Profil Tokoh

KH Yusuf Hasyim Kiai Militer dari NU yang Berjasa Besar bagi NKRI

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH. Muhammad Yusuf Hasyim diusulkan menjadi Pahlawan Nasional pada 2025 karena jasa besarnya bagi NKRI.

Editor: Fitriadi
Dok NU
CALON PAHLAWAN NASIONAL - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH. Muhammad Yusuf Hasyim diusulkan menjadi Pahlawan Nasional pada 2025. 

Pada orde baru, Pak Ud pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. 

Pada orde reformasi, Pak Ud pernah mendirikan Partai Kebangkitan Ulama (PKU). Meskipun perolehan suaranya belum signifikan mengantarkan wakilnya duduk di Senayan.

Dalam karier militer, Pak Ud pada tahun 1949 memperoleh pangkat letnan satu (lettu) TNI sebelum pensiun.

Dulu dia bergabung di Batalyon Condromowo, cikal bakal Kodam V/Brawijaya, bersama para eksponen Laskar Hisbullah.

Salah satu atasan awalnya adalah KH Moenasir Ali Mojokerto. Termasuk Kolonel Hambali, yang akhirnya menjadi kakak iparnya.

Saat peristiwa agresi militer satu dan dua dari Belanda, Pak Ud juga tercatat berjuang di garis depan. Termasuk meletusnya pengkhianatan PKI 1948 Madiun yang saat itu sudah menguasai Pesantren Gontor Ponorogo. Pak Ud bersama pasukannya mampu memukul mundur pasukan PKI dari Gontor.

Pembaharu Pesantren

Pak Ud juga berkontribusi besar bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia. Terutama dari perspektif pesantren.

Pesantren saat itu masih diidentikkan dengan kaum tradisionalis yang sulit menerima kemajuan. Stigma itu hendak dipatahkan Pak Ud. Caranya dengan membuka pesantren terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

Gagasan itu diwujudkan Pak Ud dengan mendirikan sekolah di lingkungan Pesantren Tebuireng. 
Lembaga itu untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). 

Meski saat itu masih sangat asing jika sebuah pesantren mendirikan sekolah. Terlebih di lingkungan pesantren sebesar Tebuireng. Ini karena saat itu budaya pesantren masih cukup mendirikan madrasah saja.

Langkah Pak Ud ini menuai banyak kritik dari berbagai pihak. Bahkan dari sesama pengasuh pesantren.

Kebijakannya dianggap kontraproduktif dalam peran pesantren untuk menghasilkan ulama. Tapi Pak Ud, menurut Masud Adnan (2025), tetap tidak bergeming. Beberapa dekade kemudian, idenya  disadari memberikan manfaat.

Pak Ud mendirikan perguruan tinggi di Tebuireng bernama Universitas Hasyim Asyari (Unhasy) pada 1965. Ide itu juga cukup aneh pada zamannya.

Pendirian kampus di pesantren dikhawatirkan oleh banyak pihak akan berbenturan dengan tradisi ilmiah pesantren.

Di penghujung pengabdian menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng, Pak Ud merintis pendirian Ma'had Aly yang mampu melahirkan para ahli hadits dari Pesantren Tebuireng.

(Bangkapos.com/Tribunnews.com)

 

Sumber: bangkapos.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved