Resonansi

Turun Kelas

8,5 juta jiwa kelas menengah turun kelas ke kelompok calon kelas menengah dan rentan.

Penulis: Ade Mayasanto | Editor: fitriadi
Bangkapos.com
Ade Mayasanto Editor In Chief Bangka Pos dan Pos Belitung 

Pada triwulan IV-2023 (Oktober-Desember), konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,47 persen.

Pada triwulan I-2024 (Januari-Maret), konsumsi tumbuh 4,91 persen.

Terakhir, konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh 4,93 persen pada triwulan II-2024 (April-Juni).

Momentum ramadan, Idul Fitri, liburan sekolah hingga pemilu seolah tak berdaya untuk mengerek naik kelas menengah di Indonesia.

Bahkan, banyak pengamat menyebut kelas menengah ini akan berhadapan pada masa tak enak kembali. Sebabnya, dari sisi lapangan usaha, industri manufaktur juga mengalami perlambatan pada triwulan III.

Pada Juli 2024, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) Manufaktur yang dirilis oleh lembaga S&P Global menunjukkan, performa industri manufaktur Indonesia telah masuk ke zona kontraksi di level 49,3.

Ini performa terendah dalam tiga tahun terakhir.

Sebelumnya, selama 34 bulan berturut-turut, PMI Manufaktur RI ada di zona ekspansif.

Kondisi ini tidak bisa diremehkan. Sebab, dilihat dari kontribusinya, industri pengolahan memiliki peran terbesar di antara lapangan usaha lainnya.

Distribusi industri manufaktur terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 18,52 persen, di atas sektor andalan lain seperti pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

Hal lain yang bisa menjadi ancaman adalah pertumbuhan ekonomi China yang pada triwulan II-2024 yang saat ini sudah di bawah 5 persen.

Pelemahan ekonomi China akan berdampak pada permintaan ekspor Indonesia sehingga menurunkan kinerja industri pengolahan.

Kondisi itu bakal membaik bila Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate atau FFR pada September 2024.

Pemangkasan suku bunga acuan The Fed yang lebih cepat itu akan menjadi stimulus positif bagi perusahaan manufaktur.

Sebab, ada indikasi rupiah menguat dan suku bunga kredit menurun menyusul kebijakan moneter The Fed yang lebih longgar. Itu bisa membantu meringankan beban biaya produksi industri manufaktur.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved