Berita Belitung

Pesona Keruncong Stambul Fajar dari Mendanau Menggema di Panggung Yogyakarta

Kesenian Keruncong di Mendanau tidak lepas dari praktik beume betaun dalam masyarakat. Selain itu, aktivitas kemaritiman mereka...

Istimewa/ Dok Dewan Kesenian Belitung 
KERUNCONG STAMBUL FAJAR -- Para pemain Keruncong Stambul Fajar dari Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung ketika berada di Yogyakarta, DIY dalam perayaan Hari Kebudayaan Nasional baru-baru ini. 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG -- Alunan lembut Keruncong Stambul Fajar dari Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( Babel ) memikat perhatian pengunjung di kawasan Monumen Serangan Umum 1 Maret, Yogyakarta, Jumat (17/10/2025).

Grup Keruncong Stambul Fajar Pengekar Campo tampil mewakili Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V, yang meliputi Jambi, Bangka, dan Belitung, dalam rangkaian Perayaan Hari Kebudayaan Nasional yang diprakarsai Kementerian Kebudayaan RI.

Penampilan ini menjadi bagian dari Diskusi Grup Terpumpun yang dihadiri berbagai komunitas keroncong dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Kesenian Belitung Iqbal H. Saputra mengulas panjang mengenai sejarah perkembangan keroncong di Nusantara yang memiliki kaitan erat dengan interaksi kebudayaan lintas benua.

“Data yang saya dapat sejak penelitian 2017 bersama Hannah Standiford dari Amerika menunjukkan tarikannya sangat panjang. Kami menemukan pengaruh Ummayah dan Abbasiyah ketika Portugal ditaklukkan Bangsa Moor. Dalam waktu bersamaan, laut Nusantara sudah menjadi bagian penting dalam interaksi niaga di bawah tiga imperium besar ketika itu,” ujar Iqbal.

Irwansyah, yang menjadikan Keruncong Stambul Fajar sebagai lokus skripsinya di ISI Yogyakarta, menyebut kesenian ini memiliki kekhasan yang tumbuh dari kehidupan masyarakat Mendanau.

KERUNCONG STAMBUL FAJAR -- Para pemain Keruncong Stambul Fajar dari Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung ketika berada di Yogyakarta, DIY dalam perayaan Hari Kebudayaan Nasional baru-baru ini.
KERUNCONG STAMBUL FAJAR -- Para pemain Keruncong Stambul Fajar dari Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung ketika berada di Yogyakarta, DIY dalam perayaan Hari Kebudayaan Nasional baru-baru ini. (Istimewa/ Dok Dewan Kesenian Belitung )

“Kesenian Keruncong di Mendanau tidak lepas dari praktik beume betaun dalam masyarakat. Selain itu, aktivitas kemaritiman mereka juga menjadi penting. Kedua hal ini dapat ditemukan dalam keseluruhan kesenian Keruncong di Pulau Mendanau,” katanya.

Kelompok Keruncong Stambul Fajar Pengekar Campo sebelumnya pernah tampil di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM pada 2019.

Pertunjukan kali ini menjadi penampilan kedua mereka, membawa formasi Suherman “Jabing” sebagai pemain piul, Kik Mat Alak di gitar, Santi sebagai vokalis, Deva “Sabok” di bass, Teddy di “keruncong nganak”, Irwansyah di “keruncong nyakar”, dan Iqbal di “keruncong ngelingka”.

“Alhamdulillah presentasi Keruncong Stambul Fajar hari ini berjalan lancar. Semoga apa yang dibahas mendorong Keroncong sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO, di mana Keruncong Stambul Fajar Pulau Mendanau bersama Keroncong Togoe Jakarta menjadi perwakilan usulan tersebut,” ujar Jabing.

Ia berharap kesenian ini dapat menjadi kebanggaan masyarakat Belitung sekaligus mendukung kebangkitan pariwisata daerah.

Kepala BPK Wilayah V, Dr. Agus Widiyatmoko, menyampaikan bahwa penampilan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat posisi Keruncong Stambul Fajar sebagai bagian dari warna keroncong Indonesia yang diusulkan menjadi Intangible Heritage Cultural UNESCO. (Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari)

 

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved