Bangka Pos Hari Ini
Dua Penambang Tewas Tertimbun Tanah, Abseh Sempat Teriak Tanah Longsor
Pada saat kejadian Abseh, Asui dan Sahada sedang bekerja TI (tambang inkonvensional) darat menggunakan mesin dompeng. bseh bertugas menyemprot tanah..
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Tambang timah ilegal di Bangka Belitung (Babel) kembali memakan korban jiwa. Dua penambang tewas mengenaskan dan satu kritis setelah terkubur hidup-hidup saat menambang timah, Selasa (7/5) lalu, di dua lokasi berbeda.
Kecelakaan kerja tambang itu terjadi di daerah Meliye Kayu Ara 6, Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar, Bangka Tengah dan kawasan perkebunan atau HGU PT GSBL Desa Belo Laut, Kecamatan Mentok, Bangka Barat.
Informasi dihimpun Bangka Pos menyebutkan laka tambang di daerah Meliye Kayu Ara 6, Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar, Bangka Tengah, terjadi Selasa (7/5) sekira pukul 11.00 WIB.
Insiden itu menewaskan, Abseh Pratama penambang asal Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar akibat tertimbun longsoran tanah.
Kasat Reskrim Polres Bangka Tengah, Iptu Imam Satriawan saat dikonfirmasi Bangka Pos menjelaskan kronologi kecelakaan tambang tersebut.
Ia mengatakan, peristiwa bermula saat Abseh Pratama sedang bekerja menambang timah bersama dua rekannya.
“Pada saat kejadian Abseh, Asui dan Sahada sedang bekerja TI (tambang inkonvensional) darat menggunakan mesin dompeng,” ujar Imam kepada Bangka Pos, Rabu (8/5).
Lanjut Imam, Abseh bertugas menyemprot tanah tebing dengan ketinggian kurang lebih sembilan meter.
Baca juga: Polemik Program Jahe Merah, Bank Sumsel Babel: Pelunasan Tahap Pertama Sudah Dilakukan PT BRM
Baca juga: Kabar Baik Usai Azan Zuhur, Erzaldi Rosman Maju Pilgub Babel dari Gerindra
Baca juga: Timah Rombak Direksi dan Puasa Bagi DEviden
“Sedangkan Asui bertugas membuang batu dari tanah yang disemprot oleh Abseh atau korban. Sementara Sahada bertugas mengendalikan tali gas dan menunggu camui (lubang tambang),” tukasnya.
Saat bekerja, tiba-tiba terdengar suara teriakan korban atau Abseh bahwa ada tanah longsor yang mengarah ke tempat mereka bekerja.
“Lalu kedua rekannya itu langsung menyelamatkan diri, sementara korban tidak dapat lagi menghindar sehingga tertimbun tanah dan meninggal dunia,” tukasnya.
Terpisah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangka Tengah, Yudi Sabhara menyebutkan pihaknya menerima laporan kejadian laka tambang tersebut, sekitar pukul 12.00 WIB.
“Kami dapat informasi jam 12.00 WIB, ketika kawan-kawan mau ke lapangan, ada informasi terbaru jam 13.30 WIB korban sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,” ujar Yudi saat dikonfirmasi Bangka Pos, Rabu (8/5).
Lebih lanjut, kata Yudi korban sudah dimakamkan pada hari itu juga setelah jasadnya ditemukan, Selasa (7/5).
“Informasinya dikebumikan setelah salat Asar kemarin,” katanya.
Dia mengungkapkan korban dan rekan-rekannya melakukan penambangan tanpa izin.
“Sebenarnya kondisi begini serba sulit juga kan, karena ini tambang rakyat bukan tambang resmi, tingkat keamanannya sangat kurang. SOPnya tidak ada,” sebutnya.
Tiga Korban
Pada hari yang sama laka tambang juga terjadi di kawasan perkebunan atau HGU PT GSBL Desa Belo Laut, Kecamatan Mentok, Bangka Barat.
Dalam insiden yang terjadi pada Selasa (7/5) itu tiga penambang menjadi korban, satu di antaranya meninggal dunia.
Korban meninggal dunia inisial MA asal Sumsel, sedangkan dua korban lainnya AB dan GA yang berasal dari Simpang Teritip dan Sukabumi.
Kasat Reskrim Polres Bangka Barat, AKP Ecky Widi Prawira menjelaskan laka tambang terjadi saat ketiga korban sedang bekerja menambang timah.
“Jadi pada saat korban melakukan aktivitas pertambangan seketika tanah longsor menimpa korban yang mengakibatkan benturan pada dada korban dan kepala korban. Kemudian korban dibawa keluarga ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan. Tetapi MA tidak terselamatkan, korban meninggal dunia,” kata Ecky kepada wartawan, Kamis (9/5).
Kemudian, dua korban lainnya AB dan GA selamat dalam laka tambang itu. Keduanya saat ini masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah.
“Kegiatan penambangan di perkebunan sawit HGU PT GSBL blok F 29 Desa Belo Laut tersebut, diduga berada di luar IUP PT Timah dan tidak mengantongi izin,” beber Ecky.
Ia menambahkan, pihak kepolisian sudah melaksanakan olah TKP dan mengamankan beberapa barang bukti (BB).
“Saat ini masih dalam tahap penyelidikan , kita tunggu beberapa hari ke depan perkembangannya,” ujarnya.
Ecky memastikan, penyelidikan oleh kepolisian masih terus berjalan.
“Kita masih terus melakukan upaya lidik, dan kita lihat nanti siapa aktor pemodalnya. Karena kita juga masih minim informasi, kita ke lokasi tidak ada lagi yang bekerja sepi. Kita amankan sejumlah barang bukti, seperti mesin air, pipa dan lainnya,” ungkapnya.
Sementara Kades Belo Laut, Ibnu mengatakan yang menjadi korban laka tambang tersebut bukan merupakan warga desanya.
Ia tidak mengetahui pasti kejadian tersebut, namun dikatakannya laka tambang terjadi di Blok M29 PT GSBL.
“Memang ada kecelakan di Blok M29, ada tiga tiga orang, satu meninggal dunia dan satu kritis. Tadi pagi Bhabinkamtibmas ada memberi informasi,” kata Ibnu kepada Bangka Pos, Rabu (8/5). (s2/riu)
| Kejati Babel Upayakan Damai, Kasus Dugaan Penipuan Wagub Hellyana Masuk ke JPU |
|
|---|
| Gubernur Riau Terjaring OTT di Kafe, Wahid Datang ke KPK Pakai Sandal |
|
|---|
| Timnas Indonesia U-17 Siap Tempur Hadapi Zambia di Laga Perdana Piala Dunia U-17 2025 |
|
|---|
| Gubernur Riau Abdul Wahid dan 9 Pejabat Lain Diterbangkan ke Jakarta Usai Terjaring OTT KPK |
|
|---|
| Masyarakat Penambang Batalkan Unjuk Rasa, Sepakat Harga Timah Rp300 Ribu per Kg |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.