Tribunners
Menjadi Ayah Seutuhnya
Jadilah seorang ayah pahlawan bagi anak-anak kita, jadilah ayah yang hebat bagi mereka, jadilah ayah yang dibanggakan.
Oleh: Rahmat Zulkarnain, S.P. - Wakil Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan PWPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
TANGGAL 12 November yang lalu kita diingatkan sebuah momen Hari Ayah Nasional, yang di mana hari ayah bukan hanya sebuah momen yang harus kita ingat atau dirayakan hanya satu tahun sekali, namun sejatinya hari ayah itu adalah setiap hari, setiap waktu, setiap detik, yang harus melekat pada diri seorang ayah itu sendiri.
Ayah merupakan sosok utama dan penting di dalam keluarga. Ayah adalah sosok laki-laki pertama yang dikenal oleh semua anak-anak dan istri di dalam keluarganya. Bersama ibu, ayah menjadi pilar berdirinya keluarga yang kuat menciptakan sebuah peradaban baru dalam kehidupan di dunianya.
Seorang ayah harus mampu menjadi "benteng" atau pelindung rasa aman bagi anak-anak dan istrinya dalam rumah, yang kita ketahui di dalam Islam bahwa seorang laki-laki adalah "QOWAMUN" atau pelindung untuk perempuan. Ini jelas bahwa seorang laki-laki dituntut harus memiliki jiwa yang kuat agar mampu menjadi benteng atau pelindung untuk keluarganya.
Seorang ayah harus mampu memenuhi semua kebutuhan primer maupun sekunder di dalam keluarganya dan seorang ayah harus memiliki imunitas atau kekebalan yang kuat menghadapi kerasnya tantangan kehidupan yang harus ia pikul. Berat. Iya memang berat amanah menjadi seorang ayah.
Menjadi seorang ayah bukan sebuah prestasi atau penghargaan yang diterima seorang laki-laki, namun ia sebuah amanah besar, sebuah ibadah, dan beban besar yang harus dijalankan seorang laki-laki sepanjang hayatnya. Menjadi seorang ayah berarti ia harus mampu bertanggung jawab besar karena ini menyangkut hajat kehidupan baru dalam keluarga.
Namun, semua akan bernilai ibadah jika seorang ayah ikhlas dan menerima dengan lapang dada, karena berumah tangga merupakan ibadah yang paling panjang karena urgensi dalam sebuah pernikahan sama seperti menegakkan setengah dari tiang agama, maka seorang ayah harus dituntut mempunyai bekal yang baik dalam memimpin kepala keluarga agar kapal besar yang bernama keluarga mampu dinakhodai dengan aman dan selamat.
Karena realitasnya saat ini banyak anak-anak di sekitar kita, khususnya Indonesia, telah kehilangan figur sosok seorang ayah atau kita kenal dengan istilah fatherless. Fatherless itu sendiri kondisi di mana seorang anak tumbuh tanpa kehadiran figur seorang ayah baik secara fisik maupun secara emosional.
Fenomena fatherless ini menjadi kondisi yang memperhatikan saat ini. Mengutip data dari Mikro Susenas BPS pada Maret tahun 2024, ada sekitar 20,1 persen anak di Indonesia berusia di bawah 18 tahun mengalami "fatherless" dari total 79,4 juta anak di bawah 18 tahun, 15, 9 juta anak berada dalam kondisi fatherless di antaranya 4,4 juta anak tinggal dalam keluarga tanpa kehadiran seorang ayah, sedangkan 11,5 juta anak tinggal bersama ayahnya, namun ayahnya bekerja lebih dari 60 jam per minggu (lebih dari 12 jam /hari).
Dengan melihat kondisi tersebut, kita bisa melihat faktor-faktor penyebab anak-anak kehilangan figur atau sosok seorang ayah dalam kehidupannya atau fatherless, mulai dari faktor perceraian yang menyebabkan seorang anak dan ibu harus berpisah, menyebabkan seorang anak tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah seutuhnya, ada faktor kematian hingga seorang anak kehilangan sosok ayahnya, ada masalah sosial ekonomi karena ketidakstabilan ekonomi bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga pada akhirnya berdampak kepada tumbuh kembang seorang anak, baik secara fisik maupun emosional.
Ada pula faktor kestabilan emosi pada seorang ayah yang tidak bisa mengontrol emosinya bisa berakhir fatal dan tidak jarang ditemukan seorang ayah melakukan KDRT menyebabkan perpecahan dalam keluarga. Ada faktor yang tidak kalah penting yang menyebabkan seorang anak mengalami fatherless, yaitu kurangnya ilmu dan iman yang kuat dimiliki seorang ayah karena untuk menjadi seorang ayah harus dibekali ilmu dan iman agar menjalankan peran sebagai kepala keluarga dapat terkendali dengan baik sesuai tuntunan agama dan negara.
Pada akhirnya, dampak terburuk dari fatherless pada anak yaitu seorang anak akan kehilangan arah, kekosongan emosional, psikologis anak sangat terganggu, anak mudah emosi, mudah cemas. Anak kehilangan rasa aman dan anak kurang percaya diri, seorang anak akan sulit membangun sosial di masyarakat, berdampak anak akan terjerumus pada perilaku menyimpang serta dampak terburuk jangka panjang yang diterima seorang anak, yaitu seorang anak laki-laki bisa kebingungan identitas dan tanggung jawabnya, sementara anak perempuan bisa kehilangan rasa aman dan penghargaan diri yang akan berdampak pada kesehatan mental buruk pada anak.
Maka tugas dan peran seorang ayah bukan hanya mencari nafkah saja, memenuhi kebutuhan pangan dalam keluarganya, ayah bukan hanya bekerja banting tulang untuk masa depan anak-anaknya saja. Seorang ayah harus mampu menumbuhkan kedekatan dengan anak-anaknya karena sentuhan dan pelukan dari seorang ayah sangat memengaruhi emosi seorang anak.
Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung lebih percaya diri, sabar, dan tahan dari tekanan, maka hadirkan hati dan waktu terbaik kita dengan anak-anak kita, jadikan kehadiran kita dirindukan anak-anak saat kita kembali ke rumah dari aktivitas di luar rumah karena saat kita kehilangan waktu dan momen bersama anak, maka anak akan kehilangan sosok pahlawan di dalam rumahnya.
Dengan adanya sosok ayah, maka anak-anak akan tumbuh dalam keluarga yang penuh kasih dan sayang serta kehangatan. Hadirkan hati dan fisik kita bersama anak-anak, hidupkan ruang-ruang diskusi atau ngobrol bersama mereka dengan ilmu agama agar mereka tidak kehilangan arah dan bisa mengenal siapa Tuhannya. Ajarkan mereka adab dan rasa tanggung jawab, karena madrasah atau tempat sekolah pertama anak adalah keluarga, maka diperlukan kolaborasi antara ibu dan ayah agar lahir generasi yang kuat tangguh dan beriman.
Jadilah seorang ayah pahlawan bagi anak-anak kita, jadilah ayah yang hebat bagi mereka, jadilah ayah yang dibanggakan. (*)
"Selamat hari ayah nasional" untuk seluruh ayah-ayah hebat.
| Mengapa Kota Pokrovsk Jadi Kunci di Perang Rusia-Ukraina? |
|
|---|
| Membaca Bukan Sekadar Hobi, tetapi Kebutuhan Hidup |
|
|---|
| Agile Management: Strategi Cerdas Membangun Ekonomi Kemaritiman Bangka Belitung yang Berdaya Saing |
|
|---|
| Mendorong Polisi Menjadi Bestinya Masyarakat |
|
|---|
| Kelangkaan BBM di Bangka: Dalam Persfektif Ekonomi Islam, Masalah Distribusi atau Pengawasan? |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20251113_Rahmat-Zulkarnain.jpg)