Opini

Anak SD dan Kenakalan: Potret Masa Kecil di Tengah Tantangan Zaman

Kenakalan anak SD bukan hanya sekadar tindakan negatif, melainkan potret dari fase perkembangan psikologis yang wajar.

Editor: Hendra
IST
Foto bersama 

Tantangan Zaman: Digitalisasi dan Lingkungan Sosial

Jika dahulu kenakalan anak terbatas pada lingkup sekolah dan rumah, kini anak-anak juga berhadapan dengan dunia digital. Penggunaan gawai yang berlebihan tanpa pengawasan dapat memicu perilaku negatif.

Misalnya, anak meniru bahasa kasar dari tontonan, menuntut sesuatu yang viral, atau bahkan kecanduan gim yang membuatnya malas belajar.

Selain itu, tekanan sosial di sekolah juga semakin beragam. Anak ingin diakui oleh kelompoknya, mengikuti tren pergaulan, atau bahkan terlibat dalam perilaku yang salah demi mendapat perhatian teman sebaya. Semua ini menambah kompleksitas kenakalan anak SD di era sekarang.

Pentingnya Dukungan Orang Tua dan Sekolah

Menghadapi realitas ini, dukungan orang tua dan sekolah menjadi kunci. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Memberikan teladan positif. Anak meniru perilaku orang tua dan guru. Jika mereka melihat kedisiplinan, kesabaran, dan kejujuran, maka anak lebih mudah mengikuti.

Komunikasi hangat. Anak perlu ruang untuk bercerita. Orang tua sebaiknya mendengarkan tanpa langsung menghakimi, agar anak merasa aman. Memberikan batasan yang jelas. Aturan tentang penggunaan gawai, jam belajar, dan tanggung jawab harus disampaikan dengan konsisten.

Kolaborasi sekolah dan orang tua. Guru dan orang tua sebaiknya bekerja sama memantau perkembangan anak. Kenakalan di sekolah tidak hanya menjadi urusan guru, melainkan juga tanggung jawab keluarga. Dengan dukungan penuh, kenakalan anak bisa diarahkan sebagai pengalaman belajar, bukan sumber masalah berkepanjangan.

Peran Sekolah dalam Mengarahkan Kenakalan Anak

Sekolah memiliki peran penting dalam membimbing perilaku siswa agar kenakalan tidak berkembang menjadi kebiasaan buruk. Di SD Negeri 45 Pangkalpinang, guru berperan bukan hanya sebagai pengajar materi pelajaran, tetapi juga sebagai teladan dalam sikap dan perilaku.

Aturan sederhana seperti piket kelas, menjaga kebersihan, antre di kantin, serta menghormati guru menjadi langkah awal menanamkan kedisiplinan. Melalui aturan ini, anak belajar tanggung jawab sekaligus memahami batasan dalam bertindak.

Perilaku yang awalnya dianggap kenakalan, dapat diarahkan menjadi bentuk pembelajaran kedisiplinan. Dengan demikian, sekolah berfungsi sebagai tempat pendidikan karakter, bukan sekadar tempat transfer ilmu pengetahuan.

Selain aturan yang tertulis, kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi sarana strategis bagi sekolah dalam menyalurkan energi anak. Anak yang cenderung berlarian di kelas bisa diarahkan ke kegiatan olahraga agar energinya lebih terarah.

Anak yang gemar berbicara dapat dibimbing melalui kegiatan seni, drama, atau pidato yang mendukung kepercayaan diri.

Sementara itu, anak yang suka berdebat bisa diarahkan untuk bergabung dalam diskusi kelompok atau lomba cerdas cermat. Dengan begitu, sekolah membantu siswa menyalurkan potensi diri secara positif, bukan melalui kenakalan. Proses ini membuat anak merasa dihargai sekaligus mampu mengekspresikan diri dengan cara yang tepat.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved