Sosok 'Orang Arab Pute' Memiliki Ilmu Kanuragan dan Linuwih Dalam Kisah Orang Lum dan Suku Mapur
Sosok Akek Antak sudah menjadi cerita turun temurun di Pulau Bangka dan Belitung. Orang Lom juga memanggil Akek Antak dengan sebutan "orang arab Pute"
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOSCOM--Ketika berbicara soal sejarah penyebaran islam di Pulau Bangka, maka akan muncul sebuah nama yang menjadi legenda dan mitologi Akek Antak.
Sosok Akek Antak sudah menjadi cerita turun temurun di Pulau Bangka dan Belitung. Orang Lom juga memanggil Akek Antak dengan sebutan "orang arab Pute" .
Sosok Akek Antak diceritakan merupakan sosok tinggi besar, yang memiliki ilmu kanuragan dan linuwih yang hebat.
Sosok Akek Antak juga diyakini mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad Saw.
Sosok Akek Antak, yang selama ini dianggap sebagai mitologi atau dongeng, ternyata merupakan tokoh sejarah yang nyata.
Deqi menemukan bahwa Akek Antak berasal dari Hadhramaut-Yaman dan mendarat di Bangka pada abad ke-10 Masehi.
Ia adalah seorang ulama yang memiliki karamah dan berperan dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Bangka bernama Syeikh Syarif Abdul Rasheed.
Hal ini diungkap oleh penelitian yang dilakukan oleh Teungku Sayyid Deqi yang dilakukan selama delapan tahun.
“Siapakah Akek Antak, sebenarnya memiliki nama Syeikh Syarif Abdul Rasheed sesuai penelitian mengenai silsilah dan nasabnya. Jadi Akek Antak datangnya sekitar abad ke 10 masehi, yang berasal dari negri Arab,” kata Teungku Deqy
Hasil penelitiannya tersebut, dirangkum dan dicatat dalam sebuah buku berjudul "Korpus Mapur Dalam Islamisasi Bangka" yang ditulis Teungku Sayyid Deqi pada tahun 2014
Dari penelitian yang ia lakukan, menunjukkan jika Syeikh Syarif Abdul Rasheed atau dikenal Akek Antak berasal dari Hadhramaut-Yaman yang sebelumnya berada di tanah Jawa tepatnya daerah Cirebon, yang kemudian mendarat di Bangka, tepatnya di daerah Mapur.
“Sosok Akek Antak ini memang memiliki ciri tubuh yang tinggi besar, akan tetapi bukan seperti apa yang dibilang orang seperti raksasa, satu kaki di bangka, satunya lagi di Palembang. Disini saya akan menjelaskan secara ilmiah dan impiris siap sosok sebenarnya,” tegasnya.
Pernyataan itu juga dituangkan dalam bukunya, yang menuliskan penokohan mutlak ini akhirnya memunculkan sisi yang begitu heroik jika, silsilah mereka berasal dari ‘Akek Antak’ yang melahirkan Orang Lum atau orang adat bukan muslim.
Padahal menurutnya, pernyataan itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ia dapatkan secara lisan juga keluar dari sebagian masyarakat Tuing dan Mapur.
Mereka secara keseluruhan, mengatakan bahwa ‘Akek Antak’ adalah orang Arab yang masih keturunan Nabi Muhammad Saw yang mereka sebut ‘Orang Arab Pute.
Selanjutnya menurut Teungku Deqi, sosok Akek Antak merupakan seorang ulama yang memiliki karamah.
Sosoknya datang ke Mapur, dalam tugasnya untuk menyebarkan agama Islam, meskipun masih sebatas bagaimana mendakwahkan agama dengan menyentuh jiwa masyarakat saat itu.
“Pada saat itu beliau belum mengajarkan tentang puasa, salat, mengaji, cuma menyampaikan megenai ketauhid-an. Ki Antak masuk ke daerah mapur tapi tidak lama karena memang tidak banyak masyarakat yang bermukim di kawasan itu, sehingga lari ke daerah gunung maras dan berakhir di bangka kota,” jelas Teungku Deqi.
Hal itu sesuai dengan dalam kutipan buku tersebut, yang menjelaskan jika Akek Antak digambarkan oleh Orang Lum sebagai sosok yang sakti dan banyak mempunyai kekuatan ghaib.
Ia menyebutkan salam agama Islam, hal itu disebut dengan kekharomahan dan juga unsur kedekatan dengan Allah.
"Seorang hamba mempunyai kelebihan bathiniah karena terang dan bersihnya hati, serta mampu menunjukkan bukti-bukti kebesaran Allah kepada orang yang memusuhinya – seperti peristiwa mukasyafah," jelasnya
Pada konteks ini Akek Antak terlibat dalam kondisi yang harus membuatnya melakukan hal-hal yang membuat Orang Lum percaya akan keberadaan Allah SWT.
Selanjutnya pada penelitian yang ia lakukan, dirinya menyebar 500 sampai 600 kuisioner untuk menanyakan siapa sosok Akek Antak.
Hasilnya dari orang-orang mapur mengatakan jika sosok ini merupakan orang arab putih, disini membuktikan orang lum juga membenarkan adanya tokoh tersebut.
“Antak itu artinya kuat, tahan, tidak terkalahkan, peneliti Norwegia menyebutnya herculesnya Bangka. Tetapi itu masih dalam tatarang dongeng, padahal dia merupakan seorang ulama yang berdakwah di Mapur Gunung Maras, kemudian pindah lagi ke Bangka kota,” tuturnya.
Hal tersebut juga tertulis di dalam buku yang berbunyi, namun dalam situasi yang serba terbatas dan tertentu ini interpretasi Orang Lum terhadap Akek Antak tetap sebagai orang yang sakti dan banyak mempunyai kekuatan ghaib, dianggap sebagai dewa, bukan sebagai tokoh muslim.
Mengenai pengakuan mereka jika Akek Antak merupakan sebuah anggapan yang dikaitkan dengan perkawinan dengan salah satu perempuan dari Orang Lum tersebut, sehingga menyimpulkan bahwa seolah-olah pada seluruh generasi Orang Lum berasal dari Akek Antak.
Pada penelitiannya membuktikan adanya, nama Akek Antak dalam naskah kuno orang Mapur.
Pada naskah yang berjudul Alam Segimar Alam Setungkal, dengan berbahasa arab gundul mejelaskan adanya serah terima penyebaran agama islam pada tokoh-tokoh lain, secara tahap demi tahap.
“Itu terulang pada memori kolektif orang mapur, di dalam naskah kunonya. Itu yang membuktikan jika mapur merupakan pijakan islam yang pertama di bangka yang dibawa Syeikh Syarif Abdul Rasheed atau Akek Antak,” tandas Teungku Deqi.
“Beliau adalah orang pertama yang menyebarkan agama Islam ke Pulau Bangka ratusan tahun yang lalu. Dakwahnya meliputi wilayah Mapur, pertama yang membawa Islam dan berkedudukan awal di Gunung Pelawan, lalu ke Pesaren, Air Abik, Mapur, Gunung Muda, Tuing, dan sekitarnya," pungkasnya.
Diyakini Keturunan Nabi Muhammad SAW
Dari penelitian yang dilakukan Tengkeu Deqy, sosok Akek Antak merupakan merupakan tokoh muslim pembawa agama Islam paling awal ke Bangka, yang berasal dari Hadhramaut-Yaman, dengan keturunan Alawiyyin dari Dinasti Azmat Khan.
Mengutip tulisan Tengkeu Sayyid Deqy menuliskan, tokoh tersebut merupakan seorang ulama penyebar agama Islam pertama di Pulau Bangka.
Sosok yang keturunan Yaman-Hadhramaut itu, datang sekitar abad 10 Masehi, dan disebut mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad Saw.
“Mencermati masa hidup Akek Antak yang dikaitkan genealoginya dengan keturunan Alawiyyin dari Dinasti Azmat Khan. Tahun kehidupan Akek Antak berada pada abad ke 6-7 Hijriah yang merupakan fase perkembangan anak-anak dari Abdul Malik bin Alwi-dan satu hal lagi mengenai hubungan emosionalnya dengan kewalian Turki dan kewalian Aceh,” jelas Deqy.
“Genealogi Akek Antak, serta masa hidupnya yang berada di tarikh abad ke-6 Hijriah, sangatlah berdekatan dengan perkembangan keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis Abdul Malik bin Alwi,” ungkapnya.
Selanjutnya ia juga menjelaskan, meski Akek Antak digambarkan oleh Orang Lum sebagai sosok yang sakti dan banyak mempunyai kekuatan ghaib.
Tetapi dari penelitiannya, jika cerita tersebut dilihat pada agama Islam, disebut dengan kekharomahan dan juga unsur kedekatan dengan Allah.
Deqy menilai, hal itu merupakan suatu kelebihan bathiniah, karena terang dan bersihnya hati, serta untuk menunjukkan bukti-bukti kebesaran Allah kepada orang yang memusuhinya – seperti peristiwa mukasyafah.
Dalam konteks ini - Akek Antak terlibat dalam kondisi yang harus membuatnya melakukan hal-hal yang membuat Orang Lum percaya akan keberadaan Allah SWT.
Masih mengutip pada tulisan Tengkeu Sayyid Deqy, disebutkan juga adanya hubungan kewalian Turki dan kewalian Nusantara yang mana meliputi kewilayahan kewalian Aceh, sehingga sosok Akek Antak sebagai tokoh muslim yang berasal dari Hadhramaut-Yaman, merupakan seorang paling awal yang membawa agama Islam ke Bangka.
“Artinya masih tersambung nasabnya dengan Nabi Muhammad Saw, yang dikuatkan secara arkeologi pada makam Akek Antak yang berada di Bangka kota, memiliki nisan tipe Aceh. Di dalam undang-undang melayu yang berlaku di Aceh, batu nisan itu hanya diperuntukan untuk ulama atau keturunan raja,” ungkap Deqy.
Ia juga menjelaskan, jika adanya batu nisan dengan tipe Aceh tersebut hanya diperuntukkan untuk orang-orang tertentu dari status sosial tertentu.
Dari adanya kaitan tersebut, meski makam Akek Antak tidak memiliki tulisan tetapi memiliki relief Gedung Samar yang banyak ditemukan di Cirebon sehingga berkaitan dengan Sunan Gunung Jati.
“Jadi motif nisan Akek Antak itu menggambarkan sebuah gedung rahasia, yang ternyata tempat itu berada di Turki. Sunan Gunung Jati itu mempunyai ayah yang Bernama Syarif Nurullah Alam Al Azmat Khan, mempunyai kitab yang ditanam di dalam tanah atau Gedung Rahasia yang pintunya sama dengan relief yang ada di nisan Akek Antak,” kata Deqy.
Oleh karena itu, menurutnya adanya konsep itu dituangkan dalam nisan tersebut menunjukkan sesuatu yang sepesial dari Akek Antak sebagai salah satu Wali Allah.
Hal itu dilihat dari digunakannya nisan khusus dari batu Aceh dan sudah berusia sekitar 1000 tahun, karena memiliki tahun 1182 Masehi.
Dari hal itu menunjukkan jika Akek Antak memang ada dan bukan tokoh sembarangan.
“Sosoknya tidak hanya sebuah mitologi atau legenda yang digambarkan sebagai sebuah raksasa, tetapi seorang Wali Allah. Namun orang mapur menyatakan Akek Antak merupakan leluhur atau dewa nya mereka, itu karena tidak adanya pemahaman mereka mengenai para wali,” tegas Deqy.
Orang Lum dan Suku Mapur
Dalam buku tersebut, Deqi menyampaikan mengenai keberadaan suku Mapur, yang dikenal dengan nama orang Lum.
Di Pulau Bangka, banyak yang menganggap bahwa orang Lum tidak memiliki agama, namun hasil penelitiannya mengungkapkan perspektif yang berbeda.
Menurut Deqi, suku Mapur merupakan kelompok masyarakat tertua di Pulau Bangka dengan tingkat kemistisan yang tinggi.
Melalui penelitiannya, Deqi menemukan bukti empiris yang menyatakan bahwa keberadaan agama Islam sudah ada sejak Abad ke-10.
Kedatangan orang Mapur ke Pulau Bangka pada Abad ke-9 atau 10 disebabkan oleh serangan dari dinasti Nguyon.
Orang-orang Mapur, yang berasal dari negara Champa-Kamboja, telah memiliki hubungan dengan agama Islam melalui interaksi perdagangan dengan pedagang dari India dan Persia.
Meskipun mereka belum sepenuhnya mengamini agama Islam, namun pengaruh agama tersebut sudah terlihat pada mereka.
Dari hasil penelitiannya, Deqi juga menemukan bahwa orang Lum, atau orang Mapur, memiliki pemahaman yang terbatas tentang Islam.
Mereka menganggap Akek Antak sebagai sosok yang sakti dan memiliki kekuatan ghaib, bahkan dianggap sebagai dewa, bukan sebagai tokoh Muslim.
Namun, Deqi menegaskan bahwa Akek Antak sebenarnya adalah seorang ulama yang berdakwah di Pulau Bangka. Dakwahnya meliputi wilayah Mapur, Gunung Pelawan, Pesaren, Air Abik, Gunung Muda, Tuing, dan sekitarnya.
”Orang Lum identik dengan suku Melayu non muslim atau orang adat primitif yang wilayah pemukimannya di dalam hutan dan sekitar pesisir. Pandangan mengenai jejak Islam Orang Lum merupakan pernyataan yang banyak mengundang kontroversi karena secara umum dan menurut kepercayaan publik Bangka bahwa Orang Lum memang belum beragama, apalagi Islam,” salah satu isi dari karya yang ditulis Teungku Sayyid Deqi.
Wilayah Tertua
Masih mengutip dari buku tersebut, Mapur disebutkan sebagai wilayah tertua dengan segala rahasia supranaturalnya yang luas dan disegani.
Peradaban wilayah ini digambarkan sebagai awal peradaban Orang Lum dengan tingkat kemistisan yang paling tinggi.
Melalui penelitian yang ia lakukan, disebutkan telah melahirkan hal lain yang lebih memberikan peluang untuk meneliti kembali hubungan Islamisasi di ranah magis Bangka.
“Padahal dalam penelitian saya, ada simpulan-simpulan secara empiris, yang menyatakan keberadaan agama Islam sudah ada sejak Abad ke 10 lalu. Kedatangan orang Mapur terjadi pada abad 9 atau 10 dari daratan Indo-Cina secara tidak sengaja karena adanya serangan dari dinasti Nguyon,” jelas Deqi kepada Bangkapos.com.
Suatu permasalahan yang kompleks dialami leluhur Orang Lum di Champa-Kamboja itu berkaitan, dengan adanya penyerangan Dinasti Nguyen dan Annamese-Vietnam, sehingga mereka lari menggunakan sebuah kapal.
Deqy melanjutkan, orang-orang yang berasal dari Negri Champa itu, pada awalnya sudah berinteraksi dengan ajaran agama Islam.
Mereka mendapatkan ajaran itu, dari para pedagang sekaligus penyebar agama Islam yang berasal dari India ataupun juga Persia.
Sehingga, hal itu membuat adanya pengaruh dari agama Islam pada diri mereka.
“Dahulu negara Cina itu multi monarki, yang kebanyakan Hindu Mahayana, kemudian mereka berinteraksi dengan para pedagang dan belajar agama Islam. Pada proses itu, akhirnya mendapat serangan, sehingga memilih lari dan sampai ke tanah Bangka,” ungkap Deqi.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan jika asal meraka dari negara maritim yang besar, membuat kedatanganya juga menggunakan kapal.
Saat melakukan perjalanan dengan kapal itu, akhirnya mereka mendarat di perairan Mapur, Pulau Bangka.
Kemudian membentuk komunitas kelompok masyarakat di Kawasan tersebut.
“Karena ada trauma dengan orang luar, takut akan diserang mereka mengasingkan diri ke dalam hutan. Asal-usul itulah, yang banyak belum diketahui masyarakat. Akan tetapi, mereka memang berasal dari negeri Champa yang membuat mereka berbeda dengan orang Melayu serta orang Cina dari suku Haka ” tuturnya.
Menurut Deqi, jika dikembalikan pada tatanan sejarah mereka sebenarnya lebih suka disebut sebagai Suku Mapur tempat mereka, dari pada adanya label sebagai Orang Lum karena memiliki arti keterbelakangan.
“Asal-usul kenapa disebut orang Lum itu, pada abad 18 pemerintah Hindia Belanda yang menguasai Pulau Bangka melakukan sensus penduduk. Mereka menemukan komunitas melayu yang belum beragama, nah ini yang menjadi popular padahal disebut Orang Mapur itu lebih baik,” tegas Deqi.
Ia juga menyampaikan jika dalam penelitiannya, menemukan hasil jika Suku Mapur sudah memiliki hubungan kuat dengan agama Islam melalui interaksi perdagangan mereka dengan orang-orang dari India ataupun juga Persia.
“Mereka sudah mengenal tokoh Nabi Muhammad, Fatimah, dan Hasan-Husein, maupun kota mekah dan Madinah. Namun mereka belum mengimaninya dengan baik, karena baru bersentuhan dalam situasi konflik luar biasa,” ungkapnya.
Oleh karena itu saat sampai di Pulau Bangka, pengetahuan itu terkikis dan kembali pada konsep alam.
Sehingga terjadi penggabungan konsep islam yang baru sedikit dipahami dengan teologi dari alam yang membuat mereka tidak ada peribadatan tersendiri.
“Seperti dilihat dalam naskah-naskah kuno orang mapur, berisi ratapan untuk konsep kematian mereka. Dalam beberapa baris, adanya pengaruh Islam seperti contohnya tanah keramat Mekah, Ali bin Abi Thalib yang disebut dengan Akek Ali,” terang Deqi.
Penelitian ini membuka wawasan baru tentang sejarah penyebaran Islam di Pulau Bangka dan mengungkapkan peran penting tokoh-tokoh seperti Akek Antak dalam proses Islamisasi di wilayah tersebut.(*)
(Bangkapos.com/Zulkodri/Rifqi Nugroho)
Akek Antak dan penyebaran Islam di Bangka Belitung
Orang Arab Pute
Orang Lum
Suku Mapur
Sejarah Peradaban Islam
| Merdeka Sinyal di Suku Melayu Tertua Pulau Bangka, Orang Lum Bisa Telpon Bebas dari Perbukitan |
|
|---|
| PT Timah Tbk Serahkan 1.050 Eksemplar Buku Mapur Mendulang Kisah Meraup Berkah ke Dindik Babel |
|
|---|
| Jejak Islam di Bangka, Sosok Akek Antak dalam Peradaban Suku Orang Mapur |
|
|---|
| Jejak Awal Islam di Bangka, Keberadaan Orang Mapur |
|
|---|
| Konsisten Jaga Kearifan Lokal, PT Timah Tbk Turut Partisipasi Lakukan Pemberdayaan Adat Orang Lum |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20230325-makam1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.