Resonansi
Menimang Partisipasi Pemilih Pilkada 2024
Bawaslu Babel memprediksi angka partisipasi pemilih Pilkada 2024 di Bangka Belitung berada di angka 60 persen.
Penulis: Ade Mayasanto | Editor: fitriadi
Selain KPU, sejumlah pengamat dan masyarakat ikut angkat bicara. Ada yang menilai jarak penyelanggaraan pemilihan legislatif dan presiden berikut pilkada terlalu dekat. Hal ini membuat kekecewaan pemilih terhadap calon dan partai politik kian menguat.
Tengok saja, usai pemungutan suara Pilkada 2024 pada 27 November berakhir. Tiba-tiba beredar foto dan video di jagat maya yang memperlihatkan sikap pemilih golput.
Dari yang yang mencoblos semua foto calon kepala/wakil kepala daerah hingga hanya satu yang dicoblos, lalu ada juga coretan cemoohan di surat suara yang akhirnya membuat surat suara menjadi tidak sah.
Uniknya, ada pula yang menjadikan hujan sebagai alibi untuk sikap golputnya secara eksplisit. walhasil, sejumlah TPS terlihat tidak seramai seperti pemilihan legislatif dan presiden pada Februari lalu.
Atas peristiwa ini banyak hal yang akhirnya membuat kita tak mengerti lagi. Mungkin karena semuanya dengan penjelasan, dan semuanya dengan alasan.
Apalagi, ada pengalaman dan pengamatan. Saat di atas, yang memimpin terkadang berubah. Mereka bukan lagi pendekar di garis depan ketika masyarakat tengah berjuang mengalahkan nasib.
Mereka justru menjadi tiang, seolah mirip para pengawaal kekaisaran zaman lampau. Tubuh mereka beku, sikap mereka penuh curiga, dan hati pun tanpa inspirasi dan terkadang cenderung brutal. Karena bagi mereka, visi dan misi bukan hal terpenting, tapi karierlah yang menjadi harga mati.
Oleh karena itu, saat para calon beradu kekuatan demi berebut tempat, pada akhirnya kita tak lagi menganggap relevan untuk menemukan secara persis mana yang adil dan mana yang lalim. Dan akhirnya, bagaimana seseorang bisa memilih untuk tidak 100 persen memihak.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.