Berita Viral

Sosok Chris Clarac Bule Prancis Nikahi Hesti Gadis Bugis, Mahar Rp100 Juta dan Rumah Hampir Rp1 T

Sosok Chris Clarac (37), bule asal Prancis yang menikahi gadis Bugis asal Sinjaya, Hesti Febriyanti (26).

Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Rusaidah
IST/Tribun Jateng
CINTA LINTAS NEGARA - Sosok Chris Clarac (37), bule asal Prancis yang menikahi gadis Bugis asal Sinjaya, Hesti Febriyanti (26). 
Ringkasan Berita:
  • Sosok Chris Clarac (37), bule asal Prancis yang menikahi gadis Bugis asal Sinjaya, Hesti Febriyanti (26).
  • Chris menikahi Hesti dengan mahar tak main-main mewahnya.
  • Chris mempersembahkan uang panai sebesar Rp100 juta, emas tiga gram, serta sebuah rumah senilai Rp898 juta untuk Hesti

 

BANGKAPOS.COM -- Inilah sosok Chris Clarac (37), bule asal Prancis yang menikahi gadis Bugis asal Sinjaya, Hesti Febriyanti (26).

Kisah cinta lintas negara itu jadi perhatian.

Betapa tidak, Chris menikahi Hesti dengan mahar tak main-main mewahnya.

Baca juga: Cerita Basarudin Nelayan Sungailiat yang Temukan Jasad Rekannya Terbujur Kaku di Atas Perahu

Dalam prosesi lamaran yang berlangsung hangat, Chris mempersembahkan uang panai sebesar Rp100 juta, emas tiga gram, serta sebuah rumah senilai Rp898 juta untuk Hesti

Rumah tersebut berlokasi di kawasan elit Tanjung Bunga, Kota Makassar, dan menjadi simbol kesungguhannya untuk menetap dan membangun masa depan di Indonesia.

Hubungan mereka, yang berawal dari pertemuan sederhana, kini telah berlabuh di pelaminan.

Setelah melewati perjalanan panjang penuh perbedaan, keduanya resmi bertunangan pada Juni 2025, menandai awal dari kisah baru yang akan mereka bangun bersama.

“Sudah lamaran pada Juni 2025,” ujar Lurah Bongki, Andi Abdul Waris, kepada TribunTimur, Kamis (6/11/2025).

Pernikahan keduanya dijadwalkan berlangsung pada 9 November 2025, di rumah keluarga Hesti di Kelurahan Bongki, Kecamatan Sinjai Utara.

Prosesi akan mengusung adat Bugis Sinjai, lengkap dengan seluruh tradisi khas daerah tersebut — mulai dari busana adat hingga ritual penyambutan keluarga mempelai pria.

Menjelang hari bahagia, Chris dan Hesti tampak menghadiri bimbingan calon pengantin (Catin) di Kantor Urusan Agama (KUA) Sinjai Utara.

Chris, mengenakan baju putih dan songkok recca, duduk dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan dari narasumber.

Di sampingnya, Hesti yang berbusana abu-abu tampak lembut membantu menerjemahkan setiap kalimat, sebab calon suaminya itu masih belajar bahasa Indonesia.

Momen tersebut bukan hanya tentang mempersiapkan pernikahan, melainkan juga tentang menyatukan dua budaya yang berbeda dalam harmoni yang indah.

Kisah Cinta Lintas Negara di Sinjai

Kisah cinta Chris dan Hesti bukanlah yang pertama terjadi di Sinjai.

Kabupaten yang terletak di pesisir selatan Sulawesi ini rupanya menyimpan banyak kisah serupa hubungan antarbangsa yang berakhir di pelaminan dengan adat Bugis sebagai saksi.

Pada tahun sebelumnya, seorang perempuan asal Sinjai bernama Maya Ningsrida menikah dengan pria asal Italia, Francesco C.
Keduanya bertemu di Dubai, tempat mereka bekerja.

Maya, yang lahir di Dusun Congkoe, Desa Lamatti Riaja, pernah menjadi pemandu wisata di Bali sebelum akhirnya merintis bisnis di Timur Tengah.

Di kota yang sama, ia bertemu Francesco, dan hubungan mereka berkembang menjadi kisah cinta yang serius.

Mereka melaksanakan berbagai prosesi adat Bugis seperti mapettuada dan mappaenre doi, meski keluarga Francesco baru dapat hadir pada hari resepsi di Desa Lamatti Riaja.

“Ibu Francesco dan keluarga besarnya akan hadir malam ini untuk prosesi mappaccing. Francesco sendiri baru akan hadir pada acara resepsi besok,” ujar Kepala Dusun Congkoe, Satri Asma, kala itu.
 
Dari Polandia ke Sinjai

Kembali ke tahun 2023, kisah serupa juga datang dari Kecamatan Bulupoddo. Seorang pria lokal bernama Randi Guntur menikahi Weronika Kuras, perempuan asal Polandia.

Keduanya berkenalan di Bali, lalu menggelar pernikahan adat Bugis di Dusun Laiya, Desa Tompobulu, daerah pedalaman yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bone.

Malam sebelum akad, keluarga mempelai pria menggelar prosesi mappaccing atau bilangpenni — ritual adat untuk membersihkan diri dan memohon restu sebelum menikah.

Keluarga besar Weronika tiba dari Polandia untuk menyaksikan langsung upacara tersebut, yang berlangsung khidmat dan penuh kehangatan di tengah suasana pedesaan Sinjai.

Dari Tanjung Bunga hingga Tompobulu, dari Prancis hingga Polandia, kisah-kisah cinta ini membuktikan bahwa Sinjai bukan hanya kaya budaya, tetapi juga menjadi tempat di mana hati-hati dari berbagai penjuru dunia bertemu.

Pernikahan warga Sinjai dengan pasangan Warga Negara Asing (WNA) memang memerlukan berbagai kelengkapan dokumen dan prosedur hukum yang lebih rumit daripada pernikahan antar-WNI.

Namun, bagi mereka yang benar-benar serius, segala perbedaan itu tak lebih dari jembatan menuju kebahagiaan.

Chris dan Hesti kini bersiap menyambut hari yang akan mengubah hidup mereka.

Di bawah langit Sinjai yang biru, dengan irama gamelan Bugis yang akan mengiringi langkah mereka menuju pelaminan, cinta lintas negara itu akan terpatri bukan sekadar kisah romantis, tetapi perpaduan dua budaya yang menyatu dalam cinta yang tulus.

(Bangkapos.com/Tribun Jateng/Tribun Timur)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved