Berita Pangkalpinang

Pengamat Sebut Sektor Pertambangan dan Pariwisata di Bangka Belitung Bisa Beriringan, Ini Sebabnya

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus memilih, fokus pada pertambangan atau pariwisata.

Editor: nurhayati
Dok/Reniati
Reniati, Akademisi Ekonomi sekaligus Ketua ISEI Bangka Belitung. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus memilih, fokus pada pertambangan atau pariwisata

Rencana pemerintah menyetop ekspor timah batangan pada 2023, mendapat reaksi beragam dari masyarakat.

Ada yang khawatir perekonomian akan runtuh karena menganggap pertambangan menjadi kunci kehidupan masyarakat.

Namun, ada pula yang berpikiran Bangka Belitung pernah berjaya dari hasil pertanian ketika timah masih jadi komoditas strategis sebelum 1998.

Menyikap hal itu, Dosen Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB) Dr. Reniati mengungkapkan pertambangan dan pariwisata sering dipandang sebagai dua sektor yang saling menegaskan tidak dapat hidup berdampingan, sehingga harus memilih salah satunya. 

"Banyak persepsi bahwa pariwisata itu tidak dapat seiring sejalan itu harus kita akui ," ucapnya kepada Bangkapos.com Senin (17/10/2022) sore.

Baca juga: Ayah dan Anak Komplotan Pengedar Uang Palsu di Pangkalpinang, Ratusan Juta Disita Polisi

Baca juga: BKN Temukan Data Non ASN Tak Sesuai Ketentuan, Pj Gubernur Minta BKPSDMD Babel Lebih Akurat  

Namun, menurut. Reniati jika memiliki road map yang jelas dalam pembangunan Bangka Belitung, keduanya bisa hidup berdampingan dengan catatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dibuat harus dipatuhi oleh semua pemangku yang ada di Babel.

"Timah adalah komoditas unggulan dari Babel sejak 300 tahun lalu tetapi kita belum serius membuat road map industri hilir yang akan berdampak besar kepada perekonomian terutama tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Karena nilai tambahnya yang tinggi," sebut Reniati.

Ketua Program Studi Magister Manajemen UBB itu menilai sektor pertambangan memang lebih cepat menghasilkan return tetapi dalam jangka panjang menyisakan persoalan lingkungan yang berdampak kembali kepada pertumbuhan ekonomi. 

Sebaliknya return pariwisata diawal cendrung lambat tetapi dalam jangka panjang diyakini lebih sustainable.

Kendati lebih sustainable, kata Reniati sektor pariwisata Bangka Belitung belum berkembang lantaran fokus terutama infrastruktur pariwisata belum ditingkatkan, sebab sektor pertambangan masih menjadi prioritas dengan hasilnya yang lebih menjanjikan

"Manajemen event untuk pariwisata dan pariwisata berbasis budaya yang meningkatkan lama waktu pariwisata untuk tinggal di Babel itu perlu ditingkatkan," bebernya.

Dampak Larangan Ekspor Timah

Dosen Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB) Dr. Reniati mengungkapkan dalam jangka pendek pengaturan ekspor timah akan berdampak kepada ekonomi masyarakat karena struktur ekonomi masih didominasi kontribusinya dari industri pengolahan di atas 20 persen. Dan didominasi kurang lebih 83 persen oleh industri pengolahan timah.

Disamping itu kontribusi sektor pertambangan dan penggalian walaupun mengalami penurunan tapi masih cukup tinggi perannya.

Baca juga: Bisnis Travel Haji dan Umrah di Pangkalpinang Kian Eksis, Masyarakat Antusias Pasca Pandemi Covid-19

Baca juga: 2.650 KPM di Pangkalpinang Bakal dapat BLT Selama Tiga Bulan, Ditransfer Lewat Bank Sumsel Babel

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved