Berita Viral
Sosok Budianto Pengusaha Batam Korban Pemerasan Rp1 M Oknum TNI-Polri, Diancam Pistol, CCTV Dihapus
Pengusaha Batam Budianto mengaku jadi korban pemerasan oknum TNI-Polri Rp1 miliar
Ringkasan Berita:
- Budianto mengaku menjadi korban pemerasan brutal yang dilakukan oknum aparat gabungan TNI dan Polri dengan total kerugian mencapai Rp1 miliar
- Kejadiannya Budianto sedang asyik bermain biliar bersama teman-temannya di rumah tokonya yang berlokasi di kawasan Botania, Batam Kota
- Oknum TNI-POlri mengklaim menemukan satu bungkus plastik berisi narkotika, yang kemudian dijadikan alasan untuk memeras
BANGKAPOS.COM - Insiden memilukan dialami Budianto Jawari, pengusaha asal Batam. Kepulauan Riau.
Budianto mengaku menjadi korban pemerasan brutal yang dilakukan oknum aparat gabungan TNI dan Polri dengan total kerugian mencapai Rp1 miliar.
Peristiwa mencekam ini terjadi pada Kamis, 16 Oktober 2025 sekitar pukul 22.00 WIB.
Saat itu, Budianto sedang asyik bermain biliar bersama teman-temannya di rumah tokonya yang berlokasi di kawasan Botania, Batam Kota.
Tiba-tiba, sekelompok pria masuk tanpa surat tugas.
Baca juga: Biodata dan Karier Deni Surjantoro Pejabat Kemenkeu Ditolak Purbaya Salaman, Ahli Intelijen Dunia
"Mereka bilang dari BNN. Bilang ada penggerebekan narkoba. Tapi saya tidak tahu apa-apa."
"Saya hanya bermain biliar dengan teman-teman," ujar Budianto, usai membuat laporan ke Denpom I/6 Batam, Senin lalu.
Istri Hamil Tua Ditodong Pistol
Suasana seketika berubah menjadi mencekam.
Tanpa basa-basi, Budianto dan kelima temannya langsung diborgol.
Permohonannya agar istrinya yang sedang hamil tua tidak diganggu, sama sekali tak digubris.
"Saya mohon-mohon. saya bilang jangan ke atas karena istri saya hamil tua, 8 bulan, tolong jangan ganggu dia," ucapnya memelas.
Alih-alih mendengarkan, para oknum tersebut justru semakin mengintimidasi Budianto, bahkan menodongkan pistol ke kepalanya.
Mereka mengklaim menemukan satu bungkus plastik berisi narkotika, yang kemudian dijadikan alasan untuk memeras.
"Saya tidak tahu itu apa. Saya tidak tahu itu milik saya atau tidak. Yang jelas, itu dijadikan alasan untuk memeras saya," ungkapnya.
Tebusan Bebas Rp300 Juta
Dalam kondisi terdesak dan ketakutan karena ancaman todongan pistol, Budianto dipaksa menyediakan uang tebusan fantastis.
"Mereka minta satu miliar. Saya bilang saya tidak punya. Mereka terus mengancam. Pistol masih di kepala saya. Saya sangat ketakutan," kenang Budianto.
Demi keselamatan dirinya dan sang istri, Budianto akhirnya menghubungi kakak iparnya di Tangerang untuk meminjam uang.
"Saya pinjam dari abang ipar Rp300 juta. Dilakukan transfer dua kali. Pertama Rp200 juta, kedua Rp100 juta. Itu satu-satunya cara supaya mereka pergi dan tidak menyakiti kami," jelasnya.
Sebelum pergi, para oknum tersebut menyadari keberadaan CCTV dan memaksa Budianto menghapus semua rekaman.
"Saya disuruh hapus CCTV. Kalau tidak, mereka mengancam akan lebih buruk lagi. Saya terpaksa hapus. Semua bukti hilang karena ancaman mereka," ujarnya dengan nada penyesalan.
Detik-Detik Budianto Dicokok Oknum TNI-Polri
Kisah mencekam menimpa seorang pengusaha di Batam, Kepulauan Riau.
Pria bernama Budianto ini mengaku hidupnya berubah total menjadi mimpi buruk setelah menjadi korban pemerasan brutal oleh sekelompok oknum aparat gabungan TNI dan Polri.
Baca juga: Profil & LHKPN SF Hariyanto Wagub Riau Terancam Diperiksa KPK, Hartanya Fantastis dari Abdul Wahid
Kejadian yang terjadi pada Kamis, 16 Oktober 2025 pukul 22.00 WIB ini berlangsung dramatis di rumahnya, kawasan Botania, Batam Kota.
Saat sedang asyik bermain biliar, sekelompok pria tiba-tiba menyerbu masuk.
"Mereka bilang dari BNN. Bilang ada penggerebekan narkoba."
"Tapi saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya bermain biliar dengan teman-teman," ujar Budianto, saat membuat laporan ke Denpom I/6 Batam.
Ancaman Pistol di Kepala dan Klaim Narkoba
Tanpa menunjukkan surat tugas, Budianto dan lima temannya langsung diborgol. Kondisi makin mencekam karena istrinya yang sedang hamil delapan bulan turut terkejut.
"Saya mohon-mohon. saya bilang jangan ke atas karena istri saya hamil tua, 8 bulan, tolong jangan ganggu dia," ucapnya memohon.
Permintaan Budianto diabaikan. Ia justru diintimidasi dengan todongan pistol di kepala.
Para oknum mengklaim menemukan satu bungkus plastik berisi narkotika, yang ia sendiri tidak yakin itu miliknya.
"Saya tidak tahu itu apa. Saya tidak tahu itu milik saya atau tidak. Yang jelas, itu dijadikan alasan untuk memeras saya," ungkapnya.
Untuk 'menyelesaikan' masalah ini, oknum tersebut meminta uang tebusan fantastis.
"Mereka minta satu miliar. Saya bilang saya tidak punya. Mereka terus mengancam. Pistol masih di kepala saya. Saya sangat ketakutan," kenang Budianto.
CCTV Dipaksa Hapus
Dalam keadaan tertekan, Budianto berhasil meminjam uang dari kakak iparnya di Tangerang dan mentransfer total Rp 300 juta agar ia dan keluarganya dibiarkan.
"Saya pinjam dari abang ipar Rp300 juta. Dilakukan transfer dua kali. Pertama Rp200 juta, kedua Rp100 juta. Itu satu-satunya cara supaya mereka pergi dan tidak menyakiti kami," jelasnya.
Baca juga: Sosok Khamozaro Waruwu, Hakim Pernah Minta Bobby Nasution di Sidang Korupsi, Rumahnya Kini Terbakar
Sebelum pergi, para oknum sadar ada CCTV dan memaksa Budianto menghapus semua rekaman.
"Saya disuruh hapus CCTV. Kalau tidak, mereka mengancam akan lebih buruk lagi. Saya terpaksa hapus. Semua bukti hilang karena ancaman mereka," ujarnya dengan nada penyesalan.
Budianto Trauma Berat
Setelah kejadian itu, kehidupan Budianto dan istrinya yang hamil 8 bulan berubah total.
Rumah mereka terasa seperti tempat paling menakutkan.
"Kami tidak bisa tidur nyenyak. Setiap ada suara kendaraan berhenti di depan rumah, kami langsung panik. Kami merasa terus diawasi. Kami takut mereka akan kembali," ujar Budianto.
Tragisnya, istri Budianto mengalami trauma paling parah hingga depresi berat.
"Istri saya sangat depresi. Dia menangis setiap hari. Dia takut. Dia bilang tidak mau tinggal di rumah ini lagi," katanya.
Tekanan psikologis semakin menjadi-jadi ketika pada Senin (3/11/2025) pagi tepat saat Budianto membuat laporan di Denpom rumah mereka kembali didatangi sekelompok polisi.
"Istri saya lihat dari CCTV ada polisi datang. Dia langsung panik. Dia telepon saya sambil menangis-nangis. Dia bilang, 'Aku takut'," ungkapnya.
Didampingi kuasa hukum dan kakak iparnya, Budianto kini berjuang mencari keadilan di Denpom 1/6 Batam.
"Saya hanya ingin keadilan. Saya ingin oknum-oknum itu dipecat dan dihukum. Kalau mereka tidak dihukum, saya dan keluarga akan terus merasa terancam. Mereka masih mengancam kami," katanya dengan tegas, meski suaranya masih gemetar.
Penampakan Rumah Budianto
Penampakan rumah sekaligus tempat usaha milik Budianto, pengusaha korban kasus dugaan pemerasan oknum TNI-Polri.
Rumah Budianto Jawari yang berada di Komplek Pertokoan Bunga Raya, Botania 1, Batam kini tertutup rapat.
Pantauan Tribunbatam.id di lokasi, Selasa (4/11/2025), tak ada satu pun aktivitas di sana.
Bangunan dua lantai bercat kuning berdiri di antara deretan ruko lain yang masih aktif.
Di lantai bawah, terlihat pintu lipat besi berwarna biru tua dalam kondisi tertutup rapat, tanpa tanda-tanda ada kegiatan usaha. Di teras bangunan, ada tiga buah sandal.
Selain itu, satu camera CCTV menyorot tajam setiap pengunjung yang datang.
Di bagian depan ruko terdapat meja kayu sederhana, ember plastik dan beberapa peralatan bangunan, seperti semen dan ember cat.
Tepat di atas pintu, terpasang kanopi biru yang mulai kusam dan sebagian kain penutupnya tampak terlepas.
Baca juga: Profil Deni Surjantoro, Pejabat Kemenkeu Ditolak Jabat Tangan Purbaya, Spesialis Audit Kelas Dunia
Sementara di lantai dua, terdapat satu unit pendingin udara (AC) dan pintu hitam kecil menuju balkon sempit dengan pagar besi biru.
Di sisi kanan ruko, terlihat minimarket cabang Bunga Raya yang masih beroperasi dan ramai dikunjungi warga sekitar.
Sementara di sisi kiri, terdapat klinik dokter gigi. Rumah korban ini diapit pertokoan.
Warga Tak Tahu Ada Pemerasan dan Penggerebekan
Meski berada di kawasan pertokoan yang biasanya ramai, suasana di depan ruko milik Budianto tampak berbeda, hening dan tertutup, seolah menjadi saksi bisu dari peristiwa yang menimpa pemiliknya.
Tak ada yang mencurigakan dari bangunan itu. Beberapa warga sekitar yang ditemui, mengaku tak ada yang tahu ada peristiwa yang menimpa pemilik rumah.
Informasi yang dihimpun, Budianto dan keluarganya sudah pindah dari bangunan ruko itu.
"Sudah pindah kemarin, sudah diangkat barang-barang dari dalam, ada koper baju dan lain-lainlah. Kalau tak salah diangkut siang. Kayaknya orang yang tinggal di situ sudah pindah," ujar seorang pekerja minimarket yang namanya enggan disebutkan.
Pekerja minimarket ini tahu betul aktivitas di bangunan ruko di sebelah tempatnya bekerja. Sebab, bangunan ruko itu berdempetan dengan minimarket.
"Setahu kami, jarang ada kegiatan di situ. Jarang buka juga rukonya. Kayaknya itu dibuat rumah tinggal," ujar beberapa pekerja toko.
Yang mereka tahu, orang yang tinggal di ruko tersebut belum lama tinggal di sana.
"Orang yang tinggal di situ belum lama, mungkin masih baru," ujar pekerja toko minimarket yang mengaku sudah lama bekerja di sana.
Komentar warga lainnya juga serupa. Adi, pedagang buah di depan bangunan tempat tinggal korban, mengaku tak tahu ada kejadian di ruko tersebut.
"Memang kenapa dengan bangunan itu, sering tutup. Nggak kenal juga. Tapi belakangan ini, kami ada lihat meja biliar di bawah. Ada satu meja, kami lihat pas tukangnya lagi renovasi," ungkap Adi.
Adi mengaku tak banyak tahu tentang pemilik rumah tersebut. Yang ia tahu, ruko itu bukan tempat berjualan dan sering tutup.
Kuasa Hukum Jaga Kerahasiaan Alamat Klien
Sebelumnya, pemilik ruko, Budianto yang juga menjadi korban pemerasan, mengaku dirinya tinggal di sana bersama sang istri.
Ia tinggal di lantai dua, sementara lantai satu dibuat meja billiar untuk pribadi.
Hingga kini, belum diketahui bisnis maupun usaha yang dijalankan korban.
Kuasa hukum korban, Deny Tampubolon ketika dikonfirmasi bisnis dan usaha korban, serta alamat tempat tinggal kliennya yang menjadi Tempat Kejadian Perkara (TKP) enggan memberi tahu.
"Jawaban dari korban, nggak dulu ya. Karena itu privacy dan menyangkut keselamatan korban," ujarnya.
(TribunBatam.id/Tribunnews.com/TribunnewsMaker.com/Bangkapos.com)
| Profil Biodata Adang Daradjatun, Besan Mario Teguh yang Nonaktifkan Sementara 3 Anggota DPR RI |
|
|---|
| Sosok & Kronologi Arjuna Tewas Dianiaya di Masjid Agung Sibolga, Dituduh Curi Kotak Infaq |
|
|---|
| Hasil Visum Jadi Penentu Apa Penyebab Mata Siswi di Palembang Merah dan Lebam |
|
|---|
| Bakso Remaja Gading Solo Sempat Tutup usai Viral Non-halal, Pas Dites Ulang, Wali Kota Minta Maaf |
|
|---|
| Kronologi Siswi SD yang Viral Matanya Merah dan Lebam Sepulang Sekolah Lengkap Penjelasan Dokter |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20251105-BUDIANTO-JAWARI.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.