Kisah 3 Pejabat Asal Bangka Belitung Jadi Saksi Pilu Gempa Maroko yang Tewaskan 2000 Korban

Tiga pejabat asal Bangka Belitung menjadi saksi pilunya gempa Maroko yang menewaskan lebih dari 2000 korban jiwa. Simak kisah pilu mereka

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Teddy Malaka
IST/Annyta
Kondisi Masjid Hassan II yang runtuh akibat gempa Maroko. 

Televisi lokal menayangkan gambar menara masjid yang runtuh dengan puing-puing tergeletak di atas mobil yang hancur.

Gempa bumi terjadi pada Jumat (8/9/2023) malam sekitar pukul 23.00 waktu setempat, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).

USGS memperkirakan pusat gempa terjadi di Pegunungan Atlas, sekitar 75 km (44 mil) dari Marrakesh, kota terbesar keempat di negara tersebut.

 Jurnalis Noureddine Bazine dari Marrakesh menggambarkan situasi tersebut sebagai "malam yang mengerikan".

"Saat gempa terjadi terjadi kekacauan, kami masih mencoba memproses apa yang terjadi karena kejadiannya sangat mendadak," ujarnya kepada Al Jazeera.

"Di Marrakesh, kerusakan paling parah terjadi di kota tua karena bangunan-bangunannya rawan runtuh karena kondisinya yang rapuh."

Eid Al Tarzi, seorang profesor seismologi di Yordania, mengatakan kepada Al Jazeera "ratusan gempa susulan bisa saja terjadi".

"Masyarakat harus menjauhi bangunan yang tidak kuat karena rawan roboh," katanya.

"Kami memperkirakan gempa susulan bisa berlanjut selama tiga hingga empat minggu," ujarnya.

Media lokal melaporkan jalan-jalan menuju kawasan pegunungan di sekitar pusat gempa dipenuhi kendaraan dan diblokir oleh bebatuan yang runtuh, sehingga memperlambat upaya penyelamatan.

Abderrahim Ait Daoud, kepala kota di daerah tersebut, mengatakan kepada situs berita Maroko 2M bahwa beberapa rumah di dekatnya runtuh sebagian atau seluruhnya.

Di beberapa tempat, listrik serta jalan terputus.

Perlu Waktu untuk Hitung Tingkat Kerusakan

Dia juga mengatakan pihak berwenang sedang berupaya membersihkan jalan-jalan di provinsi Al Haouz untuk memungkinkan lewatnya ambulans dan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak.

Jarak yang jauh antara desa-desa di pegunungan berarti perlu waktu untuk mengetahui tingkat kerusakan sepenuhnya, tambahnya.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved