Tribunners
Pangkalpinang SMART 2030 dan Cahaya Pendidikan
Mimpi besar untuk menjadikan Pangkalpinang sebagai kota SMART pada tahun 2030 kini sudah digaungkan.
Oleh: Dr. Erwandy, S.E, M.M. - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pangkalpinang
PAGI itu, udara Pangkalpinang terasa sejuk. Di sekolah sederhana di pinggir kota, seorang guru menatap murid-muridnya yang tengah menyalin pelajaran dengan spidol yang mulai menipis. Di balik seragam sederhana dan sepatu yang mulai aus, tersimpan mimpi besar yang tidak boleh padam.
Dan mungkin tanpa mereka sadari, mimpi itu kini sedang diperjuangkan bersama, melalui sebuah visi bernama Pangkalpinang SMART 2030. Sebuah misi besar yang bukan sekadar rencana pembangunan, namun juga gerakan moral yang menyalakan cahaya pengetahuan di setiap kepala, dan kehangatan empati di setiap hati.
Seperti diungkapkan Malcolm X, “Education is the passport to the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today.” Pendidikan memang paspor menuju masa depan dan Pangkalpinang sedang memastikan bahwa setiap anak memiliki paspor itu.
SMART 2030: cerdas yang berkeadilan
Mimpi besar untuk menjadikan Pangkalpinang sebagai kota SMART pada tahun 2030 kini sudah digaungkan. Wali Kota Prof. H. Saparudin, Ph.D. dan Wakil Wali Kota Dessy Ayutrisna, S.E., M.M. menegaskan visi pembangunan yang menciptakan masyarakat cerdas, inklusif, berbudaya, dan berkeadilan. SMART bukan sekadar akronim dari Seimbang, Mapan, Amanah, Rukun, dan Tangguh, tetapi menjadi fondasi nilai yang menuntun Pangkalpinang tumbuh dengan keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan.
Pemerintah Kota Pangkalpinang sadar, tak ada kota yang benar-benar “smart” tanpa manusia yang berpikir kritis, berakhlak kuat, dan berjiwa sosial tinggi. Karena sebesar apa pun infrastruktur dibangun, masa depan sejati hanya tumbuh dari pikiran dan karakter warganya.
Saat cahaya itu menyala
Tanggal 7 November 2025 akan dikenang ketika pendidikan Pangkalpinang berdetak lebih terang. Di Stadion Depati Amir, ribuan siswa, guru, dan orang tua berkumpul dalam suasana penuh bahagia dan haru. Hari itu, Pemerintah Kota Pangkalpinang menyerahkan beasiswa kepada 1.041 siswa dari jenjang PAUD, SD, SMP dan kesetaraan, dengan total dana Rp1,09 miliar. Tak berhenti di situ, 718 siswa SD dan SMP juga menerima bantuan perlengkapan sekolah.
Angka-angka tersebut mungkin tampak kecil di atas kertas, tetapi besar di hati mereka yang merasakannya. Bagi seorang anak yang hampir putus sekolah, bantuan ini adalah cahaya. Bagi seorang guru, ini adalah napas baru dalam perjuangan panjang mendidik bangsa. Inilah makna sejati dari SMART, seimbang dalam pembangunan, adil dalam kesempatan, dan tangguh dalam harapan. Kegiatan ini menjadi bagian dari 100 hari kerja prioritas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pangkalpinang, sekaligus simbol bahwa pendidikan bukan sekadar program rutin, melainkan investasi peradaban.
Menyalakan masa depan
Salah satu misi penting SMART 2030 adalah pemerataan mutu pendidikan di seluruh wilayah kota. Pemerintah Kota Pangkalpinang ingin mengubah cara pandang lama masyarakat yang masih terpaku pada “sekolah favorit”. Mindset baru sedang dibangun, bahwa kualitas bukan monopoli satu sekolah, melainkan semua sekolah dan hak semua anak. Inilah esensi pemerataan yang sesungguhnya, bukan sekadar pemerataan fasilitas, tetapi pemerataan harapan. Kini, setiap sekolah di Pangkalpinang diarahkan agar memiliki kualitas yang setara, baik dari segi guru, fasilitas, maupun lingkungan belajar.
Program pembangunan SMPN 11 dan SMPN 12, pelatihan guru berkelanjutan, sertifikasi guru gratis, serta rehabilitasi sekolah menjadi bukti nyata bahwa pemerintah tidak hanya memperluas akses dan sarpras, tetapi juga memperkuat mutu. Pendidikan kini diarahkan untuk mencetak manusia yang bukan hanya pintar, tetapi juga bijak, tangguh, dan berempati.
Pendidikan sejati tidak berhenti pada kecerdasan intelektual, tetapi berlanjut pada kepedulian sosial. Bukan hanya mengasah pikiran untuk memahami, tetapi juga mengasah hati untuk berempati. SMART 2030 bukanlah slogan, melainkan kompas moral dan sosial bagi kota yang ingin tumbuh tanpa meninggalkan siapa pun.
Kota yang benar-benar smart bukan yang paling banyak Wi-Fi gratisnya, melainkan yang paling luas peluang belajarnya. Bukan yang paling tinggi gedungnya, tetapi yang paling tinggi semangat guru dan insan pendidikannya. Kita ingin Pangkalpinang dikenal bukan hanya sebagai kota digital dan modern, tetapi juga sebagai kota yang cerdas secara sosial dan adil secara pendidikan.
Pendidikan adalah cahaya yang tak boleh padam. Dan di bawah langit Pangkalpinang, cahaya itu kini menyala, di mata 1.041 anak penerima beasiswa, di tangan 718 siswa penerima perlengkapan sekolah, dan di hati para guru yang tak kenal lelah menyalakan pelita di tengah keterbatasan.
Karena seperti kata Najwa Shihab, “Pendidikan yang baik tidak hanya membuat kita cerdas, tapi juga membuat kita peduli.” Dan seperti spidol di tangan sang guru tadi, meski perlahan menipis, setiap goresannya meninggalkan jejak yang abadi, tentang harapan, tentang cinta, dan tentang masa depan Pangkalpinang yang SMART dan berkeadilan. Semoga. (*)
| Refleksi Konseptual dan Sosial atas Kepahlawanan di Indonesia |
|
|---|
| Filsafat Administrasi Pemilu: Dimensi Aksiologi Transparansi dan Moralitas Pemilihan Serentak 2024 |
|
|---|
| Peraturan Daerah sebagai Magnum Opus |
|
|---|
| Menjaga Stabilitas Ekonomi Bangka Belitung di Penghujung 2025 |
|
|---|
| Manfaat Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.