Berita Pangkalpinang

Babel Baru Mampu Penuhi 10 Persen Kebutuhan Sapi, Kawin Suntik Jadi Upaya Tingkatkan Produktivitas

Kebutuhan konsumsi sapi untuk masyarakat Bangka Belitung (Babel) masih bergantung dari luar daerah.

Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Novita
Bangkapos.com/Cici Nasya Nita
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Provinsi Bangka Belitung, drh Judnaidy 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Kebutuhan konsumsi sapi untuk masyarakat Bangka Belitung (Babel) masih bergantung dari luar daerah.

Dengan persentase sekitar 90 persen sapi masih didatangkan dari luar daerah seperti Lampung dan Madura, artinya Bangka Belitung baru mampu memenuhi 10 persen.

"Jadi konsumsi sapi kita masih datangkan dari luar, untuk menurunkan ketergantungan itu, pemprov adakan pembagian bibit sapi, lalu dari segi program terkait PMK yaitu penurunan kasus seperti vaksin dan obat-obatan. Serta dari pusat ada bantuan kawin suntik," kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Provinsi Bangka Belitung Drh Judnaidy, saat ditemui bangkapos.com di ruang kerjanya, Rabu (11/1/2023).

Kawin suntik bagi hewan sapi ini dalam rangka meningkatkan tingkat kebuntingan, sehingga terjadi kenaikan angka kelahiran dan populasi bertambah.

"Dibantu sperma yang dibekukan untuk dikawinkan, dibantu operasional dari pusat. Suntik kawin ini sudah lama, lima atau enam tahun," tambahnya.

Dia tak menampik merebaknya virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) membuat suntik kawin sapi terkendala, maka tahun 2023 ini akan dioptimalkan.

"Kita sempat enggak optimal karena dibatasi sebab khawatir menularkan PMK, maka 2022 kemarin tidak maksimal. Maka digenjot pada tahun ini," kata Judnaidy.

Dia menekankan, hasil dari kawin suntik, sapi akan unggul karena digunakan bibit jantan yang unggul.

"Hewan dari kawin suntik ini meningkatkan kualitas anakanya, karena sperma dari jantan yang unggul, jadi anaknya ikut bapaknya, untuk menghindari kawin sedarah juga. Sebab perkawinan sedarah tidak bagus, karena akan menghasilkan gen yang resesif negatif, dan penampilan yang tidak bagus. Kalau dari kualitas daging tidak ada bedanya," jelasnya. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved