Berita Pangkalpinang

Fenomena Remaja Perang Sarung di Babel, Kak Seto:Agresivitas Perlu Disalurkan Secara Positif

Awalnya mungkin slepet sarung menjadi tradisi yang wajar, kecepatan dan ketangguhan tapi yang paling penting jangan dibiarkan menjadi liar...

Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Asmadi Pandapotan Siregar
YouTube@ BNPB Indonesia
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Fenomena perang kain sarung di kalangan remaja di wilayah Bangka Belitung (Babel) pada bulan Ramadhan ini menjadi sorotan.

Baru-baru ini diberitakan perang kain sarung terjadi di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Kota Pangkalpinang.

Aksi perang kain sarung ini pun mendapat perhatikan dari aparat keamanan, sudah dilakukan antisipasi pencegahan dengan patroli saat subuh.

Perang kain sarung ini juga menjadi sorotan Psikolog anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi.

Menurutnya, perang kain sarung akan menjadi pemicu hal negatif apabila naluri agresivitas anak tak disalurkan dengan baik.

"Apa pun jug yang sifatnya beradu atau sebagaimana baik itu olahraga yang awalnya positif kalau naluri agresivitas tidak disalurkan secara positif atau tidak ada aturan, pengamanan dan pengawasan, bisa menjadi sesuatu yang negatif," ujar pria yang kerap disapa Kak Seto, Senin (18/3/2024).

Dalam hal ini, pemerintah daerah (pemda) dan lembaga pendidikan seperti sekolah perlu melakukan pencegahan dan upaya untuk menjaga bulan Ramadhan berjalan dengan kondusif.

Baca juga: Dinda Warga Baturusa 2 Tahun Hilang Tanpa Kabar, Sempat Pamitan Belanja di Pangkalpinang

Baca juga: Pembangunan Masjid Agung Kubah Timah Dilanjutkan 2025, Bangun Jembatan Penyeberangan Langsung ke ATM

"Awalnya mungkin slepet sarung menjadi tradisi yang wajar, kecepatan dan ketangguhan tapi yang paling penting jangan dibiarkan menjadi liar, semaunya dan tidak ada pengawasan akan memicu sesuatu yang negatif, agresivitas itu mungkin tak hanya disalurkan sarung bisa jadi senjata tajam, maka perlu menjadi perhatian bersama," tegasnya.

Dia menambahkan, pemerintah daerah bisa mengarahkan agresivitas remaja dengan lomba-lomba yang positif sesuai tradisi di bulan Ramadhan.

"Kalau tidak bisa dikontrol atau sulit, harus dengan tegas dinyatakan dilarang, jadi bulan Ramadhan nikmati dengan suasana yang lebih teduh, sejuk dan damai, tidakan dan penyaluran agresivitas seperti itu, mungkin ditahan dulu dan diarahkan ke hal positif seperti kompetensi bela diri, menujukan aktif dan dinamika tersalurkan," katanya.

Selain itu peran orangtua sangatlah penting untuk menekan fenomena perang sarung ini, orangtua mesti melakukan pengawasan.

"Harus mengawasi, dekat dengan anak-anak, biar tetap dalam keluarga setelah sahur dan sebagainya, ajarkan anak-anak menahan diri sesuai dengan makna bulan Ramadhan itu," katanya. ( Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved