Berita Pangkalpinang

Nobar Film Yang Tak Pernah Hilang di Unmuh, Mengingatkan Peristiwa Penculikan Zaman Soeharto

Film ini juga sebagai bentuk edukasi kepada generasi milenial dan z untuk belajar dari peristiwa sejarah kemanusiaan masa lalu

Penulis: Sela Agustika | Editor: Hendra
(Bangkapos.com/Sela Agustika) 
Suasana Nobar film dokumenter Yang Tak Pernah Hilang di Aula Unmuh Babel, (1/7/2024) malam. 

BANGKAPOS.COM,BANGKA - Puluhan mahasiswa dan para staf Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Bangka Belitung menggelar nonton bersama (Nobar) film dokumenter Yang Tak Pernah Hilang di Aula Unmuh Babel, (1/7/2024) malam.

Sebelumnya pemutaran perdana film dokumenter Yang Tak Pernah Hilang ini sudah dilakukan di Cinema XXI Pangkalpinang Minggu (30/6) lalu yang juga diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung bersama dengan KawanHermanBimo, Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (Ikohi), GMNI dan HMI.

Film yang mendokumentasikan dan mengingatkan kembali peristiwa reformasi 98 yang diwarnai dengan aksi dan penculikan mahasiswa ini dimaksudkan sebagai apresiasi dan didedikasikan penuh terhadap perjuangan yang sudah dilakukan oleh Herman Hendrawan dan Bima Petrus. 

Satu diantara kedua  aktivis yang diceritakan dalam Film Yang Tak Pernah Hilang, Herman Hendrawan merupakan putra asal Kota Pangkalpinang yang aktif dalam dunia aktivisme yang merupakan penghilangan paksa tahun 1998.

Produser Film Yang Tak Pernah Hilang, Dandik Katjasungkana mengatakan pemutaran film Yang Tak Pernah Hilang ini sebagai media menormalisasi atau upaya mengingatkan kepada publik tentang sejarah untuk memberi rasa keadilan kepada keluarga korban yang diculik. 

Tak hanya itu, Film ini juga sebagai bentuk edukasi kepada generasi milenial dan z untuk belajar dari peristiwa sejarah kemanusiaan masa lalu, sehingga mereka bisa berempati dan bisa menjadi gerakan untuk menghentikan kemungkinan terjadinya lagi peristiwa kejahatan manusia dimasa sekarang dan akan datang.

“Latar belakang film ini dibuat persisnya dua bulan Soeharto jatuh Herman bersama Bimo diculik oleh tentara orde baru dan sampai sekarang kasus penghilangan orang secara paksa ini tidak diselesaikan atau tidak ada pengadilan HAM untuk membongkar kasus ini. Dari tahun 1998 sampai sekarang, sudah 26 tahun kasus ini terkatung, jadi kami berinisiatif buat film ini untuk mengapresiasi kawan kami Herman dan Bimo yang mempunyai peran penting dalam sejarah perubahan Republik Indonesia, tapi tidak ada pengakuan atau proses pengadilan,” ungkap Dandik, Senin (1/7/2024) malam.

Diakui Dandik, respon penonton khususnya para mahasiswa setelah menonton film Yang Tak Pernah Hilang cukup menggembirakan.

Dia berharap setelah menonton film ini para mahasiswa bisa mencari sumber-sumber informasi yang objektif supaya mengerti betul dan bisa berempati terhadap keluarga korban.

“Film Yang Tak Pernah Hilang ini telah diputar dibeberapa Kota seperti Malang, Surabaya, Yogyakarta. Termasuk di kampus-kampus yang turut di respon baik. Sebagian mahasiswa justru mengatakan bahwa kalau tidak menonton saya tidak akan mengerti ada peristiwa penculikan di tahun 1998 ini,” tuturnya.

Dewi satu diantara mahasiswa Unmuh Babel yang ikut menyaksikan langsung film Yang Tak Pernah Hilang ini mengaku film tersebut sangat cocok dan menginspirasi mahasiwa untuk lebih aktif dan mengetahui tentang sejarah.

“Film ini sangat menginspirasi mahasiswa untuk menjadi seorang aktivis dan harus banyak mengetahui tentang sejarah. Disini mahasiswa harus banyak mendalami mengenai keadilan ini dimana si Keluarga tidak mendapatkan keadilan oleh negara. Dan minus sekali tentang negara yang buta dengan hal tersebut,” ujarnya.

Sementara itu Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (Umuh Babel), Fadillah Sabri yang merupakan teman sekelas Herman Hendrawan pada masa Sekolah Menengah Pertama ini mengaku jika sosok Herman merupakan siswa yang aktif.

Bagi Fadillah, Herman Hendrawan merupakan aktor intelektual dari gerakan-gerakan organisasi pro demokrasi.

Banyak sekali mahasiswa-mahasiswa yang digerakkannya, termasuk tokoh-tokoh baru di Surabaya yang merupakan hasil didikannya.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved