Tribunners

Transformasi Bangka Selatan Menuju Kabupaten Literasi 

Tingkat literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang tegak lurus terhadap kualitas bangsa. 

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Rusmin Sopian - Penulis yang Tinggal di Toboali 

Oleh: Rusmin Sopian - Penulis yang Tinggal di Toboali

"WAH, mantap. Terima kasih apresiasi teman-teman penulis di Bangka Selatan, produktif dan keren-keren semua." Demikian pesan percakapan WhatsApp dari Pimpinan Penerbit Galuh Patria Jogjakarta,  Abd. Salaam Min Fadilah, kepada penulis beberapa waktu lalu.

Sebagai penerbit buku,  Salaam tahu benar eksistensi penulis dari Bangka Selatan yang tersebar dari Pulau Pongok hingga Sebagin.  Setidaknya, beragam jenis buku lahir dari penulis Negeri Junjung Behaoh itu diterbitkan Galuh Patria Jogjakarta sebagai publisher. Mulai dari fiksi hingga nonfiksi, dari mulai tema lokalitas hingga tema umum. 

Berdasarkan catatan penulis, dalam tahun ini saja belasan buku lahir dari penulis Bangka Selatan. Terbaru mulai dari Lawang Uma karya penulis muda, Rapi Pradipta, hingga Sang Usang karya pamong budaya Bangka Selatan Dwikki Ogi Dhaswara. 

Demikian pula tulisan yang bertebaran di berbagai media massa lokal dan luar Bangka Belitung yang merupakan buah pena dari penulis Bangka Selatan. Tulisan dari penulis dari Bangka Selatan kerap nenghiasi media dan menjadi bahan bacaan, baik tulisan fiksi maupun nonfiksi. 

Hebatnya, tulisan itu ditulis dari berbagai profesi, mulai dari pelajar hingga anak muda yang mulai merambah dunia literasi, tidak terkecuali profesi dokter.  Sebuah dinamika baru dalam perkemajuan dunia literasi di negeri. Sebuah nutrisi baru bagi perkembangan dunia tulis-menulis di Bangka Selatan

Menulis sejak dini adalah kunci untuk membangun generasi yang lebih cerdas, kritis, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan menulis, mereka belajar untuk berpikir kritis, menyusun ide dengan logis, dan mengekspresikan diri secara efektif. Tulisan adalah salah satu medium paling kuat dalam membentuk identitas kolektif.

Pada sisi lain,  sastra dan karya tulis lokal menjadi cerminan jati diri daerah dan bangsa, sekaligus alat untuk menyuarakan nilai-nilai lokal di panggung global. Bangka Selatan memiliki banyak cerita, legenda, tokoh sejarah, dan nilai kearifan lokal yang belum tergali secara maksimal. Ini tentunya menjadi momentum bagi penulis daerah ini untuk memperkenalkan dan memublikasikan kearifan lokal Bangka Selatan dalam bentuk tulisan dan buku ke khalayak sehingga potensi kearifan lokal daerah ini makin dikenal publik luas. 

Dengan makin banyaknya penulis lokal dengan latar profesi yang beragam, makin luas pula representasi dan perspektif yang hadir dalam dunia literasi  Bangka Selatan dan Indonesia. Dengan bertaburannya kemuncuan lebih banyak penulis lokal, kita sebenarnya sedang berinvestasi pada sektor ekonomi kreatif yang berkelanjutan dan inklusif.

Inkubator Literasi Pustaka Nasional adalah kontribusi besar dari para penulis daerah ini untuk kebermajuan dunia literasi Nusantara. Khususnya memperkenalkan kearifan lokal daerah ini yang luar biasa. 

Sementara itu,  harus dipahami, bahwa salah satu ciri bangsa yang maju adalah tingginya tingkat literasi. Literasi akan mampu meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan wawasan seseorang. Tingkat literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang tegak lurus terhadap kualitas bangsa. 

Tiba-tiba penulis teringat dengan pesan percakapan WhatsApp dalam Grup WhatsApp Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB) Bangka Selatan dari  Indra Pirmana, seorang tenaga pendidik dan penulis buku serta motivator menulis yang memberikan catatan bahwa daerah ini adalah daerah penulis.  (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved