Resonansi
Perang
Memasuki hari ke-1.000, Ukraina justru menyerang wilayah Rusia dengan rudal Jarak jauh bantuan Amerika Serikat dan Inggris.
Penulis: Ade Mayasanto | Editor: fitriadi
Catatan Perry yang lain adalah soal penurunan inflasi global yang juga diperkirakan melambat, bahkan berisiko meningkat seiring dengan kebijakan tarif perdagangan AS.
Selain itu, ada pula pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) diperkirakan lebih rendah, sedangkan suku bunga obligasi pemerintah AS akan meningkat seiring dengan membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah AS.
Disebutkan, kondisi itu pada gilirannya memicu penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara lain.
Selain itu, preferensi investor global pun beralih, dari sebelumnya menanamkan modal portofolio di negara berkembang menuju AS.
Kita perlu beradaptasi. Kita perlu sinergi bauran kebijakan transformasi ekonomi nasional untuk memperkuat stabilitas dan mendorong pertumbuhan tinggi. Begitu, kata tokoh dan pengamat memberi solusi atas banyak-banyak perang yang terjadi saat ini.
Walau terkadang cemas akhirnya yang datang. Tapi, bukankah kita mulai terbiasa ketika cemas datang. Apalagi, tiap hari, bulan dan tahun, cemas itu seolah dilatih.
Sebut saja saat Iran membalas serangan Israel terhadap Hamas, Hizbullah dan aneka kelompok perlawanan pada pendudukan Israel dan sekutunya.
Serangan balasan itu berhasil merontokkan tak hanya bursa Israel.
Di Amerika Serikat, indeks Dow, S&P500, dan Nasdaq kompak merosot.
Nasdaq paling buruk, 1,5 persen. Sementara Dow dan S&P terkoreksi masing-masing 0,4 persen dan 0,9 persen.
Penurunan juga terpantau di bursa Australia, Jerman, Perancis, dan Uni Eropa. Hanya bursa London, Inggris, yang justru mencatatkan kenaikan.
Kecemasan itu bukan barang baru, memang. Apalagi, soal kemiskinan tetap tak punya jawaban. Dan atas semua kejadian, hanya senyum dan lambaian tangan, seraya berharap semua akan berkilau pada waktunya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.