Tribunners
Pembangunan Smelter Timah Babel: Klaim 70 Persen Tenaga Lokal, Manajemen SDM atau Sekadar Angka?
Manajemen SDM yang strategis harus memastikan bahwa tenaga lokal tidak hanya dipekerjakan, tetapi juga dikembangkan dan dilindungi
Padahal, jika pelatihan dilakukan dengan benar, hasilnya bisa luar biasa. Contohnya di sektor migas dan pertambangan di Kalimantan, banyak perusahaan yang berhasil mencetak tenaga kerja lokal berkelas nasional melalui program pelatihan vokasi dan sertifikasi profesi. Hal serupa bisa dilakukan di Babel, dengan melibatkan lembaga pelatihan dan universitas lokal seperti Universitas Bangka Belitung (UBB) sebagai mitra industri.
Sinergi pendidikan, pemerintah, dan industri
Salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan industri di Babel adalah lemahnya sinergi antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri. Banyak sekolah kejuruan (SMK) di Babel yang masih menggunakan kurikulum lama, tidak sesuai dengan kebutuhan teknologi smelter. Lulusan SMK teknik, misalnya, belum familier dengan perangkat kontrol industri modern atau sistem keselamatan kerja berbasis digital.
Pemerintah daerah sebenarnya sudah mulai mendorong pelatihan berbasis kompetensi melalui Balai Latihan Kerja (BLK). Namun, kapasitas BLK terbatas dan tidak semua programnya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Kolaborasi antara dunia usaha dan pendidikan harus ditingkatkan, misalnya melalui program magang industri, kelas industri di SMK, dan joint training center.
Dalam teori Ulrich (1997), HR harus menjadi strategic partner — bukan sekadar pelaksana administrasi. Artinya, manajemen SDM di perusahaan smelter harus bekerja sama dengan pemerintah dan akademisi untuk menciptakan ekosistem SDM yang tangguh. Dengan sinergi itu, Babel tidak hanya menjadi daerah tambang, tetapi pusat industri timah yang mandiri.
Refleksi sosial: dari tambang tradisional ke industri modern
Transformasi industri di Babel tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga pada budaya kerja masyarakat. Dahulu, penambang timah tradisional bekerja secara mandiri, tanpa hierarki atau aturan ketat. Kini, mereka harus menyesuaikan diri dengan sistem kerja industri modern yang serba terukur dan berorientasi hasil.
Perubahan itu tidak selalu mudah. Banyak pekerja lokal yang masih beradaptasi dengan disiplin kerja, sistem absensi digital, dan standar keselamatan yang ketat. Di sinilah peran manajemen SDM menjadi krusial — bukan hanya untuk mengelola tenaga kerja, tetapi juga untuk mendidik dan membentuk mental pekerja industri modern.
Program pelatihan soft skill seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kerja tim perlu diperkuat. Selain itu, pendekatan humanis juga penting agar tenaga lokal tidak merasa teralienasi di tanah sendiri. Manajemen SDM yang baik harus mampu menumbuhkan rasa bangga dan kepemilikan terhadap industri yang mereka bangun.
Membangun industri, membangun manusia
Pembangunan industri smelter di Bangka Belitung memang membuka peluang besar. Namun, keberhasilan sejati tidak diukur dari jumlah pabrik yang berdiri, melainkan dari seberapa besar masyarakat lokal benar-benar menjadi bagian dari kemajuan itu. Klaim 70 persen tenaga kerja lokal akan memiliki makna hanya jika diiringi dengan peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan kesempatan karier. Manajemen SDM yang strategis harus memastikan bahwa tenaga lokal tidak hanya dipekerjakan, tetapi juga dikembangkan dan dilindungi.
Pada akhirnya, pembangunan industri sejati bukan hanya soal logam timah yang diproses, tetapi tentang manusia Babel yang berdaya. Tanpa penguatan SDM lokal, hilirisasi hanya akan menjadi kemajuan semu indah di atas kertas, tetapi rapuh di akar. Bangka Belitung tidak hanya butuh smelter yang berdiri megah, tetapi juga manusia Babel yang berdiri tegak, berkompeten, dan sejahtera di tanahnya sendiri. Hanya dengan itulah, klaim “70 persen tenaga kerja lokal” akan berubah dari sekadar angka menjadi kenyataan yang hidup. (*)


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	 
												      	 
												      	 
												      	 
												      	 
				
			 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.