Nasib Buah Karamunting di Babel? Buah Liar Yang Berpotensi Menjadi Bagian dari Pangan Lokal 

Dari  genusnya saja sudah berbeda sehingga antara buah karamunting dan keraduduk memang 2 jenis perdu yang berbeda walaupun secara fisik perdu...

|
Istimewa
Dr. Sulvi Purwayantie, S.TP, MP. -- Universitas Muhammadiyah BABEL  

Pohon semak  (perdu) karamunting dikenal dapat digunakan dalam kasus diare, disentri sedangkan buahnya yang kaya nutrisi dan fitokimia dikenal sebagai sumber piceattanol terutama dibijinya yang halus, dapat berfungsi untuk pengobatan.

Piceattanol juga banyak dikandung pada biji markisa dan anggur.

Dalam  buku “Karamunting: oleh Erna dkk. (2019) disebutkan piceattanol dalam buah karamunting mempunyai kandungan  1000-2000x  dari  piceattanol dalam biji anggur merah.

Hal ini menjadi penting karena bioaktif senyawa inilah yang sekarang menjadi dasar pemanfaatan buah karamunting dalam  industri farmasi.

Selain itu perdu jenis ini telah digunakan untuk tanaman landscaping oleh US Dept. of Agriculture in 1920an sebagai jenis spesies perdu tahan api yang dapat menahan/memblok kebakaran di pegunungan Himalaya.
  
Terakhir, berdasarkan “Supplement to Compendium of Materia Medica” (Bencao Gangmu Shiyi, Qing dynasty), karamunting efektif dalam kesehatan system darah, anti rheumatism (nyeri radang sendi) dan pengobatan dalam hematemesis (muntah darah), diarrhea, pendarahan  rahim (uterine bleeding).

Hal ini  telah  dibuktikan oleh hasil penelitian Zhang dkk (2018) bahwa karamunting dapat digunakan dalam kasus anemia, disentri, rheumatism dan  penurunan kadar lemak yang tinggi (hyperlipidemia).

Termasuk  juga dalam resep modern di China “Fufang Gangren Pian” yang telah oleh CFDA (Z20043503) digunakan untuk pengobatan hepatitis dan icterus (penyakit kuning). Komposisi utama resep ini berasal dari akar karamunting.

Masyarakat Malaysia memanfaatkan buah karamunting untuk disentri, akar serta batangnya untuk pengobatan lambung, termasuk di Thailand untuk pengobatan herbal antipyretic (pereda demam) dan antidiarre. Bila akarnya saja telah dimanfaatkan sebagai herbal, mengapa buahnya kita biarkan terbuang, sia-sia....???

Menurut penulis, buah karamunting berpotensi dijadikan seperti buah berri, berriberrian dari Babel, asal para peneliti mampu membudidayakan perdu ini sama seperti pengembangan buah blue berry (Vaccinium myrtillus) yang berasal dari Negara Scandinavia (Nordic Europe).

Buah blue berry relatife kecil, banyak ditemukan disemak-semak, kaya antosinanin juga dan saat ini mulai dikembangkan di Indonesia.

Walau agak mahal,  buah blue berry (segar atau beku)  secara ekonomis sudah terdapat di gerai-gerai mall ternama  di Jakarta, Pontianak dan Pangkal Pinang.

Perlu dikembangkan potensi buah karamunting seperti buah blue  berry.

Program Presiden Prabowo sangat mentriger pengembangan buah lokal menjadi bagian dari ketahanan pangan lokal.  

Lalu wilayah Babel yang kaya karamunting kita biarkan saja kearifan lokal ini musnah, ditebang untuk timah tanpa ada konservasi atau dimanfaatkan? atau suatu saat karamunting menjadi Hak Indikasi Geografis yang diklaim provinsi lain?

Oleh karena itu, mari semua stake holder yang terkait dengan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Dirjen  Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), masyarakat, Perguruan Tinggi, pihak swasta (perusahaan tambang timah) ikut memikirkan nasib buah karamunting yang sangat berpotensi dikembangkan menjadi edible plant atau revegetasi wilayah pasca tambang yang berpotensi ekonomis. (*/E2)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Puasa : Muhasabah Kehambaan

 

Literasi Ramadan

 

Polri dan Pelayanan Publik

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved