Tribunners
APEC 2025 di Korea: Melihat Peluang Ekonomi Syariah di Asia-Pasifik
Indonesia seharusnya bisa menjadi pelopor membawa pesan bahwa ekonomi yang berkeadilan adalah jalan menuju kesejahteraan sejati
Ketiga, digitalisasi ekonomi syariah. Transformasi digital yang ditekankan APEC sejalan dengan perkembangan islamic digital economy: mulai dari halal e-commerce, islamic fintech, hingga penggunaan blockchain syariah untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan publik.
Meski potensinya besar, integrasi ekonomi syariah dalam agenda APEC bukan tanpa tantangan. Pertama, literasi keuangan syariah di banyak negara Asia-Pasifik masih rendah. Kedua, belum ada forum resmi dalam APEC yang secara eksplisit membahas ekonomi syariah. Ketiga, muncul risiko greenwashing atau syariah-washing—yakni penggunaan label “hijau” atau “syariah” tanpa implementasi prinsip etis yang nyata.
Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peran strategis. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan rujukan keuangan syariah yang sedang tumbuh, Indonesia dapat mendorong APEC untuk melihat ekonomi syariah bukan sekadar alternatif, tetapi arus utama dalam ekonomi berkelanjutan. Kolaborasi Indonesia Malaysia dapat memperkuat diplomasi ekonomi syariah di forum internasional seperti APEC.
Ekonomi syariah tidak menolak pertumbuhan, inovasi, atau globalisasi. Namun, ia mengingatkan bahwa tujuan akhir ekonomi adalah keberkahan (barakah), yakni keseimbangan antara kemajuan material dan kemaslahatan manusia. Dalam maqashid syariah, kesejahteraan tidak diukur semata dari laba, melainkan dari kemampuan sistem ekonomi menjaga agama, jiwa, akal, harta, dan lingkungan. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Prinsip ini menjadi dasar bahwa ekonomi harus berorientasi pada manfaat sosial, bukan sekadar keuntungan finansial.
KTT APEC di Korea Selatan ini menjadi ajang penting untuk menata ulang arah ekonomi kawasan. Jika APEC sungguh ingin membangun masa depan yang sustainable dan inclusive, maka prinsip-prinsip ekonomi Islam bisa menjadi fondasi moral dan strategis yang kuat. Sudah saatnya Asia-Pasifik tidak hanya “connect and innovate”, tetapi juga “prosper with ethics.” Dan Indonesia seharusnya bisa menjadi pelopor membawa pesan bahwa ekonomi yang berkeadilan adalah jalan menuju kesejahteraan sejati. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.