Bangka Pos Hari Ini

Janggal, Pelaku Minta Rp 100 Juta, Ayah Hafiza Sebut Keluarga Pelaku Lebih Kaya

Dari segi ekonomi itu memang lebih mampu keluarga si pelaku, karena punya kebun sawit berhektare-hektare. Sedangkan kami satu hektare pun belum

Penulis: Iwan Satriawan CC | Editor: Iwan Satriawan
istimewa
Bangkapos Hari Ini 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Edi Purwanto (39), ayah dari mendiang Hafiza (8), merasa ada kejanggalan soal pengakuan pelaku pembunuhan yang menyebut ingin mendapatkan uang dari keluarga korban.

Apalagi pelaku berinisial AC (17) menyebut orangtua korban lebih mampu dibandingkan pekerja sawit lainnya di pemukiman tempat mereka tinggal di wilayah Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat.

Padahal menurut Edi, keluarga pelaku justru lebih mapan karena memiliki kebun sawit yang luas.

"Dari segi ekonomi itu memang lebih mampu keluarga si pelaku, karena punya kebun sawit berhektare-hektare. Sedangkan kami satu hektare pun belum ada, itu secara mudahnya, secara ilmiah dan secara kasat mata," ungkap Edi saat diwawancara Bangka Pos, Minggu (19/3).

Karena itulah kata Edi, dirinya beserta keluarga merasakan janggal atas motif yang disampaikan pelaku kepada kepolisian.

Edi mengatakan, jika motif hanya meminta uang, seharusnya pelaku membiarkan anaknya masih dalam kondisi baik, lalu mengirimkan pesan pada keluarganya.

"Jengkelnya di situ, seandainya kalau dia hanya menginginkan uang, harusnya anak ini tidak dieksekusi dulu. Harus diperlihatkan anak ini masih hidup. Jadi
kami selaku keluarga bisa menyiapkan sejumlah uang yang dia minta," kata Edi.

Selain itu Edi juga merasa ada keanehan lain, jika melihat tubuh Hafiza saat ditemukan dalam kondisi tidak utuh lagi.

Menurutnya itu menunjukkan adanya kemarahan atau dendam yang sangat besar pada diri pelaku.

"Seperti anak saya ini punya masalah besar sama dia. Sedangkan dari kecil anak saya menganggap si pelaku ini sudah kayak kakak sendiri," kata Edi.

Edi juga menganggap orangtua pelaku sudah seperti saudara kandung, karena mereka sesama perantau di Pulau Bangka.

Dia juga mengaku selama ini hubungan mereka baik-baik saja sebagai tetangga, tidak ada selisih paham apapun.

"Kami sama-sama orang Jawa, saya tidak punya saudara sedarah di Pulau Bangka. Orangtua pelaku saya anggap saudara saya di sini," ungkap Edi, sedih.

Polisi Masih Dalami Motif Lain

Sebelumnya, polisi telah mengungkapkan pelaku dan motif pembunuhan Hafiza.

Pelakunya AC (17) seorang pelajar SMA, yang tak lain adalah tetangga korban.

Pelaku mengaku terinspirasi melakukan aksi kejahatan tersebut setelah menonton berita penculikan anak, meminta tebusan uang dengan
membrowsing di handphone.

Namun motif tersebut, tak sepenuhnya diyakini oleh pihak ke polisian. Saat ini polisi masih terus bekerja untuk mencari motif lain dari kasus
tersebut.

Hasil autopsi jenazah korban dan psikologis pelaku juga masih ditunggu prosesnya oleh pihak ke polisian, untuk dapat mengetahui pasti
penyebab kematian korban dan motif lain dari pelaku.

Kapolda Bangka Belitung Irjen Pol Yan Sultra menegaskan, penyelidikan yang dilakukan oleh penyidik tidak akan berhenti disini.

Anak buahnya masih terus bekerja mencari keterlibatan tersangka lain dan motif lain.

Menurutnya, polisi tak lantas mengakui bahwa motif pembunuhan dan menskenariokan seolah-olah terjadi penculikan dengan meminta uang tembusan kepada
orangtua korban.

"Kita perlu dalami kembali. Ini sudah mati baru minta tebusan. Semua itu kita curigai, mendalami dari penyidik masih bekerja untuk melihat
apakah ada keterkaitan pihak lain. Sementara masih sama, semua kita curigai, bagaimana dengan orang tuanya, dengan rekan-rekan
yang lain," kata Yan Sultra saat konferensi pers kasus pembunuhan Hafiza, di Mapolda Babel, Kamis (16/3).

Kapolda menambahkan, polisi juga memiliki tim cyber crime yang menggunakan informasi teknologi dalam mengungkapkan kasus kejahatan.

"Dari motif itu belum habis mungkin. Nanti penyidik menelusuri betul-betul dan juga kita di Polda dan Polres ada cyber crime menggunakan informasi teknologi ada
supervisi Bareskrim. Apa betul penculikan atau pengambilan organ karena isu berkembang di nasional, sehingga harus diungkapkan dan menjadi tantangan kita,"
kata Yan Sultra.

Terpisah, Kabid Humas Polda Babel, AKBP Jojo Sutarjo mengatakan, penyidik kepolisian sedang bekerja untuk dapat menyelesaikan
kasus pembunuhan anak ini.

"Sementara belum. Nanti setelah ada perkembangan kami update kembali," kata Kabid Humas Polda Babel, AKBP Jojo Sutarjo kepada Bangka Pos, Jumat (17/3).
(w4/riu)

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved