Berita Bangka Selatan

Meski Cuaca Ekstrem,  Nelayan di Bangka Selatan Tetap Melaut, Akui Hasil Tangkapan Meningkat

Hendra bilang, dirinya tetap melaut lantaran di tengah cuaca saat ini kondisi tangkapan nelayan justru mengalami peningkatan cukup

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Iwan Satriawan
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
 Sejumlah nelayan saat mengangkut hasil tangkapan mereka dari atas kapal di Pelabuhan Tanjung Ketapang, Toboali, Selasa (16/1/2024). Selama cuaca ekstrem hasil tangkap nelayan meningkat, akan tetapi harga jual justru merosot. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Sejumlah nelayan di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung terpaksa tetap melaut di tengah cuaca ekstrem.

Langkah itu semata-mata guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Para nelayan memilih tetap melaut mencari ikan lantaran hasil tangkapan ikan cukup lumayan banyak.

Seorang nelayan di Batu Perahu, Hendra mengaku, saat ini cuaca di perairan laut Bangka Selatan dalam kondisi tidak normal akibat dampak cuaca ekstrem.

Bahkan ketinggian ombak mencapai 1,5-2 meter di tengah laut. Meski cuaca sedang tidak baik, sejumlah nelayan termasuk dirinya memilih tetap melaut.

“Cuaca ekstrem saya tetap melaut, memang untuk ketinggian ombak cukup tinggi mencapai 1,5 meter,” kata dia kepada Bangkapos.com, Selasa (16/1/2024).

Hendra bilang, dirinya tetap melaut lantaran di tengah cuaca saat ini kondisi tangkapan nelayan justru mengalami peningkatan cukup signifikan.

Kondisi ini dirasa nelayan jauh lebih baik dari pada bulan Desember 2023 lalu ketika cuaca sedang bagus. Pada cuaca stabil hasil tangkapan ikan hanya mencapai kurang lebih seberat 100 kilogram. 

Akan tetapi, saat ini tangkapan ikan nelayan meningkat secara 100 persen, tak tanggung-tanggung tangkapan mencapai 200 kilogram. Tentunya hal ini memberikan dampak positif dari para nelayan di tengah cuaca yang tak menentu.

“Hasil tangkap nelayan sekarang ini bisa mencapai 200 kilogram ikan bawal hitam. Berbeda dengan bulan sebelumnya hanya 100 kilogram sekali jalan,” papar Hendra.

Di tengah melimpahnya hasil tangkapan lanjut dia, harga ikan justru merosot tajam. Selama tiga bulan terakhir harga ikan jenis bawal hitam masih stagnan diharga Rp40 ribu per kilogram.

Padahal sebelumnya harga ikan jenis itu dibanderol dengan harga Rp60 ribu per kilogram. Jumlah ini tentunya mengalami penurunan harga sebesar Rp20 ribu per kilogram.

Masalah itu tentunya membuat nelayan kecewa, karena tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan untuk melaut.

Di mana dari pesisir pantai hingga tempat mencari ikan nelayan harus menempuh jarak sekitar 20 mil. Semakin jauhnya zona tangkap nelayan ini turut dipengaruhi oleh beroperasinya kapal trawl.

“Tiga bulan terakhir harga jual ikan bawal hitam Rp40 ribu per kilogram, kalau dulunya Rp60 ribu per kilogram. Saya tidak pasti penyebab menurunnya harga jual ikan bawal hitam sekarang ini,” ungkapnya.

Meskipun demikian kata Hendra, pilihan tetap melaut untuk mencari ikan di tengah ancaman cuaca ekstrem yang menyebabkan gelombang tinggi angin kencang menjadi pilihan yang dilematis bagi para nelayan.

Disatu sisi keselamatan mereka terancam saat mencari ikan di laut. Selain itu mereka pun harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.

“Mau tidak mau harus tetap melaut, ini kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” pungkas Hendra. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

 

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved