Tribunners
Selamat Jalan Datuk Profesor, Warisanmu Tidak Akan Terlupakan Sepanjang Hayat Masih Dikandung Badan
Kiprahnya di berbagai seminar nasional sebagai tokoh pendidikan dan budaya tidak usah diragukan lagi.
Oleh: Rusmin Sopian - Pengurus LAM Serumpun Sebalai
PENULIS pertama kali bertatap muka dan berbincang dengan Profesor Bustami Rahman saat gladi resik pengukuhan Lembaga Adat Melayu (LAM) Serumpun Sebalai, 24 Februari 2025, di Rumah Mahligai.
Penulis bersama tokoh Bangka Selatan asal Kepulauan Pongok Kamaludin adalah utusan LAM Junjung Behaoh yang masuk dalam jajaran kepengurusan LAM Serumpun Sebalai yang akan dikukuhkan pada esok harinya, 25 Februari 2025.
Namun nama besar Profesor Bustami Rahman sudah terpatri dalam otak penulis sebagai tokoh pendidikan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dan rasanya, tidak ada orang yang tidak tahu dengan eksistensi Profesor Bustami Rahman di negeri ini. Rektor pertama Universitas Bangka Belitung (UBB). Tokoh pendidikan dan budaya Provisi Kepulauan Bangka Belitung.
Tulisannya tentang pendidikan dan budaya bertebaran di berbagai media massa lokal dan nasional. Kiprahnya di berbagai seminar nasional sebagai tokoh pendidikan dan budaya tidak usah diragukan lagi. Mumpuni.
Sore itu, saat gladi resik pengukuhan pengurus LAM Serumpun Sebalai, Datuk Profesor Bustami memakai baju warna putih lengan pendek. Serius melihat prosesi gladi resik sembari mendengar penjelasan dari berbagai pihak, tidak terkecuali dari sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian yang merupakan Sekretaris LAM Serumpun Sebalai yang hadir bersama para pengurus LAM Serumpun Sebalai lainnya, seperti Sukma, Pemantun Kario , Andi, dan Ian Sancin.
Di acara gladi resik itulah penulis untuk pertama kalinya berbincang dengan Datuk Bustami, ditemani pamong budaya Bangka Selatan, Dwikki Ogi Dhaswara, dan Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bangka Selatan, Andrey Taufiqullah, serta Pak Mok Kamaludin. Ternyata, Dwikki Ogi Dhaswara adalah mahasiswa Profesor Bustami saat di Universitas Bangka Belitung.
Perbincangan kami sore itu penuh guyon sebagai prolog percakapan. Dan Profesor Bustami tersenyum mendengar guyonan penulis tentang Dwikki Ogi Dhaswara.
Saat selesai gladi resik, petuah Datuk Bustami yang masih terngiang di otak penulis adalah kita harus serius untuk pengukuhan pengurus LAM Serumpun Sebalai besok pagi (25/2/2025) sebagai muruah daerah ini.
Dan Senin (17/11/2025) sore, penulis membaca berita duka dari berbagai grup percakapan WhatsApp tentang wafatnya Profesor Bustami Rahman. Cuma tulisan Al-Fatihah yang mampu penulis tuliskan dalam pesan percakapan WhatsApp itu.
Dan mengutip narasi Datuk Suparman Akai dalam grup percakapan WhatsApp LAM Serumpun Sebalai bahwa "Kita kehilangan sosok panutan suluh bagi kita semua.... Innalillahi wa Inna ilaihi Roji'un...."
Selamat jalan Datuk Profesor. Warisanmu akan abadi di jiwa ini dan tak terlupakan sepanjang hayat masih dikandung badan. Al-Fatihah... (*)
| Selamat Jalan Profesor Bustami Rahman |
|
|---|
| Menyongsong 25 Tahun Provinsi Teladan Babel dalam Catatan Pewarta |
|
|---|
| Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan Serius bagi Generasi Belitung |
|
|---|
| Menanti Regulasi Tutor Nonformal |
|
|---|
| Reformasi Birokrasi Budaya: Saatnya Tata Kelola Kebudayaan Babel Lebih Terbuka dan Berpihak |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20240615_Prof_Bustami_Rahman.jpg)