Tribunners

Peran Strategis Humas dalam Mem-branding PTKIN di Era Digital

Humas PTKIN memiliki peran vital sebagai garda terdepan yang strategis untuk membangun citra dan branding PTKIN di era digital

Editor: suhendri
Dokumentasi Tonghari
Tonghari - Pranata Humas Ahli Pertama IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 

Oleh: Tonghari - Pranata Humas Ahli Pertama IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

DALAM era informasi digital dan persaingan antarperguruan tinggi yang makin kompetitif, brand atau citra institusi menjadi aset penting yang menentukan daya tarik dan kepercayaan publik. Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) UIN, IAIN, dan STAIN sebagai institusi pendidikan Islam milik pemerintah dalam membangun citra positif lembaga di tegah derasnya arus informasi digital dan menghadapi tantangan besar dalam membentuk persepsi publik yang positif, modern, dan relevan. Dalam konteks inilah, peran humas (hubungan masyarakat) menjadi sangat krusial dalam membangun dan menjaga brand PTKIN.

Ada tiga fungsi humas yang harus dilakukan di tempat tugasnya, the best, the first, dan different. Humas harus berfungsi dan difungsikan secara baik untuk lembaga, jadilah orang yang pertama menggagas hal yang berbeda walupun belum populer, ini sebagai bentuk ikhtiar maksimal dalam lembaga branding di tempat tugas masing-masing.

Selama ini, masih ada stereotipe yang melekat bahwa PTKIN hanya fokus pada studi agama yang konservatif, tertutup, dan kurang kompetitif dibanding kampus umum. Padahal, kenyataannya PTKIN telah mengalami transformasi besar, menghadirkan program studi multidisipliner, meraih prestasi nasional dan internasional, serta menjadi pusat kajian keislaman yang moderat dan inklusif. Namun, tanpa komunikasi strategis dan manajemen citra yang baik, keunggulan- keunggulan ini bisa luput dari perhatian publik.

Humas memiliki peran sentral sebagai jembatan antara institusi dan masyarakat. Mereka bukan hanya bertugas menyampaikan informasi kegiatan kampus, tetapi juga menyusun strategi komunikasi yang mampu menampilkan identitas, nilai, serta keunikan PTKIN secara konsisten dan menarik.

Menjabarkan strategi kehumasan yang efektif melalui enam tahapan: 1. Perencanaan (riset publik dan analisis opini) 2. Peluncuran (konferensi pers dan publikasi resmi) 3. Implementasi (storytelling dan kampanye konten) 4. Respons publik (menjawab pertanyaan dan isu) 5. Evaluasi 6. Monitoring media, humas bisa menciptakan narasi positif yang membentuk brand PTKIN sebagai kampus Islam yang unggul, adaptif, dan terbuka terhadap perkembangan zaman.

Mem-branding PTKIN bukan sekadar aktivitas kosmetik, tetapi upaya membangun citra institusi yang sejalan dengan misi, visi, dan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin. Di sinilah humas harus bekerja secara kreatif dan kolaboratif, tidak hanya dengan pimpinan dan dosen, tetapi juga melibatkan mahasiswa, alumni, dan masyarakat luas sebagai bagian dari ekosistem branding.

Lebih dari itu, humas juga berperan sebagai manajer krisis saat terjadi isu negatif atau miskomunikasi yang berpotensi merusak reputasi institusi. Kemampuan humas dalam mengelola opini publik dan menjaga kredibilitas sangat menentukan stabilitas citra PTKIN di mata masyarakat.

Maka, sudah saatnya humas di lingkungan PTKIN tidak hanya dilihat sebagai pelengkap birokrasi, tetapi sebagai aktor strategis dalam membentuk masa depan kampus. Profesionalisasi peran humas, pelatihan SDM, penggunaan teknologi komunikasi yang tepat, serta dukungan penuh dari pimpinan institusi menjadi kunci sukses membranding PTKIN secara berkelanjutan.

PTKIN yang kuat adalah PTKIN yang mampu membangun citra positifnya secara konsisten. Dan di balik citra yang kuat, selalu ada humas yang bekerja cerdas, strategis, dan berintegritas. 

Secara keseluruhan, humas PTKIN memiliki peran vital sebagai garda terdepan yang strategis untuk membangun citra dan branding PTKIN di era digital. Hal ini menuntut adaptasi yang cepat, inovasi komunikasi, dan penggunaan optimal platform digital untuk bersaing dan memenuhi kebutuhan informasi dari generasi muda.

Branding pada PTKIN perlu dilakukan dalam rangka memperkuat reputasi. Reputasi harus dibentuk melalui kinerja yang baik. Humas berperan dalam upaya branding. Branding bukan semata dilakukan dalam ranah marketing seperti yang selama ini dipahami. Tentu bagian yang dilakukan humas dalam branding adalah membangun komunikasi mengenai brand perguruan tinggi.

Sinergi antara bagian humas dan marketing di perguruan tinggi swasta menjadi hal yang sangat penting untuk mendorong upaya branding. Oleh sebab itu, pekerjaan marketing dan humas harus saling terintegrasi. Perguruan tinggi harus memberikan suatu diferensiasi (pembedaan) dan karakter sehingga masyarakat yang menjadi target menjadi tahu mengingat dan bisa memilih. Humas perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan menjadi istimewa karena berada dalam institusi PTKIN.

Namun, di sisi lain humas berada dalam lembaga pendidikan yang diharapkan tidak sekadar mengejar sisi komersial sebagai tujuan utama. Humas pada perguruan tinggi memiliki ciri khusus dibandingkan pada institusi lainnya.

Perbedaan ini dapat dilihat dari output yang dihasilkan. Humas perguruan tinggi-dalam membantu branding mengedepankan capaian akademik dan nonakademik sekaligus mengedepankan keunggulan yang dimiliki dibanding dengan program studi sejenis di kampus lain. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved