Tribunners
Agile Management: Strategi Cerdas Membangun Ekonomi Kemaritiman Bangka Belitung yang Berdaya Saing
Bangka Belitung berpeluang besar tampil sebagai salah satu pusat ekonomi maritim paling progresif di Indonesia.
Oleh: Ricka Anggela Fitri Yanna dan Guntur - Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung
PROVINSI Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menyimpan potensi maritim yang besar dari perikanan, pariwisata bahari, hingga peluang industri perkapalan. Kondisi perekonomian terkini menunjukkan tantangan sekaligus peluang perekonomian Babel, di mana pada 2024 tumbuh relatif lambat, namun terdapat sinyal pemulihan di awal 2025. Berdasarkan data BPS, ekonomi Babel tumbuh sebesar 0,77 persen pada tahun 2024, dengan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp107,50 triliun dan PDRB per kapita sebesar Rp70,19 juta.
Kondisi ini bukanlah kelemahan tanpa harapan, namun sebaliknya, ini merupakan momentum untuk bertransisi menuju ekonomi yang lebih berdaya saing dan berkelanjutan. Salah satu pendekatan manajemen yang relevan adalah agile management, yang merupakan kerangka kerja adaptif yang menekankan repetisi yang cepat, kolaborasi multi-pihak, dan pengambilan keputusan berbasis data. Di konteks Babel, agile bukan hanya sekadar metode kerja, namun juga bisa menjadi strategi transformasi ekonomi kemaritiman yang nyata.
Dari Tantangan ke Peluang: Sinyal Pemulihan dan Keinginan Berubah
Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Babel pada tahun 2024 relatif rendah, triwulan I 2025 memperlihatkan pemulihan yang cukup menggembirakan, di mana pemerintah daerah melaporkan pertumbuhan sebesar 4,60 persen pada periode tersebut, ini merupakan tanda bahwa kebijakan dan aktivitas ekonomi mulai bergerak ke arah yang positif.
Selanjutnya terdapat fakta mengenai struktur ekonomi Babel, di mana meski sektor pertambangan timah memberi kontribusi besar, sumber pertumbuhan terbesar dari sisi produksi justru berasal dari pertanian, kehutanan, dan perikanan, ini merupakan titik masuk strategis untuk memperkuat ekonomi maritim berbasis keberlanjutan. Namun, pengalaman juga menunjukkan bahwa ketergantungan pada sumber daya ekstraktif seperti isu tata kelola pertambangan, perizinan, dan dampak lingkungan menjadi pengingat akan pentingnya diversifikasi ekonomi.
Kenapa Agile Management Tepat untuk Babel?
Pendekatan agile management makin relevan untuk diterapkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seiring dinamika ekonomi yang menuntut kecepatan adaptasi kebijakan. Agile, yang menekankan kerja kolaboratif dan proses iteratif, dinilai mampu menjawab kondisi Babel yang tengah menghadapi perlambatan pertumbuhan sekaligus peluang pemulihan.
Dengan karakter wilayah kepulauan, kebijakan ekonomi Babel membutuhkan model tata kelola yang responsif terhadap perubahan cepat, baik dalam sektor perikanan, logistik, maupun industri maritim. Agile memungkinkan pemerintah menguji kebijakan dalam skala kecil melalui pilot project, kemudian memperluasnya berdasarkan hasil evaluasi berbasis data.
Selain itu, struktur ekonomi Babel yang masih bergantung pada komoditas primer mendorong urgensi diversifikasi. Pendekatan agile dinilai dapat mempercepat hilirisasi produk kelautan melalui proses yang lebih fleksibel dan terukur sehingga sektor perikanan, industri galangan kapal, hingga pariwisata bahari dapat bergerak lebih adaptif mengikuti kebutuhan pasar.
Model kerja lintas instansi yang menjadi ciri agile juga dinilai mampu mengurangi hambatan birokrasi. Dengan menggabungkan unsur pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas nelayan dalam satu kerangka kerja terpadu, kebijakan maritim dapat dirumuskan dan dieksekusi lebih cepat. Para analis menyebut, pola ini sejalan dengan kebutuhan daerah untuk menghadirkan solusi real-time dalam mengelola risiko lingkungan dan sosial yang kerap muncul dari aktivitas ekonomi pesisir.
Galangan Kapal: Titik Sentuh Strategis dalam Ekosistem Maritim Babel
Pengembangan galangan kapal lokal adalah contoh konkret bagaimana agile bisa dipraktikkan. Di Babel sendiri sudah ada beberapa galangan yang mampu reparasi dan pembangunan kapal baru jenis kapal nelayan, kapal pertambangan, dan kapal niaga yang berkapasitas maksimal ± 3500 DWT, kehadiran perusahaan galangan atau shipyard yang melayani perbaikan dan pembangunan kapal skala lokal, regional dan nasional. Kehadiran fasilitas ini membuka peluang besar perbaikan berbagai jenis kapal lebih cepat, produksi kapal modern, komponen lokal, dan lapangan kerja teknis.
Tidak hanya itu, warisan galangan kapal (dockyard) di Bangka Belitung menjadi aset budaya dan potensi pusat pelatihan keterampilan perkapalan bagi generasi muda. Revitalisasi dan pengembangan galangan dari perbaikan hingga pembuatan kapal dan fasilitas komponennya dapat dimulai lewat pilot project yang dikelola secara agile, seperti uji kapasitas, asesmen pasokan bahan, pelatihan tenaga kerja, skema pembiayaan mikro/makro, dan scale-up bila memenuhi KPI.
Rekomendasi Langkah Nyata untuk Mendorong Ekonomi Maritim Babel
Sejumlah rekomendasi strategis muncul untuk memperkuat penerapan agile management dalam pembangunan ekonomi kemaritiman di Bangka Belitung. Berikut beberapa langkah yang dinilai paling realistis untuk diterapkan pemerintah daerah:
· Pembentukan “Task Force Agile Maritim”
Pemerintah daerah disarankan membentuk satuan tugas lintas instansi yang bertugas merancang, menguji, dan mengevaluasi program maritim secara berkala. Tim ini bekerja dalam siklus triwulanan agar setiap kebijakan bisa diukur efektivitasnya secara cepat.
· Pengembangan pilot project galangan kapal lokal
