitan dengan pengetahuan literasi membaca, matematika, dan sains. Dengan demikian, secara langsung siswa merasa PISA tidak berkaitan langsung dengan mata pelajaran yang dipelajari sehari-hari di sekolah. Wajar saja jika siswa sulit untuk bisa mengerjakan asesmen internasional seperti PISA.
Kepala satuan pendidikan perlu mengidentifikasi akar masalah dari mutu pembelajaran maupun kualitas sumber daya sekolah melalui rapor pendidikan. Namun, kenyataanya masih ada kepala satuan pendidikan dan guru belum memahami betul kegunaan hasil rapor pendidikan. Padahal rapor pendidikan digunakan untuk dijadikan analisis, perencanaan, dan tindak lanjut peningkatan kualitas pendidikan di satuan pendidikannya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.