Sosok Susanti Sasaki, Sukses Dirikan Dua Restoran Indonesia di Jepang dengan Omzet Fantastis

Susanti Sasaki, wanita asal Lampung, sukses mengelola dua restoran Indonesia di Jepang dengan omzet total 21 juta yen per bulan

Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
Richard Susilo
KULINER INDONESIA DI JEPANG - Susanti Sasaki di pintu masuk restorannya di Harajuku Tokyo. Usaha kuliner yang digelutinya perempuan asal Lampung selama enam tahun terakhir kini menghasilkan rata-rata 15 juta yen per bulan untuk cabang Harajuku dan 6 juta yen untuk cabang Hachioji 

Ringkasan Berita:
  • Susanti Sasaki (44), asal Lampung, berhasil mengembangkan dua restoran Indonesia di Jepang dengan omzet 21 juta yen per bulan.
  • Berawal tanpa pengalaman kuliner, ia kini mempekerjakan 10 karyawan.
  • Bersiap membuka cabang baru di Tokyo berkat kerja keras, ketelitian, dan dukungan keluarga.

 

BANGKAPOS.COM--Kesuksesan diaspora Indonesia kembali mencuri perhatian publik. Susanti Sasaki (44), wanita asal Lampung yang menetap di Jepang, berhasil membangun dua restoran Indonesia yang kini berkembang pesat dengan omzet mengesankan.

Dalam enam tahun menjalankan bisnis kuliner, dua restorannya mampu menghasilkan pemasukan rata-rata 15 juta yen per bulan untuk cabang Harajuku dan 6 juta yen untuk cabang Hachioji.

Di bawah manajemennya, Susanti juga mempekerjakan 10 karyawan tetap.

“Akan buka lagi restoran di Tokyo. Masih cari lokasi di Shinjuku, Shibuya, atau Ueno, dan kalau bisa di lantai satu,” ujar Susanti saat ditemui Tribunnews.com.

Awal Perjalanan Bisnis dari Nol

Restoran pertama Susanti, Kuta Bali Café, berlokasi di Hachioji.

Cabang kedua terletak di pusat keramaian, tepat di depan Stasiun Harajuku, dengan biaya sewa mencapai 1,5 juta yen per bulan.

Ia mengaku mulai berbisnis ketika anak bungsunya duduk di bangku kelas 6 SD.

Keinginannya untuk memiliki kegiatan produktif mendapat dukungan penuh dari suami.

“Suami saya bisa tahu langsung kalau ada rasa yang berubah,” tutur Susanti mengenang.

Menariknya, Susanti memulai usaha ini tanpa pengalaman kuliner, hingga akhirnya ia mengikuti kursus dan memperoleh lisensi makanan Jepang (washoku) sebagai bekal membuka restoran.

Promosi Lewat Komunitas dan YouTube

Kedekatan Susanti dengan para pemagang Indonesia di Jepang memberikan dampak positif terhadap popularitas restorannya.

Ia sering mengajak mereka makan, ikut hanami, bahkan menginap di rumahnya saat transportasi sudah berhenti.

Cerita dari mulut ke mulut serta konten promosi gratis di YouTube membuat nama restorannya semakin dikenal luas.

Susanti yang memiliki dua anak perempuan berusia 17 dan 24 tahun itu kini merencanakan pembangunan central kitchen sebagai fondasi ekspansi bisnis lebih besar di masa mendatang.

Bahan Baku hingga SDM Menjadi Tantangan

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved