Tribunners

Perubahan Pola Konsumsi Zaman Digital

Teknologi digital mendorong masyarakat makan makanan siap saji terus mengalami peningkatan

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Nur Faizah, S.Stat, M.A.P. - Statistisi Ahli Muda BPS Kota Pangkalpinang 

Oleh: Nur Faizah, S.Stat, M.A.P. - Statistisi Ahli Muda BPS Kota Pangkalpinang

"SESUAI aplikasi ya, Pak?", pertanyaan tersebut mungkin tidak asing lagi bagi pengguna aplikasi online. Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh driver ketika orang menggunakan jasa layanan di aplikasi online. Ketergantungan masyarakat mengenai kemudahan yang ditawarkan merupakan salah satu bukti telah berubahnya pola konsumsi masyarakat di era yang serba digital ini. Orang sekarang lebih suka memesan makanan melalui aplikasi online daripada menyiapkan makanan sendiri. Begitu pula saat memesan transportasi untuk kebutuhan mobilisasi harian.

Fenomena tersebut terekam oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2022 tumbuh 5,72 persen (y-on-y). Lapangan usaha yang tumbuh signifikan adalah transportasi dan pergudangan sebesar 25,81 persen, diikuti penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 17,83 persen.
Kemudahan yang ditawarkan teknologi menjadi salah satu faktor yang mengubah pola konsumsi. Makin mudahnya masyarakat memesan makanan dan transportasi hanya melalui aplikasi berbasis pembayaran online. Berdasarkan data Bank Indonesia nilai transaksi uang elektronik pada 2022 tumbuh 30,84 persen (year-on-year) hingga mencapai Rp399,6 triliun.

Ada fakta yang menarik dalam pola konsumsi masyarakat saat ini. Teknologi digital mendorong masyarakat makan makanan siap saji terus mengalami peningkatan. Proporsi pengeluaran untuk makanan jadi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kelompok makanan dan minuman jadi memiliki rata-rata pengeluaran yang paling besar dibandingkan dengan pengeluaran komoditas makanan lainnya. Secara nasional, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk komoditas makanan dan minuman jadi sebanyak 207.650 rupiah dan proporsi pengeluaran tersebut sekitar 31,19 persen dari total pengeluaran makanan (Susenas Maret 2022, BPS).

Fakta lain jika dilihat dari pola konsumsi penduduk Pangkalpinang saat ini menunjukkan konsumsi rumah tangga mampu menyumbang hampir separuh dalam PDRB Kota Pangkalpinang menurut pengeluaran yaitu sebesar 49,20 persen. Dengan peranan yang besar tersebut tidak mengherankan jika konsumsi rumah tangga telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2021 secara year on year (dibandingkan tahun sebelumnya) konsumsi rumah tangga tumbuh 2,84 persen.

Konsumsi makanan akan terus meningkat karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia dan populasi penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya. Di era digital di mana cara perolehan makanan bisa didapatkan dengan mudah dan praktis serta gaya hidup saat ini mendorong sebagian besar masyarakat untuk mengonsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah sambil menikmati kebersamaan dan hiburan.

Fenomena tersebut lebih sering terjadi di daerah perkotaan, karena daya beli penduduk perkotaan lebih tinggi daripada penduduk pedesaan. Salah satunya mungkin disebabkan karena kelengkapan fasilitas infrastruktur dan teknologi informasi yang ada di perkotaan lebih maju. Hal ini bisa terlihat dari proporsi pengeluaran per kapita untuk makanan dan minuman jadi penduduk perkotaan sebesar 34,24 persen, sedangkan untuk penduduk pedesaan sebesar 26,16 persen dari seluruh pengeluaran makanan. (Susenas Maret 2022, BPS).

Adanya transformasi ekonomi digital memberikan kesempatan yang sama setiap orang untuk berpartisipasi dalam ekonomi, bahkan pada perubahan pola konsumsi saat ini. Resolusi hidup sehat yang bergema dalam beberapa waktu terakhir tidak mengurangi pangsa pasar bisnis makanan jadi. Hal ini justru dijadikan peluang untuk menyediakan makanan sehat. Seperti layanan katering makanan sehat, menu diet mingguan sesuai spesifikasi kesehatan program diet pelanggannya juga sudah banyak di pasaran. Bahkan, minuman sehat untuk detoks pun juga sudah mulai banyak di pasaran dalam berbagai kemasan kekinian dan beragam. Tak mau ketinggalan juga para pelaku usaha makanan tradisional pun sudah banyak mempromosikan jualannya secara daring.

Untuk ibu rumah tangga muda atau milenial tanpa passion memasak, kegiatan memasak sangat menyita waktu produksinya karena harus belanja, menyiapkan bahan masakan dan membersihkan peralatan setelah masak. Waktu untuk memasak lebih suka diisi dengan menonton, membaca, menyalurkan hobi, bahkan berjualan online. Dengan memanfaatkan teknologi digital, semua hobi sekarang ini bisa menghasilkan uang. Bahkan banyak keluarga milenial bersedia bayar mahal untuk konsumsi makanan jadi dengan cita rasa yang enak rasa makanan rumahan.

Disisi lain, tidak sedikit generasi milenial yang menjadikan memasak sebagai passion yang bisa mendatangkan income dan cuan. Simbiosis inilah yang menghadirkan peluang bisnis makanan jadi dengan cita rasa rumahan yang enak dan sehat. Teknologi digital telah mendorong pelaku UMKM untuk memasarkan produk tanpa menyewa tempat atau membayar pelayan. Dengan demikian, biaya produksi dapat ditekan sehingga memungkinkan untuk menjual produk dengan harga bersaing.

Dengan perubahan pola konsumsi ini, apakah generasi milenial merupakan generasi yang malas memasak? Bisa jadi benar, bahwa generasi ini lebih suka menggunakan waktu produktifnya untuk menekuni hobi yang disukainya. Sementara itu, aktivitas yang bisa dilimpahkan dialihkan ke pihak lain dengan cara membayar barang atau jasa tersebut.

Demikian pula, apakah rumah tangga tidak membutuhkan dapur? Tentu saja tidak. Bisa jadi ukurannya lebih kecil. Bahkan di era teknologi informasi yang makin merajalela ini, dapur bisa menjadi tempat eksplorasi ide dalam mendekorasi dan kemudian ditampilkan di media sosial. Kegiatan ini juga dapat mendatangkan cuan menjadi endorse produk mereka. Perubahan pola konsumsi zaman digital ini telah menciptakan berbagai peluang bisnis yang menghasilkan cuan. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved