Wawancara Ekslusif
Dani Virsal Blak-blakan Tantangan Berat 4 bulan Terakhir
sejak 2023, timah sebagai komoditas maupun sebagai korporasi menjadi sorotan mediamedia nasional. Baik itu karena penegakan hukum terhadap tata ...
Penulis: Arya Bima Mahendra | Editor: Asmadi Pandapotan Siregar
Begitu juga tata kelola, ada hal yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, ayo kita lakukan pendampingan-pendampingan. Itu membuat kita lebih yakin untuk melakukan pekerjaan itu bersama-sama.
Ini mungkin satu langkah perbaikan untuk kita ke depan bagaimana kalau kita ada program baru, lebih baik kita konsultasikan.
Jadi ada kacamata yang lain yang melihat program ini secara hukum, secara legal dan secara aturan yang berlaku saat itu. Jadi ketika kita melakukan suatu terobosan atau inovasi, mesti harus dilakukan secara legal.
Paling tidak, ada tiga yang haru kita lakukan, di samping legal, terus risikonya seperti apa. Apa langkah mitigasi terhadap risiko-risiko yang ada itu.
Ini juga harus diantisipasi bagaimana kita memitigasi resiko-resiko yang akan timbul dari pekerjaan baru, metode baru atau kerjasama baru yang kita lakukan.
Bukan hanya analisa finansial, tapi analisa risiko itu juga sangat perlu. Jadi kalau sekarang, paling tidak kita punya tiga itu tadi, kajian hukum, kajian risiko dan tentunya kajian finansial.
Bagaimana menurut anda tentang kerugian ekonomi yang mencapai ratusan triliun sejak 2015-2022?
Saya enggak begitu paham perhitungannya seperti apa. Tapi saya yakin kalau dilihat dari kacamata yang berbeda, kalau kita lihat dari sisi positifnya pasti ada, misalnya untuk sumber air baku saat kemarau.
Tapi tentunya harus ada sentuhan-sentuhan lain, perlu rekayasa, misalnya ada tanaman yang bisa menyerap logam berat dan lain-lain. Jadi tidak hanya melihat dari sisi negatifnya saja.
Banyak yang bisa dilakukan, misalnya untuk wahana rekreasi, wahana edukasi dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. (Arya Bima Mahendra/Bersambung)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.