Berita Pangkalpinang
Pembangunan Kolam Retensi dan Pintu Air Jadi Solusi Atasi Banjir di Kota Pangkalpinang
Upaya penanganan banjir di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih terus dilakukan.
Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Novita
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Upaya penanganan banjir di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih terus dilakukan.
Saat ini, masih ada beberapa titik banjir di wilayah Kota Pangkalpinang. Bahkan untuk mengatasi banjir, pemkot mengambil langkah dengan membangun pintu air dan kolam retensi di beberapa daerah.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pangkalpinang, Ikmanto mengatakan, pemerintah kota terus berikhtiar menyelesaikan masalah banjir.
Caranya, dengan membangun sejumlah infrastruktur berupa kolam retensi dan pintu air. Pihaknya telah mengalokasikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2022.
"Sudah kita bangun kolam retensi dan pintu air pada tahun ini. Mudah-mudahan akhir tahun ini selesai," kata dia kepada Bangkapos.com, Kamis (22/12/2022).
Untuk pembangunan pintu air sebanyak empat unit di Kelurahan Gedung Nasional, dianggarkan dengan nilai pagu paket sebesar Rp800 juta serta harga perkiraan sendiri (HPS) Rrp467 juta. Pembangunan pintu air ini untuk mengatur air di sungai Rangkui, terutama saat hujan deras disertai pasang air laut.
Dengan adanya pintu air, juga dapat mencegah terjadinya backwater atau air balik. Backwater terjadi lantaran air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tidak dapat mengalir ke Sungai Rangkui.
Akibatnya aliran air terbendungnya dari hulu, sehingga elevasi muka air pada penampang sungai meningkat. Sedangkan air yang menggenangi kawasan itu nantinya disedot menggunakan dua mesin pompa yang telah dimiliki.
"Nanti pada saat bersamaan terjadi pasang dan terjadi hujan dua mesin pompa bisa difungsikan. Pintu air kita tutup, sedangkan genangan air langsung kita sedot dan dibuang ke Sungai Rangkui," jelas Ikmanto.
Sementara pembangunan kolam retensi Bukit Nyatoh atau Linggarjati Hulu, sebagai upaya konservasi air sekaligus terminal air di Kota Pangkalpinang. Kolam tersebut untuk mengakomodir air dari Bukit Merapin, Stania, Bukit Manggis, yang kini besar belum mencukup secara menyeluruh.
Kolam retensi yang menelan anggaran sekitar Rp2,5 miliar ini, nantinya mampu menampung air sebanyak 25.000-30.000 kubik. Meskipun begitu, lanjutnya, efektivitas kolam retensi hanya mampu mengurangi potensi banjir sebesar 20-30 persen.
Hal ini dipengaruhi oleh kawasan di daerah pembangunan yang kian menyempit. Semula dialokasikan luas lahan sekitar 3,5 hektare, kini hanya tersisa 8.000-an meter persegi.
"Lahan seluas 8.000-an meter persegi ini yang kita bisa optimalkan. Kalau mau lebih dioptimalkan kembali perlu penambahan, waktu, butuh anggaran, perencanaan-perencanaan tindak lanjut yang sebagainya," jelasnya.
Ikmanto mengatakan, pembangunan kolam retensi dan pintu air saat ini juga dipengaruhi kondisi cuaca serta pasang surut air laut. Karena permasalahan tersebut, pengerjaan proyek terkadang dilakukan pada malam hari.
"Pengaruh cuaca yang sangat signifikan berdampak terhadap kinerja, memang pengerjaan kadang dilakukan di luar jam kerja pada umumnya," kata Ikmanto.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20221222-Kepala-Dinas-PUPR-Pangkalpinang-Mie-Go-didampingi-Kabid-Sumber-Daya-Air-Ikmanto.jpg)