Prabowo Ngaku Hopeng dengan Jokowi, Ray Rangkuti Tak Percaya : Itu Diretakkan Tapi Tak Dibelah

Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut dirinya masih berteman baik dengan Jokowi) mendapat tanggapan dari pengamat politik Ray Rangkuti.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
TRIBUNNEWS.COM/IRWAN RISMAWAN
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato pengantar RUU tentang APBN tahun anggaran 2026 beserta nota keuangannya pada rapat Paripurna DPR pembukaan masa persidangan I DPR tahun sidang 2025-2026 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025). Dalam pidatonya, Prabowo Subianto mengumumkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 mencapai Rp 3.786,5 triliun, dengan target pendapatan negara sebesar Rp 3.147,7 triliun. 

"Seperti yang berulang kali saya sebut, hubungan Pak Prabowo dengan Jokowi itu sebetulnya retak," kata Ray.

"Meskipun berulang-ulang kali disebutkan oleh Pak Prabowo bahwa beliau baik-baik saja hubungannya dengan Pak Jokowi gitu. Tapi, ya sebagai hubungan pertemanan."

"Sebab, hubungan baik itu kan banyak ragam-ragamnya. Ada teman kongkow-kongkow, ada teman ngopi-ngopi, ada teman bisnis, ada teman macam-macam, tapi belum tentu itu teman politik," lanjutnya.

Dengan istilah hopeng, menurut Ray, Prabowo hanya menegaskan hubungannya dengan Jokowi memang baik, sebatas pertemanan antara presiden dan mantan presiden.

Namun, belum tentu hubungan politik keduanya baik.

Meski begitu, kata Ray, Prabowo tidak mau keretakan hubungan tersebut terlihat publik.

"Nah, Pak Prabowo kelihatan mau menegaskan hubungan saya dengan Pak Jokowi itu hopeng, hubungan manusia dengan manusia ya, presiden dengan mantan presiden ya, tapi hubungan politik belum tentu," papar Ray.

"Artinya, hubungan Pak Prabowo dengan Pak Jokowi itu belum tentu melekat."

"Boleh jadi itu retak, tetapi di dalam dunia politik ini, kan harus ada yang disebut dengan tarik-ulur. Kadang-kadang kita ulur, kadang-kadang kita tarik," imbuhnya.

Upaya tidak menunjukkan keretakan hubungan politik ini, menurut Ray, karena bagaimanapun, Jokowi menjadi tokoh penting bagi Prabowo sehingga bisa terpilih menjadi presiden.

"Nah, karena bagaimanapun Pak Jokowi tetap penting bagi kekuasaan Pak Prabowo, sehingga enggak mungkin akan dilepas begitu saja."

"Itulah yang saya istilahkan itu diretakkan tapi tidak dibelah," ucap Ray lagi.

Ray Rangkuti lantas menjelaskan, keretakan hubungan politik terlihat ketika anggota keluarga Jokowi tidak lagi mendapat peran menonjol dari Prabowo selaku presiden.

Misalnya, soal anak sulung Jokowi, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, dianggap Ray tidak terlalu kentara peran politiknya.

"Nah, [keretakan] harus dilihat dari soal seberapa besar peranan politik yang diberikan kepada keluarga Pak Jokowi, misalnya Gibran," tutur Ray.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved