Berita Viral
Aipda Wibowo Hasyim Tertekan Seusai Supriyani Guru Honorer Beber soal Permintaan Uang Damai
Aipda Wibowo Hasyim sekarang merasa tertekan atas dugaan terkait permintaan uang damai kepada Supriyani.
BANGKAPOS.COM - Kasus Supriyani (38) guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang dilaporkan menganiaya muridnya masih terus jadi sorotan.
Imbasnya tak hanya pada Supriyani yang terpaksa harus bolak-balik kantor polisi, kejaksaan dan pengadilan.
Keluarga pelapor pun mengalami efek negatif dari dugaan kasus yang mereka laporkan ke Polsek Baito.
Pelapor Supriyani adalah orangtua dari murid tersebut.
Ayah sang anak adalah seorang perwira yang bertugas di Polsek Baito. Dia adalah Apida Wibowo Hasyim menjabat Kanit Intelkam.
Aipda Wibowo Hasyim sekarang merasa tertekan atas dugaan terkait permintaan uang damai kepada Supriyani.
Sementara itu, anaknya yang diduga jadi korban pemukulan, kondisinya mengalami tekanan mental.
Sebagai informasi, Aipda Wibowo Hasyim adalah orangtua yang melaporkan guru honorer Supriyani atas dugaan penganiayaan kepada anaknya di sekolah.
Kasus ini bahkan sempat ada mediasi empat kali.
Baca juga: Supriyani Guru Honor di Sultra Beber Kronologi Uang Damai Untuk Tutup Laporan Kasus Aniaya Muridnya
Namun kasus guru dituduh menganiaya anak polisi ini berakhir buntu.
Sampai akhirnya mencuat kabar Aipda Wibowo Hasyim meminta uang damai Rp50 juta.
Rupanya, tuduhan itu membuat kondisi psikologis Aipda Wibowo Hasyim dan istri mengalami stres lantaran ramai diperbincangkan.
Hal tersebut disampaikan oleh Laode Muhram Naadu selaku kuasa hukum Aipda Wibowo, Senin, (28/10/2024).
Laode Muhram Naadu menerangkan, soal permintaan uang damai dari Supriyani untuk klien hanya informasi sepihak dan tidak benar sama sekali.
"Kondisi Aipda WH, bersama istrinya sekarang sangat tertekan dengan isu uang 50 juta yang dibawa dalam kasus ini. Itu fitnah yang sangat keji," ujarnya melalui telepon, Minggu (27/10/2024) malam.
Ia menegaskan bahwa soal uang damai Rp50 juta itu tidak pernah diucapkan atau diminta ke guru Supriyani.
Muhram Naadu yang menemui kliennya bahkan menyebut Aipda WH dan keluarga sudah jarang bersosialisasi dengan warga setempat karena kasus guru viral tersebut.
"Mereka sekarang agak tertutup, bahkan mengaku pusing dan stres karena pemberitaan yang tidak berimbang. Karena mereka sudah jadi korban terus di fitnah lagi," ungkapnya.
Muhram mengatakan soal nominal uang Rp50 juta yang dituduhkan bukan inisiatif dari kliennya WH.
Namun, nominal uang itu terungkap dari ucapan kepala desa dan sudah diakui oleh Supriyani.
Selain itu, kasus guru Supriyani ini sampai ke kejaksaan karena tidak adanya titik temu atau kesepakatan damai.
"Uang itu bukan inisiatif keluarga korban melainkan kepala desa dan itu sudah diakui Ibu Supriyani," ujar Muhram.
Muhram menceritakan informasi senilai uang itu bermula saat orangtua siswa kelas 1 SDN 4 Baito berniat melaporkan Supriyani pada Jumat 26 April 2024 lalu.
Pelaporan Supriyani karena mereka menduga anaknya dipukul oleh Supriyani di sekolah pada Rabu 24 April.
Aipda Wibowo dan istrinya bertemu Supriyani sekira pukul 14.00 WITA siang untuk meminta penjelasan karena anak mereka mengaku dipukuli oleh Supriyani.
Namun, saat itu Supriyani membantah memukuli anak Aipda WH.
"Waktu itu Ibu Supriyani membantah kalau dia tidak pernah memukul. Ibu supriyani bilang saya tidak pernah melakukan, silakan buktikan," katanya.
Orangtua siswa yang mendengar ucapan Supriyani tersebut merasa sakit hati sehingga kemudian membuat laporan di Polsek Baito.
Di tanggal 10 Mei, penyidik Polsek memanggil Supriyani untuk mediasi dan diberikan waktu berdamai.
Saat itu Supriyani datang ke Polsek didampingi suaminya dan kepala sekolah SDN 4 Baito.
Dari keterangan orangtua siswa bahwa dipertemuan itu Supriyani mengakui kesalahanya dan meminta maaf.
Dipertemuan kedua, upaya mediasi masih dilakukan. Di mana Supriyani bersama suaminya dan Kepala Desa Wonoua Raya kembali bertemu dengan orangtua siswa.
Dalam pertemuan itu, suami Supriyani mengelurkan amplop putih berisi uang untuk biaya berobat anak Aipda WH.
"Saat itu pak klien saya tersinggung dan kaget, dia tanya apa ini? Kenapa ada begini?" kata klienya.
"Diambilah amplop itu sama pak desa dan menyampaikan, tidak pak ini cuman untuk biaya pengobatan," lanjutnya.
Muhram mengaku melihat tindakan suami Supriyani, klienya kesal dan tersinggung.
Karena saat upaya mediasi pertama ibu Supriyani sempat bersikeras tidak mengakui barulah disaat sudah dilaporkan mau meminta maaf dan membawa amplop untuk biaya pengobatan anak mereka.
Muhram mengatakan dari keterangan Supriyani itu, dirinya membantah nominal uang yang ramai diperbincangkan bukan permintaan Aipda Wibowo melainkan inisiatif suami Supriyani.
"Jadi yang ramai Rp50 juta tidak pernah ada ucapan dari klien saya. Justru yang mengeluarkan amplop pada saat proses mediasi itu adalah suami Supriyani," tutur Muhram.
Anak Aipda Wibowo Haysim Ditolak Belajar
FN, istri Aipda Wibowo Hasyim, mengungkapkan bahwa anaknya mengalami tekanan mental yang signifikan akibat situasi tersebut.
"Kalau secara fisik sehat tapi mental cukup terganggu semenjak ada ramai-ramai, kenapa banyak orang, kenapa saya dibawa ke sana dibawa ke sini. Kenapa tidak sekolah," kata FN, dikutip dari kanal tvOneNews.
Ia juga mengungkapkan bahwa PGRI Kecamatan Baito telah mengeluarkan surat yang melarang anaknya bersekolah.
Menurutnya, surat tersebut berisi keputusan untuk mogok belajar bagi siswa TK, SD, dan SMP di Kecamatan Baito mulai 21 Oktober 2024.
"Kami merasa ada penolakan luar biasa dari PGRI Kecamatan Baito," kata FN.
Surat tersebut juga menyatakan bahwa siswa yang terlibat dalam kasus ini harus dikembalikan ke orang tua masing-masing dan tidak boleh diterima di sekolah manapun di Kecamatan Baito.
FN mengatakan bahwa surat itu disampaikan kepada guru di sekolah dan ditembuskan ke Polsek Baito.
Istri Aipda Wibowo Hasyim Ceritakan Awal Mula Kasus
FN menjelaskan bahwa ia mulai curiga ketika menemukan luka di paha anaknya.
Saat dimandikan, sang anak mengaku kesakitan. Ternyata ada luka di kedua pahanya.
Awalnya, FN tidak mempermasalahkan luka tersebut, mengira anaknya terjatuh di sawah bersama ayahnya, Aipda WH.
Namun, saat suami melihat luka itu, ia merasa khawatir dan meminta FN untuk menanyakan lebih lanjut kepada anak mereka.
Di situlah D bercerita telah dipukul Supriyani.
"'Mas sayang gak sama ibu ? sayang bu. Mas senang gak kalau lihat ibu sedih ? kalau sayang sama ibu coba ceritakan kenapa luka di paha mas ini kenapa. Sambil menangis dia sampaikan aku dipukul mamanya A, bu Supri ? iya, kenapa kamu dipukul ? aku ndak selesai menulis. dipukul pakai apa ? pakai sapu," kata FN menirukan percakapannya dengan sang anak," kata FN menirukan percakapannya dengan sang anak.
Meski sudah beberapa kali mediasi, FN dan Aipda WH tetap kukuh untuk membawa kasus ini ke meja hijau.
(Tribunsumsel.com/Tribunnewswiki.com/Surya.co.id)
Jejak Kriminal Dwi Hartono, Pemalsuan Ijazah hingga Otak Pembunuhan Ilham Kacab Bank, Ini Profilnya |
![]() |
---|
Terungkap Alasan Bripda MA Lempar Helm ke Pelajar Terjatuh dan Koma, Sebut Karena Refleks |
![]() |
---|
Sosok RS Pengintai Ilham Kacab Bank Sebelum Tewas Dibunuh, Siapkan Tim IT, Pantau Aktivitas Korban |
![]() |
---|
Respons Ridwan Kamil, Lisa Mariana Minta Tes DNA Ulang di Singapura: 1.000 Persen Hasilnya Sama |
![]() |
---|
Jejak Kasus Bripda MA, Polisi Lempar Helm ke Pelajar Terjatuh dan Koma, Begini Nasibnya Sekarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.