Tribunners

Pilkada 2024: Momentum Transformasi Pembangunan Negeri Serumpun Sebalai

Penataan lahan perkebunan sawit dan lahan pascatambang harus tegas dan berpihak pada kelestarian biodiversitas dan sumber daya alam primer

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Hirmas Fuady Putra - Doctoral Student pada Graduate School of Environmental and Life Science, Okayama University, Jepang 

Oleh: Hirmas Fuady Putra - Doctoral Student pada Graduate School of Environmental and Life Science, Okayama University, Jepang
            
GENDERANG kontestasi pilkada segera ditabuh. Sekali lagi kesempatan berharga bagi rakyat Bangka Belitung menilik gagasan pembangunan dari para calon pemimpin daerah. Jangan hanya latah larut dalam pragmatisme politik daerah, tetapi masyarakat harus kritis mengkaji tawaran kebijakan dari para pasangan calon (paslon). 

Para kandidat juga harus punya mindset luhur menempatkan pendidikan politik publik dan adu gagasan sebagai menu utama kompetisi. Mari kita sudahi pilkada yang sarat dominansi transaksi politik yang tak elok. Ide-ide inovatif pembangunan harus diperdebatkan para paslon secara lebih fasih dan dinamis di setiap kesempatan berjumpa publik. Perspektif dan tema pembangunan berkelanjutan Babel harus dibuka terang dan terukur.

Pembangunan provinsi kepulauan ini mesti bertransformasi serius sesuai potensi wilayah dan karakter masyarakatnya. Agromaritim layak menjadi motor utama pembangunan ekonomi masyarakat. Kesiapan kualitas manusia dan teknologi menjadi prasyarat wajib. Berikut penulis akan ulas beberapa aspek pembangunan yang perlu di-highlight oleh para calon kepala daerah di Bangka Belitung.

Pendidikan, identitas khas budaya Babel yang mengakar dari kultur Melayu, dengan percampuran multietnis lainnya harus dijadikan tulang belakang tema pendidikan anak sejak usia dini sampai menengah. Ciri masyarakat berkelanjutan terletak pada kuatnya jati diri yang diturunkan antargenerasi secara berkesinambungan. Generasi belia dipertemukan sedari dini dan sesering mungkin dengan generasi tua, baik di ruang sekolah maupun ruang-ruang publik lainnya. Interaksi langsung melalui contoh sikap perilaku luhur dari generasi terdahulu bisa dipraktikkan langsung ke anak-anak sekolah. Festival-festival budaya membuka peluang interaksi lebih banyak antargenerasi. 

Tuntunan pendidikan karakter berdasarkan agama mesti menyatu di lingkungan sekitar anak, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan tetangga. Pendidikan karakter mandiri, jujur, partisipatif, saling menghormati dalam keberagaman harus konsisten di kawal semua kalangan dengan keteladanan kolektif.

Kesehatan, negara melalui struktur perangkat pemerintah daerah sudah seharusnya menjamin akses dan kualitas layanan kesehatan masyarakat. Program promotif inklusif perlu diprioritaskan, dengan keterlibatan komunitas-komunitas profesi, akademisi, sampai dengan PKK di tingkat desa dan komunitas posyandu. Publik harus diedukasi cara hidup sehat dan produktif. Pola konsumsi, pola olahraga, dan sosialisasi penanganan pertama pada kondisi darurat harus disosialisasikan secara masif dan sistematis.

Rantai pasok makanan dan obat-obatan perlu diawasi optimal oleh pihak berwenang melalui kolaborasi para akademisi terkait. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang mampu menjamin setiap suap makanan yang masuk ke mulut warganya dalam status aman, baik dari kualitas maupun kuantitasnya.

Ekonomi, transisi ekonomi berbasis pertambangan ke ekonomi hijau dan berkelanjutan harus digarap holistik. Kejayaan pertambangan masa lalu bisa berangsur digantikan dengan ekonomi berbasis agromaritim Babel. Potensi kelautan dan perikanan perlu mendapat suntikan investasi industri, yang bisa digaet lebih baik dengan valuasi presisi potensinya.

Pariwisata tematik sesuai kondisi geografis dan sosiologis kota/kabupaten bisa menjadi brand pembeda dengan destinasi lainnya. Seperti di Jepang, hampir tiap kota identik dengan tokoh anime khas, misal dari aspek historis penulisnya, yang kemudian menjadi tema pemasaran dan re-branding pariwisatanya. Totalitas branding, mereka aktualisasikan di setiap sudut wilayah melalui corak trotoar, bentuk halte, dan aksesori prasarana dan sarana publik lainnya. Kolaborasi korporasi besar dengan desa wisata perlu diregulasi serius sehingga lebih meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, dan memaksimalkan keuntungan berlapis.

Penataan dan pengelolaan lahan di Kepulauan Bangka Belitung harus mengedepankan keberlanjutan lingkungan. Lahan pertanian komoditas lada perlu direvitalisasi dengan kajian mendetail dari produksi sampai komersialisasi dan hilirisasinya. Komoditas andalan Babel ini bisa menjadi kekuatan pembeda ekonomi masa depan.

Penataan lahan perkebunan sawit dan lahan pascatambang harus tegas dan berpihak pada kelestarian biodiversitas dan sumber daya alam primer, seperti air dan tanah. Jangan sampai kesalahan kelola ekosistem oleh generasi saat ini berbuah kelangkaan air dan tanah kritis bagi generasi anak cucu. Lahan-lahan marginal hasil eksploitasi masa lalu bisa diperbaiki dengan teknologi mutakhir perbaikan tanah, berorientasi kekuatan ekosistem lokal. Lahan tersebut bisa direstorasi asal tidak latah cari mudah dengan membiarkan menjadi lokasi wisata minim kualitas keberlanjutan.

Kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan akademisi transdisiplin ilmu bisa menjadi senjata mujarab dalam mengelola potensi wilayah. Presisi valuasi, teknik eksplorasi, kajian hilirisasi, dan metode konservasi sumber daya alam wajib dikaji melalui panel-panel kepakaran yang tidak hanya sekadar formalitas. Bayangkan di Okayama, Jepang, tempat studi penulis saat ini, untuk membuat marka jalan saja wajib melalui kajian panel ahli berjenjang. Ketelitian dari kebijakan berbasis saintifik adalah langkah awal membangun peradaban maju.

Kolaborasi riset pemerintah daerah di Babel dengan universitas sudah banyak. Namun, proses implementasi kajian dan teknologi tepat gunanya perlu ditinjau serius. Pelibatan kalangan akademisi dan profesional tidak boleh hanya di tataran perencanaan, tetapi harus konsisten sampai tahap aplikasi dan pemantauan kemajuan. Badan riset daerah mutlak harus direvitalisasi sehingga menjadi inkubator andal teknologi maju untuk kesejahteraan rakyat.

Tantangan Babel ke depan tak mudah. Ketidakpastian ekonomi global, kerentanan rantai pasok, sampai dengan potensi bencana akibat krisis iklim. Provinsi yang terdiri dari banyak pulau kecil ini harus memiliki rencana aksi mitigasi perubahan iklim yang paling siap di Indonesia. Bagaimana tidak, pencaharian utama sebagai nelayan sampai ancaman kenaikan permukaan laut di pulau-pulau kecil sangat tergantung fluktuasi cuaca dan iklim. Sistem navigasi kebencanaan berupa peringatan dini angin kencang, gelombang tinggi, dan kekeringan ekstrem harus disiapkan segera dan paripurna.

Dengan demikian, masyarakat Bangka Belitung sebaiknya memilih dengan cermat pada pilkada kali ini. Jangan sia-siakan kesempatan 5 tahunan ini untuk menentukan arah yang lebih baik bagi kesejahteraan rakyat. Pemilih harus cerdas menyikapi segala trik dan intrik para calon dan timsesnya. 

Sumber: bangkapos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved