Kisah Guru Zuhdi di Demak Didenda Usai Tampar Murid, Dapat Hadiah dari Gus Miftah, Umrah dan Motor

Insiden yang dialami Ahmad Zuhdi (63), membuat Gus Miftah tersentuh. Miftah menawarkan Zuhdi untuk renovasi rumah atau umrah.

Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI
BERKUNJUNG - Gus Miftah saat berkunjung ke rumah Ahmad Zuhdi di Desa Cangkring B, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025). 

Dia menegaskan tamparan itu dilakukan tidak untuk melukai, melainkan sebagai bentuk teguran mendidik.

Zuhdi sudah mengakui perbuatannya dan meminta maaf.

Namun pada 10 Juli 2025, datang 5 orang ke madrasah mengaku dari pihak keluarga D.

Mereka membawa surat pemberitahuan panggilan resmi dari Polres Demak yang ditujukan kepada Zuhdi.

Lalu, pihak kepala sekolah lalu melakukan mediasi lagi pada 12 Juli 2025.

Hingga akhirnya Zuhdi dituntut ganti rugi Rp25 juta.

Untuk memenuhi denda tersebut, Zuhdi sempat berencana menjual motornya sebelum akhirnya mendapatkan bantuan dari teman-temannya, meskipun ia terpaksa berutang.

"Aslinya mintanya Rp25 juta. Saya nego, akhirnya Rp12,5 juta. Teman saya banyak. Ada yang beri Rp1 juta. Itu utang," kata Zuhdi.

Zuhdi mengungkapkan keberatan dan kesedihannya terkait denda tersebut.

Pasalnya, pendapatannya dari mengajar di Madin selama puluhan tahun hanya sebesar Rp450.000 dalam empat bulan.

Perhatian Publik

Kejadian ini menarik perhatian publik, termasuk Ketua DPRD Demak, Zayinul Fata, yang mengunjungi lokasi dan memberikan bantuan kepada Zuhdi untuk mengganti uang denda.

Zayinul menyatakan bahwa insiden ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak terulang di masa depan.

"Ini menjadi pembelajaran bersama, jangan ada lagi kriminalisasi terhadap guru kita, kiai kita. Persoalan yang terjadi di Madrasah dan Ma'had terkadang adalah masalah yang sewajarnya antara guru dan murid, tetapi ini dibesar-besarkan hingga ada ancaman denda," kata Zayinul.

Ia juga mengajak masyarakat untuk kembali mencintai ulama, menekankan bahwa Zuhdi telah mengabdi selama 30 tahun untuk mengajar dengan ikhlas meskipun tanpa imbalan yang setimpal.

"Mari kita kembali kepada asas kecintaan kita kepada ulama-ulama, para kiai kita. Siapa lagi yang mendidik anak-anak kita kalau bukan beliau-beliau ini," tutup Zayinul. (Kompas.com/Nur Zaidi, David Oliver Purba)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved